Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 telah menetapkan awal Ramadhan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024. Di sisi lain, pemerintah melalui kalender hijriah yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag) sebelum sidang isbat menetapkan awal Ramadhan 1445 H yang jatuh pada tanggal 12 Maret 2024.
Bulan suci Ramadhan memang menjadi momen yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam, khususnya di Indonesia. Biasanya, masyarakat di berbagai daerah di Tanah Air melakukan sejumlah tradisi menarik dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Nah, kali ini detikSumut akan mengajakmu untuk melihat lima tradisi menyambut Ramadhan di Indonesia. Simak sampai habis ya detikers!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Punggahan
Dilansir dari artikel ilmiah bertajuk "Rekonstruksi Pendidikan Islam Dalam Perubahan Mindset Masyarakat Gunung Kemukus" oleh Aat Hidayat, Pungguhan merupakan tradisi memberikan sedekah dan syukuran yang dilakukan menjelang Ramadhan.
Tradisi ini bertujuan untuk mengirimkan doa seperti membacakan tahlil dan surat Al Ikhlas kepada leluhur yang telah tiada. Punggahan umumnya dilakukan dalam bentuk kenduri atau berkumpul bersama untuk berdoa dan makan bersama.
Biasanya, punggahan dilakukan pada 3 atau 2 hari jelang memasuki bulan suci Ramadhan. Pelaksanaan tradisi punggahan masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa di beberapa daerah. Salah satunya masyarakat di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
2. Mandi Pangir
Mandi pangir atau marpangir merupakan tradisi mandi menggunakan bahan alami (ramuan) yang bertujuan untuk menyucikan diri menjelang perayaan Ramadhan. Tradisi unik ini masih dilestarikan oleh masyarakat etnis Mandailing di berbagai daerah Sumatera Utara, seperti Asahan dan Mandailing Natal.
Dilansir dari artikel ilmiah berjudul "Studi Etnobotani Tumbuhan Pada Tradisi Mandi Pangir di Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan" oleh Maulidan Sari Lubis dan M. Idris, terdapat 6 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan ramuan pada tradisi mandi pangir.
Di antaranya adalah pandan wangi (pandanus amaryllifolius), nilam (pogostemon cablin), mayang pohon pinang (areca cathecu), jeruk purut (citrus hystrix), serai wangi (cymbopogon nardus) dan kenanga (cananga odorata). Menariknya, masyarakat tradisional di desa akan beramai-ramai pergi ke ladang untuk mengambil bahan-bahan yang dijadikan sebagai ramuan mandi pangir ini.
3. Meugang
Dilansir dari artikel ilmiah bertajuk "Tradisi Meugang dan Kenduri Nuzululquran pada Masyarakat Aceh dalam Masa Pandemi Covid-19" oleh Mirza Desfandi,dkk. Meugang adalah tradisi makan daging sapi. Pelaksanaan tradisi Meugang ini dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat di Aceh tanpa terkecuali.
Meugang menjadi tradisi yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat Aceh menjelang datangnya Ramadhan. Tidak hanya dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan, masyarakat Aceh juga melaksanakan tradisi meugang sebelum perayaan Idul Fitri dan Idul Adha.
Tradisi meugang juga identik dengan momen kumpul keluarga. Pasalnya, pada perayaan ini anak yang telah berkeluarga atau tinggal di tempat yang jauh akan pulang untuk berkumpul bersama orang tua dan saudara.
4. Malamang
Selanjutnya ada tradisi Malamang dari Padang Pariaman, Sumatera Barat. Apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia, malamang berarti membuat lemang atau memasak lemang.
Berdasarkan Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) versi VI, lemang merupakan makanan dari ketan dan diberi santan yang dipanggang dalam bambu. Bagi detikers yang belum tahu, lemang merupakan makanan khas dari Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Padang Pariaman.
Mengutip dari artikel ilmiah bertajuk "Tradisi Malamang sebagai Media Komunikasi Masyarakat Padang Pariaman" oleh Yudhistira Ardi Poetra, tradisi malamang sangat kental kaitannya dengan kegiatan-kegiatan yang bertemakan agama Islam. Salah satunya saat penyambutan bulan suci Ramadhan.
5. Megibung
Di Bali dikenal tradisi megibung yang dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Pada pelaksanaan tradisi ini masyarakat akan Islam di Bali akan mengolah beberapa jenis makanan di rumah masing-masing yang nantinya akan disantap bersama-sama pada hari acara berlangsungnya megibung.
Dilansir dari jurnal ilmiah berjudul "Tradisi Megibung pada Budaya Hindu dan Muslim di Desa Tumbu" oleh Amira Anindita Rafi'i, dkk, hidangan khas yang disajikan saat perayaan megibung adalah nasi, olahan sate, olahan sayuran, dan olahan daging. Sebagai pelengkap, ada juga jajanan kemasan, minuman kemasan, dan buah-buahan.
Penataan makanan yang disajikan pada tradisi megibung juga sangat menarik. Untuk nasinya diletakkan di wadah beralaskan daun pisang atau gibungan. Sementara itu, lauk pauknya disajikan menggunakan daun pisang yang dikenal dengan sebutan karangan.
Demikian lima tradisi tradisi menyambut Ramadhan dari berbagai daerah di nusantara. Semoga bisa memberikan wawasan baru ya detikers.
Artikel ini ditulis Berkat Prima Telaumbanua, Mahasiswa Peserta Magang Merdeka di detikcom.
(mjy/mjy)