Peringatan Hari Kemerdekaan di Palembang kurang lengkap tanpa lomba perahu bidar. Perlombaan tahunan tersebut digelar di Sungai Musi.
Lomba perahu bidar merupakan tradisi 17 Agustus yang masih lestari hingga sekarang. Masyarakat lokal berbondong-bondong memadati sekitar Ampera dan Sungai Musi untuk menyaksikan pertandingan perahu.
Berikut adalah penjelasan tentang lomba perahu bidar yang digelar untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Perahu Bidar
Dikutip buku 101 Travel Tips & Stories: Indonesia 2 milik Claudia Kaunang dkk, perahu bidar sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Saat itu, perahu bidar digunakan untuk patroli di Sungai Musi.
Mulanya, transportasi air itu dinamakan Perahu Pancalang yang berasal dari kata pancal dan ilang. Kata pancal berarti lepas sementara ilang bermakna hilang. Jadi, Pancalang merupakan perahu yang dilepas dari tambat yang kemudian menghilang karena melaju dengan cepat.
Bidar merupakan singkatan dari biduk layar yang termasuk olahraha tradisional masyarakat Sumsel. Bermula dari kebiasaan masyarakat lokal yang tinggal di pesisir sungai musi dan menggunakan perahu sebagai transportasi. Bidar kini dijadikan sebagai olahraga tradisional yang dipertandingkan pada acara 17 Agustus dan ulang tahun Kota Palembang.
Ukuran Perahu Bidar Palembang
Dilansir buku Sumatera Selatan Memasuki Era Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua: Sumatera Selatan-PJPT II, perahu bidar terbuat dari jenis kayu yang tahan air misalnya kayu bulian, rengas, merawan, bulu tupai dan meranti payo. Panjangnya sekitar 20-30 meter, lebar 75-100 cm dan tinggi 60-100 cm.
Jumlah awak perahu bidar 45-58 orang yang terdiri dari pendayung, juru kemudi dan ketua regu. Setiap awak mempunyai tugas masing-masing pada saat perlombaan dimulai. Ketua regu bertindak sebagai suporter utama dengan memberikan aba-baa serta semangat kepada awak perahu supaya bidar mereka menang saat bertanding. Ia menggunakan kostum mencolok sebagai pembeda dari awak perahu lainnya.
Perlombaan Perahu Bidar
Setiap kampung akan mengirimkan perwakilan perahu bidar untuk bertanding pada acara 17 Agustus. Saat hari pelaksanaan lomba, semua perahu bidar telah siap di tempat star sejak pagi hari. Ketua regu akan mengambil undian sebelum melakukan start dan mengambil posisi untuk bertanding.
Bidar yang menang langsung masuk semi final dan final. Sementara yang kalah langsung tersisih. Begitu juga seterusnya hingga pertandingan selesai. Pemenang akan membawa pulang hadiah yang bernilai besar.
Legenda Perlombaan Perahu Bidar
Dilansir jurnal Tradisi Perahu Bidar Sebagai Warisan Budaya Dalam Kehidupan Masyarakat Kota Palembang milik Andriamella Elfarissyah dan Siti Gomo Attas, Awal mula munculnya perlombaan perahu bidar berasal dari legenda Putri Dayang Merindu.
Putri Dayang Merindu merupakan seorang gadis yang diperebutkan oleh dua orang pria. Berdasarkan kisah yang dipercaya masyarakat setempat, kedua pria tersebut mencintai Putri Dayang Merindu hingga akhirnya mereka melakukan pertandingan bidar untuk memenangkan hati sang putri.
Perlombaan bidar ditonton seluruh masyarakat di Sungai Musi. Pada akhirnya dalam perlombaan tersebut tidak ada yang menang karena kedua pria ditemukan tidak bernyawa di bawah bidar yang terbalik.
Kedua pria berusaha mendayung perahu hingga garis finis dengan kekuatan dan kecepatan yang sama. Warga sekitar melihat perahu keduanya tertelungkup dan mereka sudah tidak bernyawa. Sang putri memilih untuk bunuh diri dengan pisau beracun yang ditusukkan ke dadanya.
Sebelum mengakhiri hidup, Putri Dayang Merindu meminta supaya tubuhnya dibelah dua untuk dikuburkan bersama dua orang yang mencintainya. Seluruh masyarakat menghormati dan menyanjung Putri Dayang Merindu karena sikap adil yang dilakukannya.
Semenjak kejadian itu, masyarakat setempat memperingati mendiang Putri Dayang Merindu yang merupakan idola bagi mereka semua. Karena itu, perlombaan perahu bidar dijadikan tradisi turun-temurun sebagai warisan budaya leluhur bagi masyarakat Kota Palembang.
Demikian ulasan tentang lomba perahu bidar yang merupakan festival tahunan setiap 17 Agustus atau Hari Kemerdekaan di Palembang. Semoga membantu ya!
(csb/csb)