Perjalanan Dapunta Hyang Sri Jayanasa dan Kerajaan Sriwijaya

Sumatera Selatan

Perjalanan Dapunta Hyang Sri Jayanasa dan Kerajaan Sriwijaya

Putri Fadyla - detikSumbagsel
Rabu, 02 Okt 2024 23:00 WIB
Prasasti Talang Tuo
Foto: Prasasti Talang Tuo (Dok. Ensiklopedia Seni, Budaya, dan Pariwisata Kota Palembang)
Palembang -

Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi kerajaan terbesar di Nusantara yang dikenal sejak abad ke-7 Masehi. Dikenal berlatar belakang agama Buddha, kerajaan ini juga mendapat julukan sebagai Kerajaan Maritim.

Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Tidak diketahui pasti latar belakang dan silsilah keluarganya. Berbagai prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya tak ada satupun yang memberikan keterangan mengenai siapa itu Sri Jayanasa. Hanya ada informasi mengenai hal-hal yang dilakukannya selama memerintah Kerajaan Sriwijaya.

Biografi dan Perjalanan Dapunta Hyang Sri Jayanasa

Dikutip dari buku "Kedatuan Sriwijaya: Perjalanan Suci" oleh Kemdikbud, dalam Prasasti Kedukan Bukit yang dikeluarkan pada tanggal 16 Juni 682 M dituliskan bahwa Dapunta Hyang mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Nama Lengkapnya, Dapunta Hyang Sri Jayanasa tertulis pada Prasasti Talang Tuo (684 Masehi) yang ditemukan pada 17 November 1920.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terdapat pendapat yang menyebutkan bahwa Dapunta Hyang Sri Jayanasa adalah anggota dari Wangsa Syailendra yang pernah berkuasa di Tanah Jawa pada abad ke 7 sampai 9 Masehi. Kemungkinan bahwa Sri Jayanasa adalah keturunan Sailendra diperkuat dalam Prasasti Sojomerto peninggalan Wangsa Sailendra, yang menyebutkan bahwa Dapunta Selendra berasal dari Sumatera.

Dalam prasasti Kedukan Bukit menceritakan bahwa ia membawa 20.000 bala tentara dalam rombongannya untuk menaklukkan beberapa wilayah dalam ekspedisi yang kenal dengan sebutan "Perjalanan Suci" atau Mangalap Siddhayatra. Dalam ekspedisi itu ia membangun sebuah wanua atau perkampungan yang disebutkan sebuah tempat bernama Minanga Tamwan yang dianggap sebagai pusat dari Kerajaan Sriwijaya.

ADVERTISEMENT

Saat menjadi raja, Dapunta Hyang Sri Jayanasa memerintah rakyatnya untuk membangun Taman Sriksetra di Desa Talang Tuo, Kecamatan Talang Kelapa. Di taman tersebut ditanam berbagai jenis tanaman yang ditujukan untuk kebahagiaan semua makhluk hidup. Di dalamnya juga terselip harapan-harapan untuk daerah tersebut. Perintah pembangunan taman beserta kisahnya tertulis di dalam Prasasti Talang Tuo.

Dalam cerita "Tuan Besar Sri Jayanasa Datu' Sriwijaya', pada masa pemerintahannya, ia memilihi hubungan yang baik dengan pendeta Buddha dari Cina yang datang dan menetap selama 6 bulan dengan tujuan untuk mengajarkan agama Buddha. Dan semakin memperkuat ajaran agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya pada saat itu.

Peristiwa Penting di Masa Dapunta Hyang Sri Jayanasa

Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di masa kepemimpinan Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Di antaranya sebagai berikut.

• Menjalin kerjasama dengan pendeta Buddha asal Cina

• Membangun wanua saat berhasil menaklukkan wilayah di Palembang, tertera dalam Prasasti Kedukan Bukit

• Membangun Taman Sriksetra, tertera dalam Prasasti Tulang Tuo

• Menaklukkan daerah Bangka Belitung hingga pesisir utara kerajaan Sunda, tertera dalam Prasasti Kota Kapur

• Menaklukkan wilayah di sekitaran Jambi, tertera dalam Prasasti Karang Berahi

Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya

Masih dilansir laman yang sama dan buku "Sriwijaya, Sebuah Kejayaan Masa Lalu di Asia Tenggara" oleh Kemdikbud, Kerajaan Sriwijaya pertama kali diketahui saat ditemukannya sebuah prasasti dalam huruf Pallawa dan bahasa melayu kuno. Prasasti tersebut ditemukan pada tahun 1892 di Kampung Kota Kapur, Desa Penagan, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka.

Dalam prasasti bertanggal 28 Februari, 686 Masehi tersebut tertulis beberapa kata yang dibaca "Sriwijaya". Awalnya pada tahun 1913, kata tersebut ditafsirkan oleh ahli purbakala Belanda, Hendri Kern, sebagai nama seorang raja, yaitu Raja Wijaya.

Penafsiran tersebut masih menjadi misteri, hingga ditemukan kembali kata "Sriwijaya" dalam Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi) yang ditemukan pada tahun 29 November 1920.

Misteri kata "Sriwijaya" baru terpecahkan oleh peneliti asal Prancis, George Coedes, yang berhasil mengidentifikasi kata "Sriwijaya" sebagai sebuah kerajaan. Penafsiran tersebut diperkuat dengan berbagai prasasti yang menunjukkan bahwa kata tersebut adalah kata yang digunakan untuk menyebutkan kerajaan.

Dari prasasti yang Kota Kapur, diketahui bahwa kerajaan Sriwijaya mulai berkembang sejak abad ke-7 Masehi. Saat itu, Sriwijaya juga memegang kuasa atas Selat Malaka yang menjadi lalu lintas perdagangan para pedagang asal Cina dan India.

Kerajaan Sriwijaya diketahui mulai redup pada awal abad ke-11 Masehi, akibat serangan dari kerajaan Cola dari India Selatan yang ingin mengambil alih perdagangan di Selat Malaka. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Raja Sanggrama Wijayattunggawarman.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads