Lemahnya penyaluran permodalan di sektor pertanian masih menjadi masalah utama hingga saat ini. Akibatnya, para petani masih kesulitan untuk mendorong usaha mereka karena permodalan yang cukup besar dan adanya catatan distribusi yang kurang baik.
"Kenapa perbankan sulit melakukan kredit ke petani? Karena perbankan menganalisa catatan penyaluran ke pertanian yang kurang begitu baik," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumsel, Ricky P Gozali, Rabu (17/7/2024).
Menurutnya, petani yang sulit menerima modal dari perbankan ikut menekan produksi komoditi seperti cabai merah dan bawang merah. Padahal secara permintaan untuk komoditi cabai merah dan bawang merah cukup tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Upaya yang ditawarkan dalam pengembangan bawang dan cabai merah di Sumsel dengan melibatkan semua komponen dari petani, distributor obat-obatan dan benih, dan dari perbankan selaku penyalur kredit usaha rakyat (KUR) serta pasar yang akan menjamin harganya," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikular Sumsel, Bambang Pramono mengungkapkan permodalan usaha petani cabai merah dan bawang merah cukup besar.
"Untuk modal dua komoditi ini bisa mencapai Rp 70-80 juta atau bisa sampai Rp 100 juta. Hal inilah yang membuat petani kesulitan dan butuh dukungan modal dari perbankan untuk usaha tani," ujarnya.
Selain itu, lanjut Bambang, kondisi produksi cabai dan bawang merah tidak diimbangi dengan jaminan pasar terhadap harga petani. Dua komoditi ini seringkali terjun bebas saat panen berlangsung.
"Saat panen raya harga jatuh, kadang kisaran di bawah Rp 15 ribu per kilogram, sedangkan BEP (Break Even Point) nya kisaran Rp 30 ribu per kilogram," pungkasnya.
(dai/dai)