Kesenian wayang kulit tak hanya berkembang di Jawa, tapi juga ada di Sumatera seperti di Kota Palembang. Jadi penasaran kan detikers, bagaimana sejarahnya?
Dalam situs E-Journal Undip ada jurnal berjudul Eksistensi Kesenian Wayang Kulit Palembang Tahun 2000-2019. Jurnal tersebut disusun oleh Nurhidayanti, Nuril Shalifah, Syarifuddin, dan Supriyanto. Mereka dari Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya.
Dalam jurnal tersebut diterangkan wayang adalah seni pertunjukan yang populer di berbagai daerah selain Bali dan Jawa, seperti di Sumatera dan Semenanjung Malaya. Bahkan wayang ditetapkan sebagai pertunjukan bayangan boneka dari Indonesia oleh UNESCO pada tahun 2003.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Warna Batik Palembang dan Filosofinya |
UNESCO merupakan lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB. Wayang adalah warisan karya yang tak ternilai dalam seni bertutur. Bayangan boneka serta keunikan yang membuat UNESCO memasukkan wayang ke dalam daftar referensi budaya tak benda warisan manusia.
Seni memainkan wayang yang biasa disebut pagelaran, merupakan kombinasi harmonis dari berbagai unsur kesenian. Pada pagelaran wayang kulit dituntut adanya kerja sama yang harmonis baik unsur benda mati maupun benda hidup. Unsur benda mati yang dimaksud adalah sarana dan alat yang digunakan dalam pagelaran wayang kulit. Sementara unsur benda hidup adalah orang-orang yang berperan penuh dalam seni pagelaran wayang kulit.
Sejarah Wayang Palembang
Sejarah wayang Palembang berikut ini berdasarkan penelitian Museum Wayang di Jakarta tahun 2008. Jika dilihat dari fisik wayang yang tersisa di Sanggar Sri, mereka mengambil kesimpulan masuknya wayang Jawa ke Palembang terjadi pada abad ke-17. Tepatnya pada masa kesultanan.
Palembang dan Jawa memiliki hubungan erat. Kebudayaan Jawa terbawa ke Palembang melalui Aryo Dila. Wayang juga dibawa oleh bangsawan Jawa yang hijrah ke Palembang, saat Demak sedang terjadi pergolakan dengan Majapahit. Sehingga mereka mencari tempat aman untuk disinggahi, serta menghibur masyarakat sehingga berkembanglah budaya seni yakni pertunjukan wayang.
Ada dua pendapat mengenai keberadaan wayang Palembang. Pendapat pertama mengatakan masuknya wayang ke Palembang sejak awal Kerajaan Palembang abad ke-15. Pada saat itu Brawijaya mengirimkan Aryo Dila kemudian mengirim Putri Campa yang sedang mengandung. Lalu Putri Campa melahirkan anak bernama Raden Fatah.
Sementara pendapat kedua mengatakan masuknya wayang ke Palembang bukan melalui kerajaan. Namun melalui masyarakat biasa. Di mana ada orang Palembang yang belajar mendalang menggunakan bahasa Palembang.
Hari Wayang Nasional
Dikutip detikEdu, Hari Wayang Nasional diperingati setiap 7 November oleh masyarakat Indonesia. Tanggal ini mengacu pada pengakuan UNESCO terhadap wayang sebagai warisan kebudayaan tak benda pada 7 November 2003.
Saat ini, wayang menjadi salah satu kebudayaan yang dipentaskan untuk hiburan sekaligus edukasi melalui sebuah cerita. Menurut catatan sejarah, wayang telah ada sejak zaman kerajaan kuno di tanah Jawa.
Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 30 Tahun 2018 Tentang Hari Wayang Nasional, tujuan dari ditetapkannya Hari Wayang Nasional adalah sebagai berikut:
- Mengokohkan wayang sebagai aset budaya nasional yang memiliki nilai penting dalam membentuk karakter dan identitas bangsa Indonesia.
- Meningkatkan citra positif dan martabat bangsa Indonesia di dunia Internasional.
- Meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap wayang di Indonesia.
Kemudian dalam situs Kemdikbud RI disebutkan penetapan Hari Wayang Nasional merupakan momentum puncak kesadaran, persatuan, dan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap wayang. Penetapan Hari Wayang Nasional diharapkan mampu mendorong pelestarian dan pengembangan kesenian wayang di Indonesia.
Penetapan Hari Wayang Nasional diharapkan dapat mewujudkan kebudayaan nasional yang dinamis dan modern. Dalam hal ini, perayaan Hari Wayang dapat menjadi sarana dalam mengapresiasi budaya sekaligus sebagai sarana pembentukan jati diri dan karakter bangsa Indonesia.
Saat ini, setidaknya terdapat 60 jenis wayang di Indonesia dengan berbagai jenis. Mulai wayang kulit, wayang golek, hingga wayang wong.
(sun/csb)