4 Tradisi Menyambut Ramadan di Sumsel: Ziara Kubro hingga Pawai Obor

4 Tradisi Menyambut Ramadan di Sumsel: Ziara Kubro hingga Pawai Obor

Melati Putri Arsika - detikSumbagsel
Kamis, 27 Feb 2025 06:00 WIB
Zuriat Masagus dan Masayu menggelar ziarah kubro Sultan Susuhunan Abdurrahman.
Ziarah kubro salah satu tradisi menyambut Ramadan di Sumsel. (Foto: Welly Tanjung)
Palembang -

Kedatangan bulan Ramadan disambut umat Islam seluruh dunia, termasuk juga Indonesia. Berbagai tradisi menyambut Ramadan digelar untuk menunjukkan semangat spiritual.

Di Sumatera Selatan (Sumsel), semarak menyambut Ramadan diwarnai berbagai kegiatan yang kaya nilai spiritual dan budaya. Misalnya, ziarah kubro yang merupakan tradisi mengunjungi makam para ulama dan Kesultanan Palembang pada 10 hari terakhir di bulan Syaban.

Selain itu, masih ada beberapa tradisi yang menguatkan ikatan spiritual serta tali silaturahmi antar warga. Ingin tahu apa saja tradisi menyambut Ramadan di Sumsel? Simak daftar lengkapnya dalam artikel berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daftar Tradisi Menyambut Ramadan di Sumsel

1. Ziarah Kubro

Firdaus Marbun dalam Jurnal Ziarah Kubra di Palembang: Antara Kesadaran Religi dan Potensi Ekonomi, mengatakan ziarah kubro merupakan tradisi mengunjungi makam atau kuburan para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam yang dilakukan secara massal atau ramai-ramai. Tradisi ini digelar pada 10 hari terakhir Syaban atau hari ke-20.

Puluhan hingga ratusan ribu orang berkumpul untuk mengikuti tradisi ziarah kubro. Kehadiran masyarakat Arab di Kota Palembang yang melahirkan tradisi tahunan ini.

ADVERTISEMENT

Awalnya hanya rutinitas sebuah keluarga keturunan Arab yang kemudian berkembang melibatkan masyarakat dari dalam hingga luar negeri. Bahkan, pemerintah Sumsel menjadikan tradisi ini sebagai even wisata daerah yang masuk dalam kalender pariwisata provinsi.

2. Ruwahan

Setiap kali memasuki bulan Syaban, tandanya ruwahan boleh dilakukan. Hampir di seluruh wilayah Sumsel, seperti Palembang, Lahat, Muara Enim, Banyuasin, hingga Lubuklinggau, menggelar sedekah ruwahan sebelum Ramadan.

Ruwahan merupakan budaya Melayu Palembang yang berasal dari masyarakat Jawa. Pada masa Kerajaan Melayu berjaya, Raden Fatah membawa budaya Jawa masuk ke tanah Sumatera hingga terjadi perpaduan antara Melayu, Jawa, dan Islam. Perpaduan budaya itu menciptakan tradisi baru yang bertahan hingga sekarang, termasuk ruwahan. Seperti yang ditulis Poppy Dwinanda, Richa Dwi Rahmawati, dan Eka Fitriyani dalam Jurnal Tradisi Ruwahan Pada Masyarakat Melayu Palembang Dalam Perspektif Psikologi.

Secara praktis, ruwahan dilakukan dengan cara menggelar sedekah dan melakukan pembacaan yasin. Tujuannya adalah untuk mengirimkan doa kepada arwah keluarga yang telah tiada. Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam Jumat (Kamis malam) dengan mengundang kerabat, sahabat, hingga tetangga.

3. Ziarah Kubur

Menjelang Ramadan, Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Sumsel tak luput dari taburan bunga dan tanah yang basah. Hal ini merupakan salah satu tradisi warga setempat yang melakukan kunjungan ke makam atau kuburan sebelum Ramadan tiba.

Mereka datang bersama kerabat untuk membersihkan, mendoakan, bahkan mengajarkan kepada anak-anaknya tentang anggota keluarga yang telah wafat.

4. Pawai Obor

Tradisi terakhir yang masih lestari yakni pawai obor. Sejumlah daerah di Sumsel, seperti warga Seberang Ulu I Palembang, menyambut Ramadan dengan kemeriahan tradisi pawai obor.

Sebelum acara digelar, masyarakat dengan pakaian muslim yang rapi berkumpul di masjid atau mushola. Lalu, mereka mengelilingi kampung dengan ditemani cahaya obor sembari mengucapkan 'Marhaban Ya Ramadan' atau nyanyian sholawat nabi. Sepanjang perjalanan mereka, mereka membawa spanduk bertuliskan 'Selamat Datang Bulan Suci Ramadan.'

Nah, itulah 4 tradisi menyambut Ramadan di Sumsel yang masih lestari hingga sekarang. Semoga bermanfaat, ya.




(mep/mep)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads