Kesultanan Palembang merupakan kerajaan bercorak Islam yang ada di Palembang. Salah satu raja yang terkenal di Kesultanan Palembang adalah Sultan Mahmud Badaruddin II, namanya bahkan menjadi nama bandara di Palembang.
Banyak peninggalan seperti masjid, pertahanan, makam, dan rumah dari kerajaan ini. Penasaran dengan sejarah, raja-raja dan peninggalan Kesultanan Palembang?
Berikut detikSumbagsel rangkum penjelasannya dari berbagai sumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Kesultanan Palembang
Dilansir jurnal Sejarah Islam di Palembang oleh M Bisma Zakawali dan Hudaidah. Kesultanan Palembang merupakan salah satu kerajaan Islam di Indonesia yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.
Berdirinya Kesultanan Palembang tidak lepas dari Kerajaan Sriwijaya setelah ditaklukkan Majapahit pada 1375 M. Kemudian pemerintahan di Palembang diserahkan kepada bupati yang ditunjuk langsung oleh Majapahit. Namun karena banyaknya masalah internal di kerajaan Majapahit membuat perhatian terhadap wilayah taklukkannya tidak berjalan baik, bahkan Palembang sempat dikuasai oleh pedagang Tiongkok.
Namun pada akhirnya Palembang kembali dikuasai Majapahit setelah mengutus seseorang panglima bernama Arya Damar. Di beberapa catatan sejarah disebutkan, Arya Damar dibantu oleh pangeran Kerajaan Sumatera Barat bernama Demang Lebar Daun.
Kemudian Arya Damar memeluk Islam dan mengganti nama menjadi Arya Abdillah. Setelah itu, Arya Abdillah mendeklarasikan diri sebagai penguasa Palembang tetapi masih belum ada struktur pemerintahan yang baik untuk bisa disebut sebagai kerajaan.
Lalu pada tahun 1659, Palembang resmi menjadi kerajaan bercorak Islam dengan nama Kesultanan Palembang Darussalam.
Raja-Raja Kesultanan Palembang
Dilansir buku Kesultanan Palembang Darussalam Sejarah dan Warisan Budayanya oleh Nawiyanto dan Eko Crys Endrayadi, berikut daftar raja-raja yang pernah memimpin Kesultanan Palembang.
- Ario Dillah/Ario Damar: 1455-1486
- Pangeran Sedo Ing Lautan: 1587-1528
- Ki Gede Ing Suro Tuo: 1528-1545
- Ki Gede Ing Suro Mudo: 1546-1575
- Ki Mas Adipati: 1575-1587
- Pangeran Madi Ing Angsoko: 1588-1623
- Pangeran Madi Alit: 1623-1624
- Pangeran Seda Ing Pura: 1624-1630
- Pangeran Seda Ing Kenayan: 1630-1642
- Pangeran Seda Ing Pasarean: 1642-1643
- Pangeran Mangkurat Seda Ing Rejek: 1643-1659
- Kiai Mas Hindi (Sultan Abdurrahman): 1662-1706
- Sultan Muhammad (Ratu) Mansyur Jayo Ing Lago: 1706-1718
- Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno: 1718-1727
- Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo: 1727-1756
- Sultan Ahmad Najamuddin I: 1756-1774
- Sultan Muhammad Bahauddin: 1774-1803
- Sultan Mahmud Badaruddin II: 1803-1821
- Sultan Husin Dhiauddin/ Sultan Ahmad Najamuddin II (adik Mahmud Badaruddin II): 1812-1813
- Sultan Ahmad Najamuddin III (putra Mahmud Badaruddin II): 1819-1821
- Sultan Ahmad Najamuddin IV (putra Sultan Ahmad Najamuddin II): 1821-1823
Peninggalan Kesultanan Palembang
Masih dengan sumber yang sama berikut peninggalan Kesultanan Palembang.
1. Masjid Agung Palembang
Masjid Agung Palembang dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikrama bin Sultan Muhammad Mansyur Jaya Ing Laga atau dikenal dengan nama Sultan Mahmud Badaruddin I. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 15 September 1738. Dan pada hari Senin, 26 Mei 1748, Masjid Agung diresmikan.
2. Benteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak terletak di tepi Sungai Musi dan dibangun oleh Sultan Muhammad Bahauddin yang memerintah pada tahun 1716-1803. Benteng Kuto Besak adalah keraton keempat dari Kesultanan Palembang yang diresmikan pada tanggal 23 Februari 1790.
3. Benteng Kuto Gawang
Benteng Kuto Gawang merupakan keraton pertama dari Kesultanan Palembang sekaligus pusat pemerintahan. Lokasi Benteng Kuto Gawang cukup strategis dan secara teknis diperkuat dinding tebal dari kayu unglen dan cecurup yang membentang antara Plaju hingga Pulau Kemaro, sebuah pulau kecil yang letaknya di tengah Sungai Musi. Kini bekas lokasi Bentang Kuto Gawang sekarang dijadikan Pabrik Pupuk Sriwijaya.
4. Kompleks Makam Gede Ing Suro
Di kompleks Makam Gede Ing Suro terdapat makam Kiai Gede Ing Suro Tuo beserta keluarganya, termasuk makam Pualang Cian Cin (Hasan I-Din Sontan) dan Raden Kusumoningrat. Lokasinya terletak di ujung Jalan Haji Umar, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang.
5. Kompleks Makam Kawah Tengkurep
Kawah Tengkurep merupakan nama sebuah kompleks makam Sultan Mahmud Badaruddin I, salah seorang penguasa Kesultanan Palembang pada abad ke-18.
Nama tengkurep dipakai karena pada atap yang menaungi makam Sultan Mahmud Badaruddin I terbuat dari beton berbentuk kawah yang tertelungkup.
6. Rumah Limas
Rumah Limas merupakan rumah tradisional para penguasa Palembang yang muncul sejak Kesultanan Palembang. Sejak tahun 1932, Rumah Limas juga dikenal sebagai Rumah Bari, yang artinya rumah lama atau tua.
Adapun kata Limas secara morfologis berasal dari dua kata, yaitu lima dan emas, yang mengandung maksud emas pertama ialah keagungan dan kebesaran, emas kedua ialah rukun damai, emas ketiga ialah adab dan sopan santun, emas keempat ialah aman subur dan sentosa, serta emas kelima ialah makmur sejahtera.
Itulah rangkuman mengenai Kesultanan Palembang. Semoga bermanfaat ya detikers!
Artikel ini ditulis oleh Bagus Rahmat Nugroho, peserta Magang Merdeka Bersertifikat di detikcom.
(dai/dai)