Dalil-Hadis tentang Puasa Tasua dan Asyura 9-10 Muharram

Dalil-Hadis tentang Puasa Tasua dan Asyura 9-10 Muharram

Fria Sumitro - detikSumut
Rabu, 26 Jul 2023 09:05 WIB
Muharram adalah awal bulan Tahun Hijriah. Tahun Baru Hijriah atau Tahun Baru Islam dirayakan setiap tahun oleh umat Muslim.  Simak sejarah bulan Muharram!
Dalil-Hadis Puasa Tasua dan Asyura (Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph)
Medan -

Puasa Tasua dan Asyura adalah dua ibadah saum yang secara khusus dikerjakan selama bulan Muharam. Meskipun menyandang predikat sunah, puasa Tasua dan Asyura memiliki keutamaan yang begitu besar.

Namun, bagaimana dengan dalil yang menjadi dasar anjuran kedua jenis puasa tersebut? Apakah sahih? Merujuk berbagai sumber, berikut detikSumut sajikan informasi dalil tentang puasa Tasua dan Asyura.

Dalil tentang Puasa Tasua

Dari Buku Puasa Bersama Rasulullah SAW oleh Muhammad Ridho al-Thurisinai, puasa Tasua adalah ibadah saum sunah yang dikerjakan pada hari kesembilan bulan Muharam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal mula dianjurkannya puasa ini adalah supaya tidak tasyabbuh atau menyerupai kaum Yahudi, seperti disebutkan dalam Fiqih Kontroversi Jilid 2: Beribadah antara Sunnah dan Bid'ah karya H.M. Anshary.

Sebagai informasi, orang-orang Yahudi juga berpuasa Asyura, tetapi hanya pada 10 Muharam saja. Untuk itu, Rasulullah menganjurkan untuk menambah puasa pada 9 Muharam agar menyelisihi umat Yahudi.

ADVERTISEMENT

Adapun yang menjadi dalil utama anjuran puasa Tasua adalah hadis dari Ibnu Abbas RA. Dikutip dari buku Rahasia Puasa Sunah oleh Ahmad Syahirul Alim, ia berkata bahwa seorang sahabat bertanya kepada Nabi SAW ketika beliau memberi perintah untuk berpuasa di hari Asyura,

"Wahai Rasulullah, (bukankah) hari itu hari yang diagung-agungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani?"

Maka, Rasulullah SAW bersabda, "Jika datang tahun yang akan datang, insya Allah kita akan berpuasa (juga) hari kesembilan."

Ibnu Abbas kemudian berkata, "Maka tidak pernah datang tahun berikutnya karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam telah wafat." (HR. Muslim)

Jika hadis tersebut ditelaah, Rasulullah baru berencana mengerjakan puasa Tasua. Akan tetapi, ia sudah wafat terlebih dahulu sehingga belum sempat melakukan puasa pada 9 Muharam tersebut.

Meski begitu, hadis tersebut tetap valid dijadikan sandaran dan jumhur ulama sepakat bahwa puasa Tasua dan Asyura hukumnya sunah. Bahkan, menurut Imam Syafi'i hingga Imam Ahmad, disunahkan untuk melaksanakan puasa 9 dan 10 Muharam berturut-turut.

Di samping itu, juga terdapat riwayat lain dari Ibnu Abbas di mana Rasulullah SAW pernah bersabda,

"Selisihilah orang-orang Yahudi. Puasalah pada hari kesembilan dan kesepuluh Muharam." (Zaadul Ma'ad [II/60] oleh Ibnul Qayyim, sahih, tetapi diriwayatkan secara mauquf).

Dalil tentang Puasa Asyura

Seperti yang disebutkan dalam di bagian sebelumnya, orang Yahudi juga melaksanakan puasa Asyura. Bukan hanya umat Yahudi, orang-orang Quraisy di era sebelum masuknya Islam juga telah mengerjakannya.

Bahkan, berdasarkan Dahsyatnya Puasa Sunah karya Syarbini dan Afgani (2010), sebagian ulama berpendapat bahwa dulunya puasa Asyura dihukumi wajib. Namun, setelah datang perintah puasa di bulan Ramadan, saum pada hari ke-10 Muharam itu berubah menjadi sunah.

Berikut dalil-dalil tentang perintah hingga keutamaan puasa Asyura:

Dalil 1

"Ketika tiba di Madinah, Rasulullah SAW mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa Asyura. Kemudian, Rasulullah SAW bertanya, 'Hari yang kalian berpuasa ini hari apa?' Orang-orang Yahudi tersebut menjawab, 'Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Firaun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini.' Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, 'Kami seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.' Lalu, setelah itu, Rasulullah SAW memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa." (HR. Muslim no. 1130).

Dalil 2

"Hari Asyura adalah waktunya puasa orang-orang Quraisy pada zaman Jahiliyah. Dan Rasulullah pun melaksanakannya. Tatkala Nabi tiba di Madinah, beliau tetap melakukan puasa Asyura dan memerintahkan sahabat untuk melakukan puasa itu juga. Ketika diwajibkan puasa Ramadan, beliau meninggalkan puasa Asyura dan beliau bersabda, 'Barang siapa yang hendak berpuasa, maka puasalah, dan barang siapa yang hendak berbuka, maka berbukalah.'" (HR. Bukhari).

Dalil 3

"Sesungguhnya orang-orang Jahiliah biasa melakukan puasa pada hari Asyura. Rasulullah SAW pun melakukan puasa tersebut sebelum diwajibkannya puasa Ramadan, begitu pula kaum muslimin saat itu. Tatkala puasa Ramadan diwajibkan, Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya hari Asyura adalah hari di antara hari-hari Allah. Barang siapa yang ingin berpuasa, silakan berpuasa. Barang siapa meninggalkannya, juga silakan'." (HR. Muslim no. 1126)

Dalil 4

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah. Beliau menjawab, 'Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.' Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura. Beliau menjawab, 'Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.'" (HR. Muslim no. 1162).

Jadi, dalil tentang puasa Tasua dan Asyura mayoritas berasal dari hadis yang sahih derajatnya sehingga detikers tak perlu ragu untuk menunaikannya. Semoga informasi tadi bermanfaat!




(mff/astj)


Hide Ads