Pihak kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang buka suara soal dugaan penganiayaan yang dialami salah seorang mahasiswa saat mengikuti acara Pendidikan Dasar (Diksar). Saat ini, kampus tengah melalukan investigasi internal soal kasus itu.
"Jadi gini, ini kami sudah sudah turun ke lapangan," kata Ketua Tim Investigasi UIN Raden Fatah, Kun Budianto kepada detikSumut, Senin (3/10/2022).
Dia mengungkapkan, tim itu bekerja untuk membongkar seperti apa fakta kejadian yang sebenarnya. Termasuk mendalami apakah kegiatan tersebut sudah mendapat izin rektorat, atau tidak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini kami dari UIN telah dibentuk tim investigasi, untuk mencari penjelasan fakta di lapangan. Kami mencari sebab-sebabnya, data-datanya. Insyaallah dalam tiga hari ini penyelidikan yang kami lakukan akan kami sampaikan, hasil dari temuan-temuan kami ini," terangnya.
Dia mengaku, UIN saat ini belum bisa memberikan penjelasan secara rinci terkait kejadian tersebut. Hal itu, katanya, karena proses penyelidikan yang mereka lakukan masih berlangsung.
"Kami belum bisa menjelaskan secara detail karena masih konsumsinya penyelidikan. Kami tidak bisa menjelaskan untuk sekarang," katanya.
Meski polisi menyebut antara korban dan pelaku sudah berdamai secara hukum, lanjut dia, UIN tidak akan membiarkan begitu saja. Jika pelanggaran yang diduga dilakukan sejumlah oknum panitia Diksar UKMK Litbang tersebut memang benar terjadi, UIN menyatakan tidak akan segan mengambil tindakan tegas.
"Kami lihat ada pelanggaran itu, maka dari itu kami diturunkan. Apapun yang terjadi akan tetap kami telusuri. Kalau terjadi benar pelanggaran kode etik murni apapun bentuknya ya jelas UIN sangat tegas, karena hal ini harus kita selesaikan supaya tidak ada tafsiran jelek terhadap institusi," jelas Budianto.
Sebelumnya, kepolisian setempat pun sempat turun tangan untuk menangani kasus ini. Namun, Kapolsek Gandus AKP WD Bernard enggan berkomentar banyak terkait kejadian itu. Dia memastikan bahwa pelaku dan korban sudah berdamai.
"Sudah damai kedua belah pihak," kata Bernard saat dikonfirmasi detikSumut, Senin (3/10/2022).
Menurut Bernard, perdamaian antara korban dan pelaku berlangsung dengan didampingi orang tua mereka.
Sementara, Ketua UKMK Litbang UIN Raden Fatah, Okta Reza sampai saat ini belum memberi keterangan terkait peristiwa itu.
Informasi dihimpun, peristiwa penganiayaan dan pengancaman itu terbongkar setelah rekan korban bersama orang tuanya dan polisi, menjemput ALP di lokasi kejadian pada Sabtu (1/9) lalu. Adapun acara diksar itu digelar sejak 29 September hingga 2 Oktober 2022.
Ibu korban, Maimunah membenarkan peristiwa yang dialami putranya itu. Korban yang usai dijemput langsung dilarikan ke rumah sakit.
"Iya (benar). Saya orang tuanya. Anak saya itu cowok ya," kata Maimunah saat dihubungi detikSumut, Senin (3/10/2022).
Dugaan penganiayaan itu berawal saat korban berkomentar ketika diminta uang senilai Rp 300 ribu dan bawa makanan sendiri selama acara diksar yang rencananya akan digelar di Bangka. Namun, pada kenyataannya diksar tersebut digelar di Bumi Perkemahan Gandus.
Karena tak terima dengan cuitan korban, sejumlah oknum panitia di sana menghampiri korban dan memeriksa ponsel korban. Selanjutnya, korban dianiaya, disulut rokok dan ditelanjangi oleh mereka. Bahkan, korban juga diancam agar tidak melapor kejadian tersebut ke polisi.
Simak Video "Video Viral Santri Ponpes Malang Dicambuki Pengasuh"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)