Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Nusa Tenggara Timur (NTT), mensosialisasikan bahaya Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) terhadap kaum muda dan mahasiswa di Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang, NTT, Rabu (11/12/2024). Kegiatan itu melibatkan 150 orang yang terdiri dari pemuda lintas komunitas, organisasi, akademisi, dan tokoh masyarakat.
"Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran generasi muda mengenai bahaya TPPO di NTT dalam rangka memperingati Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP)," ujar Kepala BP3MI NTT, Suratmi Hamida, Rabu (11/12/2024).
BP3MI NTT menyoroti tingginya pengangguran, minimnya informasi, dan eksploitasi media sosial menjadikan kaum muda rentan terhadap TPPO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kaum muda harus mendapatkan edukasi mengenai bahaya TPPO. Kami juga mendorong keterlibatan pemuda dalam pencegahan TPPO dengan membangun ruang diskusi untuk solusi yang konkret," jelas Suratmi.
Suratmi berharap semakin banyak adanya pemuda yang menjadi agen perubahan dalam pencegahan TPPO di NTT dengan dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk penyelesaian masalah TPPO secara berkelanjutan.
"Saya kira kita membutuhkan komitmen bersama untuk melawan TPPO dengan sinergitas antara BP3MI NTT, pemuda, dan semua pemangku kepentingan," kata Suratmi.
Dia mengungkapkan catatan BP3MI NTT mengenai jumlah PMI ilegal yang meninggal di Malaysia sejak Junuari hingga Desember 2024 mencapai 121 orang. Namun, hanya lima di antaranya merupakan PMI yang berangkat secara legal atau lewat jalur resmi.
"Kabupaten Malaka ada 26 orang, Ende dan Belu ada 14 orang. Disusul kabupaten lainnya yang berkisar antara 1-13 orang yang meninggal di Malaysia," beber Suratmi.
Sementara data penempatan PMI asal NTT sejak 2020 hingga 2024 mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu pada tahun 2020 berjumlah (213) orang, tahun 2021 (18) orang, tahun 2022 (201) orang, tahun 2023 (1.305) orang, dan tahun 2024 (1.246) orang.
Menurut Suratmi, 90 persen PMI asal NTT rata-rata bekerja di Malaysia di sektor informal seperti housekepeer, family cook, baby sitter, elderly caretaker, dan housemaid. Para PMI itu paling banyak berasal dari Kabupaten Kupang, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Timur, dan Belu.
"Tercatat 96 persen PMI asal NTT adalah perempuan. Kemudian 92 persen mereka ditempatkan di Malaysia," pungkas Suratmi.
(dpw/gsp)