Nama Lebah Begantong tak asing lagi bagi masyarakat Sumatera Utara. Bahkan, grup musik melayu ini sempat viral pada tahun 2020 lalu.
Lebah Begantong mulai mencuri perhatian publik setelah video penampilan mereka yang memadukan musik melayu dan pantun jenaka tersebar di sosial media.
Asli dari Medan, Lebah Begantong dibentuk pada tahun 2017 dengan 10 personel, yakni Najibullah Al Maidani Lubis (vokalis), Eva Gusmala Yanti (vokalis), Muhammad Sadikin (vokalis), Fahri Azwar Situmorang (vokalis), Zainal Arifin Nasution (gitar), Kiki Citra Asmara (keyboard), Muhammad Rizwan (Biola), Muhammad Kholidi (pak pong), Angki Chamaro Siahaan (drum), dan Jamaluddin (akordion).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata mulanya grup musik Melayu ini hadir untuk memperkenalkan budaya Melayu tanpa bayaran. Bermain musik ke sana kemari dengan niat syiar budaya Melayu ke pelosok Sumatera.
![]() |
"Kami dibentuk itu awalnya dari tokoh budayawan Sumut Teuku Zainuddin, nah itu untuk mensyiarkan budaya ke pelosok Sumatera tanpa dibayar. Kami bawa program Ketipak Ketipung Melalak. Kami datang ke Percut dengan bawa sound system sendiri. Seminggu sebelumnya kami bilang ada musik melayu ronggeng. Selain itu kami juga main ke Sibolangit, Tanjung Pura yang itu semua tidak dibayar," ungkap Najib kepada detikSumut.
Pada masa awal merintis Lebah Begantong ini, kata Najib, hanya masyarakat dengan rentang usia 40 tahun ke atas yang menyukai musik mereka. Namun, lantaran adanya lagu-lagu yang dipadukan dengan unsur pantun yang lucu, akhirnya perlahan musik mereka mampu menarik minat kawula muda.
"Ada yang open (peduli) ada juga yang enggak. Tapi kalau orang tua yang nonton, mereka suka--jenjang usia 40 tahun ke atas. Kalau dulu, anak muda ini tidak peduli tapi kalau sekarang, kalau ada yang lagu dari Lebah Begantong yang mereka suka, mereka minta lagu-lagu itu," ujarnya.
Detikers yang mengenal Lebah Begantong, pasti tidak asing dengan lagu-lagu hits yang dibawakan seperti Udin Sedunia, Tundang-Tundangan, Tanjung Katung, dan lagu-lagu dari penyanyi lawas seperti Iyet Bustami.
Baca kisah Lebah Begantong selengkapnya di halaman berikutnya...
Pada tahun 2018 lalu, Lebah Begantong juga sudah memiliki mini album yang terdiri dari 6 lagu. Namun begitu, mini album yang mengangkat kisah romantisme dan budaya itu tidak terlalu mencuat ke publik, beda dengan lagu melayu dengan unsur pantun jenaka mereka yang kini populer di semua kalangan.
"Lagu-lagu pantun itu yang lebih mengangkat, kita pantunin pengantin, kita pantunin tamu undangan dan kawan-kawan di panggung, itu yang viral sama lagu-lagu tebak nama. Kalau lagu-lagu yang kami buat kurang mengangkat," tuturnya.
Menjalani 6 tahun berkarir bersama orkes Lebah Begantong, Najib mengenang masa suka-duka bersama 9 rekannya. Ia menyebutkan tak jarang mereka berdebat dalam proses berkarya.
Walaupun begitu, Najib bangga dengan timnya yang selalu menjunjung profesionalitas ketika sudah di panggung.
"Pernah kita mau garap lagu, kita selalu rembukkan, mau juga bertekak mulut. Menggabungkan 10 kepala ini susah kali memang. Untuk kesenian musik Melayu ini jarang ada yang solid, dan Alhamdulillah Lebah Begantong ini solid dan menghormati yang lebih tua. Timbul cekcok juga tapi harus ada yang mengalah dan saling minta maaf," kenang Najib.
"Pernah kita baru bertekak-tekak, siangnya kita perform. Kita coba profesional tapi ketika di atas kita kompak nah setelah itu kita dudukkan," lanjutnya.
Manggung Hingga Malaysia
Kesuksesan Lebah Begantong kini semakin menanjak setelah viral dan pandemi mulai menurun. Najib menyebutkan tawaran manggung datang dari berbagai daerah mulai dari Medan hingga luar Kota Medan. Bahkan, pihaknya juga pernah mengisi acara di Malaysia.
Ia Kemudian mengenang momen paling berkesan saat manggung dalam acara Hari Santri Nasional yang ditonton oleh para menteri dengan permintaan dinyanyikan lagu Melayu jenaka.
"Waktu kita diundang di Hari Santri Nasional dan ditonton oleh empat menteri. Nah, permintaan menteri itu, kita nyanyi tidak di panggung tapi di depan mereka yang minta dipantunkan. Saat itu grogi ya karena kita takut salah ucap, kami tidak tahu ada empat menteri itu dan ditonton ribuan santri. Nah pak menteri itu suka lagu Udin yang kami kembangkan, itu momen yang berkesan," kenangnya.
Melihat perkembangan musik melayu saat ini, Najib melihat butuh dorongan yang lebih kuat dari para seniman muda untuk dapat berkarya. Ia berpesan agar seniman-seniman muda khususnya dari Medan agar terus berkarya.
"Buatlah karya, itu saja. Kira-kira karyanya itu bisa tidak masuk ke khalayak ramai. Kalau bisa lagunya itu kena dengan masyarakat," pesannya.
Simak Video "Video: Makna Tanjak-Pingat yang Disematkan LAM Riau ke Kapolri"
[Gambas:Video 20detik]
(nkm/nkm)