Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Seperti kerajaan pada umumnya, Sriwijaya juga memiliki masa kejayaan sendiri. Kapan masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya?
Masa kejayaan kerajaan ini bermula dari Raja Balaputradewa memperluas kekuasaan ke Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka, Belitung, Malaysia, Singapura hingga Thailand Selatan. Hal ini membuat Kerajaan Sriwijaya mengalami puncak masa kejayaan.
Berikut detikSumbagsel rangkum masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya di berbagai bidang dilansir dari beberapa situs resmi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekonomi pada Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Pada masa Raja Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya membangun armada laut sehingga kapal-kapal asing yang ingin berdagang di wilayah Kerajaan Sriwijaya agar merasa aman dari gangguan perompak. Raja juga meningkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan sehingga hal tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan maritim.
Sebagai kerajaan maritim, Kerajaan Sriwijaya membuat pelabuhan dan mengembangkannya menjadi pusat perdagangan internasional. Barang dagangan Kerajaan Sriwijaya meliputi emas, perak, gading gajah, penyu, kemenyan, kapulaga, kapur barus, pinang, kayu gaharu, cendana, kayu hitam, lada dan damar.
Kemudian jika para pedagang asing membeli barang dagangan dari Kerajaan Sriwijaya, mereka dapat menukarkan dengan barang dagangannya dengan aneka porselen, tembikar, kain katun dan kain sutra.
Politik pada Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Raja Balaputradewa menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan luar negeri seperti Kerajaan Benggala dan Kerajaan Chola di India. Dilansir dari Buku Explore Sejarah Indonesia, Kerajaan Sriwijaya mengendalikan jalur-jalur perdagangan melalui Selat Sunda, Selat Malaka, Selat Karimata, Tanah Genting Kra, Semenanjung Melayu hingga Filipina bagian selatan.
Pada masa pemerintahannya, selain dikenal sebagai pusat perdagangan, Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Hal itu terjadi ketika Raja Balaputradewa mendirikan Universitas Nalanda di Bukit Siguntang.
Tujuan pendirian universitas ini untuk mendidik para biksu dan biksuni untuk mempelajari kitab dan ajaran Buddha. Para pelajar di universitas tersebut berasal dari berbagai negara seperti China hingga India.
Selain itu, kepedulian Raja Balaputradewa pada bidang politik dan pendidikan terlihat pada pembangunan asrama di Nalanda, India. Pembangunan asrama ini bertujuan untuk pelajar dari Sriwijaya yang sedang melakukan studi di India.
Baca juga: Berdirinya Kerajaan Sriwijaya |
Sistem Hukum pada Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya menggunakan sistem hukum yang bersifat nasional dilansir dari Buku Sejarah SMA/MA Pengarang A Ferry T Indratno. Hukuman Kerajaan Sriwijaya beserta rincian sanksi bagi seseorang yang melanggar dan hadiah bagi yang mentaatinya tercatat dalam sejumlah prasasti.
Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yaitu Prasasti Telaga Batu menyebutkan hukuman tersebut ditujukan kepada anak-anak raja yang diberi kekuasaan di luar ibukota. Hal ini berarti hukuman berlaku kepada siapa saja termasuk keluarga Kerajaan Sriwijaya.
Sosial pada Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Dikutip dari Buku Sejarah SMA/MA Pengarang A Ferry T Indratno, Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan yang berskala internasional pada bidang sosial. Salah satunya, I-Tsing, seorang musafir asal China pernah datang dan tinggal di Kerajaan Sriwijaya. Tujuan I-Tsing datang ke Kerajaan Sriwijaya adalah untuk menuntut ilmu dan menerjemahkan kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa China.
Kepopuleran Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat pendidikan tidak lepas dari peran tokoh bernama Sayakitri. Sayakirti merupakan seorang guru yang ahli dalam bidang kesusastraan Buddha. Selain itu Sayakitri merupakan pengarang dari kitab Hastadandasastra. Selain Sayakitri, guru agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya lainnya adalah Dharmakirti dan Dharmapala.
Budaya pada Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, banyak pendeta yang berasal dari Tiongkok menetap di daerah Sriwijaya. Pendeta-pendeta tersebut datang ke Kerajaan Sriwijaya untuk belajar agama Buddha.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Raja Balaputradewa mempunyai kepedulian terhadap kebudayaan dan pendidikan dalam agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya.
Selain itu terdapat beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti prasasti Karang Berahi, prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang Tuo dan prasasti Muara Takus.
Demikian informasi mengenai masa kerajaan Kerajaan Sriwijaya di berbagai bidang. Semoga bermanfaat untuk detikers.
(dai/dai)