Puluhan Kerbau di OKI Mati Mendadak, Ini Langkah DKPP Sumsel

Sumatera Selatan

Puluhan Kerbau di OKI Mati Mendadak, Ini Langkah DKPP Sumsel

Reiza Pahlevi - detikSumbagsel
Minggu, 14 Apr 2024 16:30 WIB
19 ekor kerbau mati tersambar petir bersama penggembalanya di Tapanuli Tengah, Sumut, Selasa (20/8/2019)
Ilustrasi (Foto: Abdi Somat Hutabarat-detikcom)
Ogan Komering Ilir -

Puluhan kerbau mati mendadak di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel). Penyakit ngorok diduga jadi penyebab, sehingga membuat pemilik ternak rugi ratusan juta Rupiah.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel, Ruzuan Effendi mengatakan, kasus kematian kerbau ini terjadi sejak beberapa waktu lalu. Pada pertengahan 2023, kerbau mati mendadak di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).

"Rangkaian kejadiannya dari tahun kemarin sudah ada, berawal dari Muratara, lanjut ke Jambi dan sekarang di OKI," ujar Ruzuan saat dikonfirmasi, Minggu (14/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyakit ngorok, disebutnya terjadi pada musim penghujan. Seperti yang terjadi di Muratara, kasus terjadi pada Mei 2023 lalu saat musim penghujan. Kemudian pada musim penghujan tahun ini kembali terjadi.

Ia menyebut, kasus terakhir kerbau mati mendadak terjadi pada Sabtu (6/4) lalu. Ia membenarkan jika ada beberapa ekor yang mati mendadak.

ADVERTISEMENT

"Iya video yang beredar di medsos itu kasus yang kemarin. Kasus terakhir terjadi 6 April lalu. Tim kita sudah mengecek ke lapangan beberapa waktu lalu untuk tindakan pencegahannya," ungkapnya.

Menurutnya, penyakit ngorok pada kerbau di OKI sudah terjadi sejak awal Maret. Pihaknya belum mengetahui detail berapa jumlah kerbau yang mati mendadak, namun diperkirakan sudah puluhan ekor.

"Iya kejadian pertama tahun ini pertengahan Maret lalu, petugas yang meninjau langsung memberikan vaksin ke kerbau yang sehat agar tidak menular," jelasnya.

Ia berharap, atas kejadian ini pemilik ternak melakukan antisipasi dengan mengupayakan pembersihan kandang secara berkala untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian memperhatikan pakan ternak dan memberi multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak.

"Mudah-mudahan bisa teratasi dengan vaksin dan pembersihan kandang serta pemberian vitamin," tukasnya.

Sebelumnya diberitakan detikSumbagsel, puluhan ekor kerbau di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam dan Desa Tanjung Batu, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI, Sumsel mati mendadak diduga terserang penyakit septicaemia epizootica atau ngorok. Penyakit menyerang kerbau di OKI ini sama seperti di Muratara dan Empat Lawang.

Ketua Persatuan Dokter Hewan (PDHI) Sumsel, Drh Jafrizal mengatakan para peternak hewan kerbau harus cepat melakukan pengendalian sebelum penyakit ini menyebar dengan memisahkan hewan yang sehat.

"Dari informasi yang kita terima memang ada puluhan hewan kerbau di OKI mati mendadak akibat penyakit ngorok, kejadian ini sama seperti di Musi Rawas Utara dan Empat Lawang. Para peternak kerbau harus cepat melakukan pemisahan antara hewan yang sehat dengan yang sakit," katanya kepada detikSumbagsel Sabtu (6/4/2024).

Jafrizal menjelaskan penyakit ngorok pada kerbau ini banyak terjadi pada waktu musim hujan, dan gejala klinis hewan yang terinfeksi seperti demam yang tinggi, lesu, hipersalivasi, batuk dan suara mendengkur yang kadang sering sulit dibedakan dengan penyakit lain.

Untuk mengatasi penyebaran penyakit ngorok ke kerbau lainnya, kata dia, pemerintah harus cepat melakukan vaksinasi.

"Ini harus gerak cepat agar penyakit tidak menyebar segera melakukan vaksinasi terhadap kerbau yang sehat," ungkapnya.

Jafrizal mengatakan, usia kerbau yang mati mendadak tersebut mayoritas kerbau yang usianya dewasa dan anak-anak.

"Bobotnya diperkirakan mencapai 400 hingga 500 kilogram kerbau yang mati juga dagingnya tidak boleh di potong dan dimakan," tegasnya.




(mud/mud)


Hide Ads