Luky Adhy Setiawan alias Kebo (20) penganiaya Gilang sesama anggota komunitas vespa ekstrem hingga tewas sempat pulang ke rumahnya di Bogor. Ia pulang untuk konsultasi dengan keluarganya usai membunuh korban.
Usai kejadian, Kebo meninggalkan vespa ekstrem milik rombongannya di Sungai Duren, Muaro Jambi. Lokasi itu sebagai titik kumpul dua komunitas yang menjadi TKP perkelahian tersebut.
"Saya nge-BM (menumpang truk di jalan), terus sampai ke Bogor. 3 hari (di perjalanan)," ungkap kebo di Polsek Jaluko, Muaro Jambi, Senin (14/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebo mengaku alasan dirinya kabur setelah terjadi perkelahian dengan Gilang Gimbal karena ingin minta solusi dari orang tuanya di Bogor, Jawa Barat.
"Minta solusi aja ke orang tua," kata Kebo.
Setelah menemui orang tua, kata dia, keluarganya menyarankan untuk menyerahkan diri ke pihak kepolisian terdekat. Ia kemudian diantar keluarganya di Polsek Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.
Di hadapan polisi, Kebo mengaku pasca kejadian dirinya tidak tahu perkelahian itu menyebabkan Gilang meninggal dunia. "Tadinya mah nggak tahu," sebutnya.
Untuk diketahui, dua orang yang terlibat perkelahian itu ialah Luky Adhy Setiawan alias Kebo yang merupakan anggota vespa ekstrem dari Jawa tepatnya perwakilan Cilegon, Banten. Sementara korban Gilang Gimbal merupakan anggota vespa ekstrem asal Padang Panjang, Sumatera Barat.
Kapolsek Jaluko Iptu Ojak Sitanggang mengatakan saat kejadian pada Sabtu (5/8/2023) sekira pukul 22.00 WIB, dua komunitas itu bertemu di Sungai Duren, Muaro Jambi. Saat itu, anggota komunitas vespa ekstrem pelaku dan kawannya datang karena melihat mantan kekasih Luky berada di lokasi sana.
Pelaku Luky pun cemburu melihat hal tersebut, sehingga terjadi keributan di lokasi. Saat keributan itu, mereka di bawah pengaruh alkohol.
"Sebenarnya ini perkelahian, ya. Jadi setelah kejadian, korban sempat dibawa teman-temannya ini ke Puskesmas, dan sempat diperbolehkan pulang. Selanjutnya dia kembali ke tempat tongkrong awal," ujar Ojak.
Setelah pulang dari puskesmas, korban sempat kumpul kembali di tongkrongan tempat perkelahian awal. Selanjutnya, korban tidak mau makan hingga kesehatan korban semakin menurun.
"Lalu korban dibawa kembali ke Rumah Sakit Raden Mattaher. Korban meninggal dunia saat dirawat di rumah sakit," jelasnya.
Ojak menegaskan bahwa kejadian itu murni perkelahian bukan pembunuhan atau pun pengeroyokan. Ia menjelaskan bahwa korban yang meninggal dunia hanya Gilang, sementara korban lain Andre yang disebut meninggal akibat pengeroyokan tidak benar.
"Kalo kaitan dengan laporan yang kita terima yang meninggal satu orang. Yang satu lagi itu meninggal karena overdosis minuman keras," sebutnya.
(mud/mud)