Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi di Sumatera Selatan pada Juli 2025 mencapai 2,88% secara tahunan atau year on year (YoY). Angka itu lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 2,37%.
"Inflasi Juli menunjukkan tren tertinggi sepanjang 2025 secara YoY, mencapai 2,88%. Tentu hal ini perlu diantisipasi," ujar Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto saat rilis resmi statistik, Jumat (1/8/2025).
Wahyu mengatakan kelompok yang memberi tekanan inflasi Juli adalah makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,30%. Perubahan harga kelompok itu mencapai 4,27%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,08% dengan inflasi 14,55%. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga memiliki andil 0,16% dan perubahan harga 1,11%.
Untuk komoditas utama penyumbang inflasi adalah emas perhiasan, bawang merah, beras, tomat dan bahan bakar rumah tangga.
"Memang yang perlu diwaspadai adalah tekanan inflasi utamanya dari komoditas bawang merah, daging ayam dan beras. Kita tahu beras dalam beberapa periode terakhir terus menyumbang inflasi," katanya.
Dia menjelaskan inflasi tahunan pada Juli juga lebih tinggi dari Juni yang tercatat 2,48% (YoY). Usai momen Lebaran, kata dia, secara historis Sumsel biasanya mengalami deflasi. Namun dalam 2-3 bulan terakhir justru tercatat inflasi.
Sementara berdasarkan tren perkembangan harga barang dan jasa Sumsel secara bulanan atau month to month (mtm), pada Juli tercatat 0,14%. Angka itu juga mengalami peningkatan dibandingkan Juni dan Mei yang masing-masing sebesar 0,08% dan 0,06%.
"Pemicu terbesar inflasi mtm itu dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang inflasi 0,30% dengan andil 0,1%," katanya.
Namun begitu, Wahyu mengatakan, inflasi bulanan Sumsel pada Juli relatif lebih rendah dibandingkan inflasi nasional, yang tercatat sebesar 0,30 persen.
"Tentu kita perlu mengantisipasi, masih ada waktu pencapaian lima bulan ke depan untuk mencapai target inflasi yang sudah ditentukan," tukasnya.
(dai/dai)