Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mengklaim telah melakukan sejumlah langkah kongkret dalam pengendalian inflasi. Mulai dari operasi pasar murah untuk menjaga daya beli, hingga inspeksi mendadak (sidak) ke produsen, distributor, dan pasar guna memastikan kesesuaian harga dan stoknya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Sumatera Selatan Bambang Pramono mengatakan TPID terus memperkuat koordinasi dan sinergi dalam menjalankan strategi pengendalian inflasi melalui pendekatan 4K, yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan mencatatkan inflasi pada Juli 2025 sebesar 0,14% secara month to month (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inflasi mengalami peningkatan yang dipicu oleh naiknya harga sejumlah komoditas pangan strategis, seperti bawang merah, tomat, cabai rawit, dan daging ayam ras dengan andil secara berturut-turut sebesar 0,10% (mtm), 0,06% (mtm), 0,05% (mtm), 0,04% (mtm).
Kenaikan harga bawang merah, tomat, dan cabai rawit disebabkan oleh menipisnya pasokan sebagai dampak dari penurunan produksi dan gangguan cuaca di daerah sentra.
Sementara itu, harga daging ayam ras turut terdorong naik seiring dengan meningkatnya Harga Pokok Penjualan (HPP) jagung, yang merupakan bahan baku utama pakan ternak, ditambah dengan kenaikan permintaan selama libur sekolah.
"Sejumlah langkah konkret telah dilakukan, mulai dari operasi pasar murah untuk menjaga daya beli, hingga inspeksi mendadak (sidak) ke produsen, distributor, dan pasar guna memastikan kesesuaian harga dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) serta ketersediaan stok," ujar Bambang, Senin (4/8/2025).
Menurut Bambang, Bank Indonesia juga telah memfasilitasi kerja sama antar daerah (KAD) Pemerintah Kota Palembang dengan Pemerintah Kabupaten Subang untuk pemenuhan komoditas pangan.
Upaya ketahanan pangan ini turut diperkuat dengan peluncuran Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) 2025, yang terdiri atas tiga program utama, yaitu GSMP Menyapa Lingkungan Desa (Menyala) untuk rumah tangga dan Kelompok Wanita Tani (KWT), GSMP Goes to Panti Sosial, dan GSMP Goes to Office yang menyasar seluruh OPD di Sumatera Selatan.
"Kelancaran distribusi didukung oleh subsidi biaya angkut dari berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia, BUMN, BUMD, perbankan, dan sektor swasta,"katanya.
Seluruh upaya ini diperkuat melalui forum komunikasi dan koordinasi, seperti High Level Meeting (HLM), rapat koordinasi, capacity building, serta publikasi informasi melalui media guna memastikan efektivitas kebijakan kepada masyarakat.
"Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah melalui kolaborasi strategis, termasuk Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP)," ujarnya.
Bambang berharap, diharapkan mampu menjaga inflasi tetap dalam kisaran yang ditetapkan, sekaligus mendorong ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan yang lebih inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.
(dai/dai)