Puluhan Kerbau Mati Mendadak di Sumsel, Diduga Diserang Penyakit Ngorok

Regional

Puluhan Kerbau Mati Mendadak di Sumsel, Diduga Diserang Penyakit Ngorok

Tim detikSumbagsel - detikSumut
Senin, 15 Apr 2024 10:58 WIB
19 ekor kerbau mati tersambar petir bersama penggembalanya di Tapanuli Tengah, Sumut, Selasa (20/8/2019)
Ilustrasi. (Foto: Abdi Somat Hutabarat-detikcom).
Ogan Komering Ilir -

Puluhan ekor kerbau mati mendadak di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam dan Desa Tanjung Batu, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komerin Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel). Hewan ternak itu diduga mati terserang penyakit septicaemia epizootica atau ngorok.

Ketua Persatuan Dokter Hewan (PDHI) Sumsel, Drh Jafrizal mengatakan puluhan kerbau itu mati mendadak diduga akibat penyakit ngorok. Peristiwa tersebut sama seperti kejadaian di Musi Rawas Utara dan Empat Lawang.

"Dari informasi yang kita terima memang ada puluhan hewan kerbau di OKI mati mendadak akibat penyakit ngorok, kejadian ini sama seperti di Musi Rawas Utara dan Empat Lawang. Para peternak kerbau harus cepat melakukan pemisahan antara hewan yang sehat dengan yang sakit," kata Jafrizal, Sabtu (6/4/2024) melansir detikSumbagsel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jafrizal mengatakan penyakit ngorok pada kerbau ini banyak terjadi pada waktu musim hujan, dan gejala klinis hewan yang terinfeksi seperti demam yang tinggi, lesu, hipersalivasi, batuk dan suara mendengkur yang kadang sering sulit dibedakan dengan penyakit lain.

Untuk mengatasi penyebarannya, Jafrizal menyebut pemerintah harus cepat melakukan vaksinasi. "Ini harus gerak cepat agar penyakit tidak menyebar segera melakukan vaksinasi terhadap kerbau yang sehat," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Jafrizal mengatakan, usia kerbau yang mati mendadak tersebut mayoritas kerbau yang usianya dewasa dan anak-anak.

"Bobotnya diperkirakan mencapai 400 hingga 500 kilogram kerbau yang mati juga dagingnya tidak boleh di potong dan dimakan," tegasnya.

Sementara, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel, Ruzuan Effendi mengatakan, kasus kematian kerbau ini terjadi sejak beberapa waktu lalu. Pada pertengahan 2023, kerbau mati mendadak di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).

"Rangkaian kejadiannya dari tahun kemarin sudah ada, berawal dari Muratara, lanjut ke Jambi dan sekarang di OKI," ujar Ruzuan, Minggu (14/4).

Penyakit ngorok, disebutnya terjadi pada musim penghujan. Seperti yang terjadi di Muratara, kasus terjadi pada Mei 2023 lalu saat musim penghujan. Kemudian pada musim penghujan tahun ini kembali terjadi.

Ia menyebut, kasus terakhir kerbau mati mendadak terjadi pada Sabtu (6/4) lalu. Ia membenarkan jika ada beberapa ekor yang mati mendadak.

"Iya video yang beredar di medsos itu kasus yang kemarin. Kasus terakhir terjadi 6 April lalu. Tim kita sudah mengecek ke lapangan beberapa waktu lalu untuk tindakan pencegahannya," ungkapnya.

Menurutnya, penyakit ngorok pada kerbau di OKI sudah terjadi sejak awal Maret. Pihaknya belum mengetahui detail berapa jumlah kerbau yang mati mendadak, namun diperkirakan sudah puluhan ekor.

"Iya kejadian pertama tahun ini pertengahan Maret lalu, petugas yang meninjau langsung memberikan vaksin ke kerbau yang sehat agar tidak menular," jelasnya.

Ia berharap, atas kejadian ini pemilik ternak melakukan antisipasi dengan mengupayakan pembersihan kandang secara berkala untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian memperhatikan pakan ternak dan memberi multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak.




(dhm/dhm)


Hide Ads