Napak Tilas ke Kawasan Pasar Jambi, Pusat Bisnis Sejak Zaman Kesultanan

Jambi Punya Cerita

Napak Tilas ke Kawasan Pasar Jambi, Pusat Bisnis Sejak Zaman Kesultanan

Dimas Sanjaya - detikSumbagsel
Jumat, 19 Jul 2024 14:00 WIB
Pusat perbelanjaan di kawasan Pasar Jambi.
Pusat perbelanjaan di kawasan Pasar Jambi. Foto: Dimas Sanjaya/detikcom
Jambi -

Di tengah Kota Jambi, terdapat suatu kawasan bernama Pasar. Di dalamnya ada sejumlah pusat perbelanjaan, salah satunya Pasar Tanah Pilih dan Istana Anak-anak yang berjaya pada tahun 1990-an. Usut punya usut, kawasan tersebut bahkan sudah menjadi pusat bisnis sejak zaman kesultanan.

Pusat bisnis di Jambi ini awalnya terbentuk dari peradaban di sekitar Sungai Batanghari. Sungai tersebut menjadi jalur utama bagi distribusi barang dan penghubung antara wilayah-wilayah kecil di pedalaman Jambi dengan kota-kota perdagangan di pesisir.

Sejarawan Jambi Ujang Hariadi menjelaskan dari Masjid Agung Al Falah hingga Rumah Dinas Gubernur Jambi menyimpan sejarah penting putaran ekonomi dan bisnis di Jambi. Dahulu di pinggir kawasan Angso Duo pernah ada dermaga. Kini tempat tersebut menjadi kompleks mal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kawasan Pasar juga merupakan pusat pemerintahan pada masa Kesultanan Jambi. Ketika Kesultanan Jambi dikalahkan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1906, Pemerintahan Hindia Belanda mempertahankan dan menguatkan kawasan tersebut menjadi pusat bisnis.

"Sejak abad ke-19 sudah menjadi pusat ekonomi dan pusat pemerintahan karena ada wilayah Kesultanan di dekat Masjid Agung Al Falah itu. Setelah Kesultanan tidak ada lagi dikalahkan Pemerintahan Belanda. Oleh Belanda dibangunlah Kantor Residen, Rumah Residen, Kantor Pejabat Belanda di situ," kata Ujang yang merupakan mantan Kepala Museum Siginjai Jambi.

ADVERTISEMENT

Masa Kesultanan Jambi berakhir setelah gugurnya Sultan Thaha Saifuddin tanggal 27 April 1904. Belanda juga menguasai wilayah-wilayah Kesultanan Jambi dan menetapkannya sebagai karesidenan yang masuk dalam wilayah Nederlandsch Indie.

Beberapa Kantor Residen Belanda masih dapat dijumpai saat ini. Misalnya Eks Mako Polairud Polda Jambi yang kini difungsikan menjadi bagian RS Bhayangkara. Ada pula Rumah Residen Jambi yang kini menjadi Rumah Dinas Gubernur Jambi.

"Di belakang Kantor Residen. Berkembanglah pusat perekonomian, Belanda membuka Kantor Dagang juga," jelasnya.

Pusat perekonomian di Pasar Jambi terus berkembang setelah Indonesia merdeka. Pemerintah Daerah Jambi kemudian mengembangkan kawasan Pasar menjadi tumpuan sektor perekonomian. Dibangunlah pusat-pusat perbelanjaan seperti Pasar Tradisional Angso Duo, Pasar Tanah Pilih, Pasar Los, Pasar Sitimang, hingga Pasar Malioboro.

"Setelah merdeka dibangunlah kawasan pasar di situ. Ada bioskop di situ, ada tempat bermain anak-anak di situ. Kemudian di dekat Terminal Rawasari bergeser sedikit ada Taman Mayang Mangurai di situ. Tempat orang bersantai dan kuliner. Di situlah dulu pusat ekonominya," kata Ujang.

Salah satu faktor berkembangnya pusat bisnis di sana, kata Ujang, adalah karena jalan dari Pasar Angso Duo hingga Rumah Dinas Gubernur Jambi berkapasitas besar. Pada zaman itu belum banyak jalan-jalan besar di Kota Jambi.

Pesatnya perkembangan kawasan Pasar itulah ditandai dengan adanya pusat hiburan salah satunya Istana Anak-Anak. Namun tak bisa dipungkiri, zaman terus berubah dan konsentrasi kegiatan bisnis mulai menyebar. Kini kawasan Pasar tak lagi jadi tumpuan.

"Terus dari situ berkembanglah (pusat ekonomi) itu dari pasar, ke kawasan Broni, ke Simpang Pulai, dan sampai ke Thehok situ," bebernya.




(des/des)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads