Aesan Gede merupakan salah satu pakaian adat dalam pernikahan di Palembang. Pakaian adat ini diyakini berasal dari Kerajaan Sriwijaya.
Aesan Gede zaman Sriwijaya sedikit berbeda dengan yang sering digunakan masyarakat umum saat ini. Itu seperti yang diterangkan dalam e-print UIN Raden Fatah Palembang, tentang Deskripsi Umum Pakaian Adat Pernikahan Palembang.
Para ahli budaya telah menyepakati arti dari Aesan ialah hiasan. Sedangkan Gede berarti kebesaran. Jadi, Aesan Gede adalah pakaian kebesaran. Pada masa Kerajaan Sriwijaya, Aesan Gede dipakai para penguasa, raja dan ratu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu itu, Palembang menjadi pusat pengajaran agama Buddha di Asia Tenggara. Itu tampak jelas dari tradisi berpakaian para penguasa Palembang yang memakai pakaian tidak tertutup. Selain itu, Sriwijaya juga memperluas daerah kekuasaannya di Sumatera, Semenanjung Malaka, Muangthai Selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sehingga dapat dipastikan banyak percampuran budaya di sini.
Dodot yang dikenakan para penguasa Palembang dapat dikatakan mendapat pengaruh dari daerah Jawa. Sriwijaya juga disebut sebagai pusat perdagangan internasional, terutama oleh pedagang dari kekaisaran China. Sehingga dalam Aesan Gede, ada celana berbahan sutra yang dipakai pengantin laki-laki. Itu berasal dari China.
Aesan Gede zaman kerajaan Sriwijaya mendapat pengaruh dari Jawa. Sebab, raja-raja Palembang sendiri berasal dari Pulau Jawa seperti Raden Balaputra Dewa.
Pada abad kesembilan, menurut Prasasti Ratu Baka, telah terjadi transmigrasi besar-besaran dari Jawa Tengah menuju Pulau Sumatera, dan Balaputra Dewa diutus ayahandanya untuk membangun Kerajaan Sriwijaya, yang beribu kota di Palembang.
Aesan Gede dari Masa ke Masa:
1. Aesan Gede Zaman Sriwijaya
Pada zaman Sriwijaya, kain songket dalam Aesan Gede ditenun dengan benang emas asli. Hiasan pelengkapnya pun terbuat dari bahan emas dan permata.
Semua yang dipakai mengusung semangat Sriwijaya, yang dikenal dengan kejayaan dan kemakmurannya. Karena terbuat dari emas asli, Aesan Gede hanya dipakai keluarga kerajaan saja.
Pada masa Sriwijaya, Aesan Gede juga tidak mengenakan terate sebagai penutup dada. Sebab, badan keluarga kerajaan bersih-bersih dan mereka sudah biasa memakai pakaian yang tidak menutup dada. Kemudian pada saat itu juga tidak bertentangan atau sesuai dengan ajaran yang dianut Sriwijaya yaitu Hindu Buddha.
2. Aesan Gede Sebelum Tahun 1970-an
Sebelum tahun 1970-an, Aesan Gede hanya dipakai para bangsawan dan keturunan sultan. Saat itu Aesan Gede juga tidak memakai terate.
Lalu bahan dari aksesori pakaian adat pernikahan seperti mahkota, gelang dan lainnya ialah emas, permata, berlian dan intan. Kainnya dari kain tenun yaitu songket.
Oleh karena itu, Aesan Gede pada waktu itu kebanyakan milik pribadi. Tidak disewakan.
3. Aesan Gede Setelah Tahun 1970-an
Setelah tahun 1970-an, masyarakat umum mulai memberanikan diri untuk memakai Aesan Gede pada upacara pernikahan. Masyarakat umum yang mengalami kendala seperti kulit yang tidak putih, bertato dan lain-lain, lalu menambahkan terate untuk menutupi bagian dada.
Saat ini Aesan Gede sudah dipakai masyarakat umum. Kain songket dan pelengkapnya pun sudah tidak terbuat dari emas dan permata asli.
Itu agar masyarakat umum bisa memakai pakaian dari kerajaan yang sudah membesarkan nama Palembang. Menurut Mardiah, salah seorang tata rias pengantin, masih ada kain songket yang bertenunkan benang emas asli, tapi disewakan dengan harga yang tinggi.
Dikutip dari jurnal berjudul Busana Pengantin Aesan Gede (Tenun Songket dan Aksesoris) pada Upacara Pernikahan Adat Palembang, Sumatra Selatan yang disusun Vebby Tifanny, Nanang Rizali, dan Ganal Rudiyanto, berikut ini bagian-bagian dari Aesan Gede. Baik pada pengantin wanita maupun pria.
Bagian-bagian Aesan Gede:
1. Aesan Gede pada Pengantin Wanita
Aesan Gede pada pengantin wanita terbagi atas bagian kepala, badan, tangan dan kaki. Berikut ini uraiannya.
Bagian kepala:
- Bungo Cempako
- Gandik
- Gelung Malang
- Tebeng Malu
- Kesuhun
- Kelapo Standan
- Bungo Rampai
Bagian badan:
- Tarate
- Kalung Kebo Munggah
- Songket Lepus
Bagian Tangan dan Kaki:
- Gelang Kulit Bahu
- Gelang Sempuru
- Gelang Ulo Betapo
- Gelang Gepeng
- Cenela
2. Aesan Gede pada Pengantin Pria
Bagian kepala:
- Kesuun
- Tebeng Malu
Bagian badan:
- Kalung Kebo Munggah
- Slempang Sawir
Bagian tangan:
- Gelang Kulit Bahu
- Gelang Sempuru
- Gelang Gepeng
- Gelang Ulo Betapo
Bagian kaki:
- Celano Sutra
- Cenela
Filosofi dalam Aesan Gede
Masing-masing bagian dalam Aesan Gede mempunyai makna filosofis dan simbolik. Aesan Gede memiliki nilai filosofis bahwa Sumatera memang layak dijuluki Swarnadwipa atau Pulau Emas.
Makna yang terkandung dalam Aesan Gede juga kebaikan kehidupan di dunia dan akhirat. Kebaikan di dunia yaitu agar setelah pernikahan mendapatkan kebahagiaan dan kemujuran. Juga, terdapat simbol dalam berperilaku yaitu ramah, tertib dan saling menghormati.
(sun/mud)