Kota Medan, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki masyarakat majemuk yang mencakup berbagai suku, agama, dan budaya. Di tengah keragaman tersebut, berdiri sebuah tempat ibadah yang unik dan mempesona, Graha Maria Annai Velangkanni.
Gereja ini bukan sekadar tempat ibadah Katolik biasa, tetapi juga sebuah perpaduan harmonis berbagai kebudayaan dalam sebuah arsitektur yang mengagumkan.
Pada gerbang depan Graha Maria Annai Velangkanni, pengunjung disambut dengan patung-patung yang mengenakan baju adat dari berbagai budaya, di antaranya adat Batak Toba, Tiongkok, Bali, hingga India. Di bagian atas gerbang, tampak miniatur rumah-rumah adat Batak Toba dan Karo yang sungguh khas.
Begitu melangkah masuk, bangunan bak menara tinggi menyerupai kuil berdiri megah dengan jembatan layang yang seakan-akan mendekap dari sisi kanan dan kiri. Meriahnya warna merah, hijau, biru, putih, hingga keemasan menghiasi bangunan indah nan menakjubkan ini.
Graha Maria Annai Velangkanni diberi nama sesuai dengan tempat ibadah serupa di Desa Velangkanni, Tamil Nadu, India, yang didedikasikan untuk Bunda Maria Annai Velangkanni, pelindung dan penyembuh orang sakit. Ini karena inspirasi untuk membangun gereja ini datang dari masyarakat Tamil Katolik di Medan yang merindukan tempat doa yang mengingatkan mereka akan tempat di Velangkanni.
"Karena terbatas waktu dan juga materi, mereka merindukan tempat ibadah yang ada di Velangkanni agar ada juga di Medan. Maka itulah gagasan dasarnya, yaitu kerinduan dari masyarakat Tamil Katolik yang ada di Medan," ungkap Pastor Gundo yang merupakan Rektor Graha Maria Annai Velangkanni saat ini kepada detikSumut, beberapa waktu yang lalu.
Gereja nan megah ini dibangun selama empat tahun dari tahun 2001 hingga 2005 menggunakan dua nuansa arsitektur, yaitu arsitektur Indo-Moghul. Artinya, bangunan ini menggabungkan elemen-elemen arsitektur Hindu dan Islam, menciptakan nuansa yang sungguh unik.
Elemen arsitektur Islam dapat dilihat pada lantai satu bangunan tersebut yang berupa aula besar dengan banyak pintu-pintu berbentuk khas bangunan Islam. Kemudian aksen Hindu ditampilkan melalui bentuk bangunan yang seperti menara tinggi dan ornamen-ornamen yang mempercantik dinding-dindingnya. Perpaduan tersebut memberikan pengalaman visual yang menakjubkan.
Meski mengadopsi nuansa Indo-Moghul dalam arsitekturnya, bangunan ini tetap dimaknai dengan semangat iman Katolik. Salah satunya, jumlah lantai pada bangunan utama gereja ini memiliki makna tersendiri dimana lantai ketiga hingga lantai yang paling atas berjumlah tujuh lantai. Ini melambangkan kemuliaan dan kesempurnaan Allah dalam konsep iman Katolik.
"Dari lantai tiga ke atas itu ada tujuh lantai. Tujuh itu melambangkan kesempurnaan dan kemuliaan. Tujuh hari dalam satu minggu, tujuh warna pelangi, langit ketujuh. Maka tujuh itu adalah lambang kemuliaan Allah" jelas Pastor Gundo.
Baca selengkapnya di halaman berikut...
(afb/afb)