Kronologi Santri di Tebo Tewas Tak Wajar, Sempat Telepon Ingin Beri Kejutan

Jambi

Kronologi Santri di Tebo Tewas Tak Wajar, Sempat Telepon Ingin Beri Kejutan

Dimas Sanjaya - detikSumbagsel
Kamis, 14 Mar 2024 16:01 WIB
Ilustrasi Mahasiswa Tewas Dianiaya
Ilustrasi tewas (Foto: Dok. Detikcom)
Tebo -

AH (13), santri di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi, meninggal dunia dengan kondisi terluka diduga dianiaya. Sebelum dikabarkan meninggal, sang anak sempat menelpon orang tua korban ingin memberi kejutan.

Hal ini disampaikan oleh pengacara korban dari Tim Hotman Paris bernama Orde Prianata. Dia menceritakan saat hari kejadian Selasa (14/11/2023), sang anak sempat menelepon pada sore harinya.

"Sebelum kejadian sempat teleponan dengan anak ini (korban) kebetulan yang mengangkat itu mamaknya. Setiap hari Rabu ada pertemuan terus di pesantren," katanya kepada detikSumbagsel, Kamis (14/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat berhubungan telepon, orang tua korban tidak menaruh curiga. Begitu pula sang anak tidak menceritakan adanya masalah di ponpes.

Namun, sang anak menyebutkan akan memberi kejutan kepada orang tua. Kejutan itu rencananya akan diberi tahu esok hari saat pertemuan mingguan di pesantren.

ADVERTISEMENT

"Saya ada kejutan kata anaknya. Kejutan apa? Mungkin bapaknya merasa kejutan dia dapat nilai (bagus) atau apa. Jadi nggak dihiraukan sama bapaknya," ujar Orde menceritakan kronologi dari keluarga korban.

Namun, pada malam harinya, sang ayah diberitahu tetangganya melalui telepon bahwa ada santri yang meninggal dunia. Ayah korban pun terkejut mencari tahu dengan menghubungi guru korban, namun berulang kali teleponnya tidak diangkat.

"Terus ditelepon lagi tetangganya ini untuk menanyakan siapa yang meninggal? Dibilanglah sama tetangganya ini yang meninggal anak sampean (kamu)," jelasnya.

Kabar itu tentunya mengejutkan ayah korban. Ia masih tidak terima dengan kabar duka itu. Tak lama, guru korban menelepon memberi kabar bahwa anaknya meninggal dunia di loteng gedung pesantren.

"Setelah itu ada gurunya yang lain menelpon bahwa anaknya meninggal dunia, sudah dimandikan dan dikafani nanti diantar ke rumah duka, begitu," katanya.

Ayah korban langsung tancap gas menuju pesantren anaknya dengan menempuh perjalanan 3 jam dari rumahnya. Kecurigaan orang tua menguat setelah kafan dibuka, ditemukan sejumlah luka di tubuh korban.

"Giginya retak, di mulutnya mengeluarkan darah, di kaki ada luka melepuh seperti tersulut api. Makanya bapaknya tidak terima," ujarnya.

Sementara keterangan dari pihak ponpes, korban meninggal dunia diduga tersengat aliran listrik di loteng gedung pesantren. Hal itu berdasarkan keterangan visum korban usai dibawa pihak ponpes di Klinik Medika Rimbo Bujang.

"Tapi orang tua tidak terima hingga melaporkan kejadian ini ke Polres Tebo," ungkapnya.

Lebih lanjut, setelah dilaporkan jasad korban sempat diautopsi oleh pihak dokter kepolisian. Hasilnya, ada dugaan luka benda tumpul dari luka korban.

"Saat ini, tim kami dari bang Hotman Paris juga dalam waktu dekat akan ke polres menanyakan perkembangan kasus ini," katanya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Tebo Iptu Yoga Susanto mengatakan kasus ini sudah naik ke tahap penyidikan. Pihaknya sudah memeriksa 36 saksi dari kejadian ini.

"Kasusnya sudah naik sidik. Ada 36 orang saksi yang kami periksa dari temannya dan pihak Ponpes," ujarnya.

Kata dia, dari hasil visum ditemukan adanya luka benda tumpul di tubuh korban.

"Hasil autopsi ditemukan luka benda tumpul. Benda tumpulnya apa itu masih kami cari. Kalau untuk dugaan luka tersengat listrik itu juga ada," ujarnya.




(csb/csb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads