Siswa SMK di Kabupaten Nias, Sumatera Utara (Sumut), berinisial YN (17) tewas usai diduga dianiaya kepala sekolahnya yakni SZ (37). Hasil pemeriksaan dokter, korban tewas karena salah satu sarafnya tidak berfungsi.
Peristiwa penganiayaan yang dialami korban terjadi pada Sabtu (23/3) sekitar pukul 09.00 WIB di sekolahnya. Kejadian itu bukan hanya terjadi pada korban, tetapi kepada rekannya yang berjumlah 6 orang.
Siswa itu meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Thomsen Gunungsitoli saat mendapat perawatan intensif, pada Senin 15 April 2024 sekitar pukul 19.30 WIB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak terima dengan kejadian itu, Yantria Telaumbanua selaku ibu korban mengadukan dugaan penganiayaan itu ke Polres Nias Selatan pada Kamis, 11 April 2024. Hal itu ditandai dengan laporan nomor: STTLP/B/50/IV/2024/SPKT/Polres Nias Selatan/Polda Sumut.
Kapolres Nias Selatan AKBP Boney Wahyu Wicaksono membenarkan keluarga YN telah membuat laporan soal dugaan penganiayaan tersebut.
"Saat ini proses hukumnya sedang berjalan," katanya dikutip detikSumut, Selasa (16/4/2024).
Saraf Tidak Berfungsi
Setelah kejadian itu, keluarga membawa korban ke RSUD Thomsen Gunung Sitoli pada 9 April untuk dilakukan pemeriksaan. Keesokannya mendapatkan hasilnya pemeriksaan bahwa di bagian kening korban terdapat bekas pukulan dan satu saraf tidak berfungsi.
"10 April 2024 keluarga menerima hasil pemeriksaan dari RS Thomsen Gunung Sitoli yang mana keterangan dokter bahwa ada bekas dari pukulan di bagian kening dan salah satu saraf tidak berfungsi di bagian kening korban, sehingga korban sakit parah," kata Kasi Humas Polres Nisel Bripka Dian Octo Tobing, Rabu (17/4/2024).
Tak terima dengan kejadian itu, kata dia, keluarga korban membuat laporan ke Polres Nisel pada 11 April 2024. Lalu, pada 13 April, korban kembali dibawa ke RSUD Thomsen Gunungsitoli untuk mendapatkan perawatan intensif. Namun, pada 15 April sekira pukul 19.30 WIB, korban dilaporkan meninggal dunia di rumah sakit.
"Pada 15 April sekira pkl 17.00 WIB penyidik tiba di rumah sakit untuk melakukan wawancara terhadap korban serta melihat keadaan korban. Namun, korban tidak dapat memberikan keterangan karena dalam keadaan kritis. Lalu, sekira pukul 19.30 WIB, korban meninggal dunia," ujarnya.
Dian mengatakan penganiayaan itu di salah satu SMK di Desa Hilisaooto, Kecamatan Siduaori. Awalnya, pada 23 Maret 2024 pagi, korban bersama enam siswa lainnya dibariskan oleh SZ.
"Korban dipukul di bagian kening korban sebanyak lima kali," jelasnya.
Penganiayaan Berawal Laporan Sekcam
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Nisel AKP Freddy Siagian menceritakan penganiayaan terhadap korban dan rekannya berawal dari adanya aduan sekretaris kecamatan (sekcam) Siduaori. Diketahui, korban dan sejumlah temannya melakukan praktik kerja industri (Prakerin) di kantor camat itu.
"Jadi, awalnya kan anak-anak itu prakerin di kantor camat, kan kalau sudah diserahkan ke kantor camat berarti yang membina orang camat, termasuklah sekcam," kata Freddy dikutip detikSumut, Kamis (18/4/2024).
Saat prakerin, kata dia, diduga mereka tidak mengindahkan perintah dari sekcam hingga mengadukannya ke kepala sekolah dan meminta siswa-siswi itu untuk dibina.
"Disuruh lah sesuatu anak-anak ini, mungkin mereka kurang tanggap atau tidak mengindahkan arahan sekcamnya. Jadi, setelah itu dilaporkan lah ke kepseknya, supaya dibina dulu, dikasih tahu anak-anak itu supaya mau mengindahkan perintah," ujarnya.
Freddy mengatakan setelah kejadian itu pada Senin dan Selasa, mereka masih prakerin di kantor camat itu, termasuk korban. Saat itu, mereka tidak mengeluhkan sakit apapun.
"Setelah itu, hari Senin-Selasa kembali lagi mereka prakerin di kecamatan. Enggak ada, aman-aman saja menurut kawan-kawannya. Korban ikut hari Senin, Selasa itu. Kemudian hari Rabu-nya lah tidak datang lagi (korban), katanya ada mengasih tahu izin, enggak datang lagi sampai selanjutnya di tanggal 9 (April) baru diketahui bahwasanya dia sakit," jelasnya.
Dia mengatakan siswa-siswi yang lain tidak mengalami keluhan apapun usai mendapatkan pukulan dari kepsek itu. Bahkan mereka tidak ada membuat laporan ke kantor polisi.
"Tidak ada, sampai sekarang mereka mengatakan tidak ada merasakan sakit, itulah laporan mereka dan tidak ada yang buat laporan polisi terkait dengan pukulan dari kepsek, kecuali korban sendiri," ujarnya.
Setelah kejadian itu, Freddy mengatakan bahwa pihaknya akan memeriksa SZ hari ini untuk dimintai keterangan terkait kejadian itu.
"Kami sudah koordinasi, rencananya hari ini diperiksa," ujarnya.
Untuk mengetahui pasti penyabab tewasnya korban, kata Freddy, jenazah korban akan dilakukan diautopsi pada hari ini.
"Sekarang kami kan melaksanakan autopsi ini terhadap korban, ini mau ke rumah sakit," ungkapnya.
(csb/csb)