Inovasi Ankubas Sulap Eceng Gondok Jadi Bantal Bernilai Ekonomis

Sumatera Selatan

Inovasi Ankubas Sulap Eceng Gondok Jadi Bantal Bernilai Ekonomis

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Selasa, 04 Jun 2024 06:00 WIB
Kelompok Anak Kreatif Untuk Bangsa (Ankubas) menyulap eceng gondok jadi bantal.
Foto: Kelompok Anak Kreatif Untuk Bangsa (Ankubas) menyulap eceng gondok jadi bantal. (Welly Jasrial Tanjung)
Palembang -

Kelompok Anak Kreatif untuk Bangsa (Ankubas) di Palembang, Sumatera Selatan, menyulap eceng gondok menjadi bantal tidur yang empuk. Ini dikreasikan dalam program Sosial and Technology Innovation for Community Challenge (SOTECH) dan Sosial and Technology Innovation for Community Challenge (SMEECH) Kilang Pertamina Plaju.

"Bantal eceng gondok merupakan proyek baru Ankubas. Kami memilih eceng gondok karena kita tahu bahwa eceng gondok merupakan tanaman air perusak lingkungan. Dengan memanfaatkan eceng gondok minimal bisa mengatasi permasalahan lingkungan," ungkap Prasojo Widodo, Senin (3/5/2024).

Prasojo menuturkan, Ankubas berdiri sejak 2022 atau sudah tiga tahun lalu. Ankubas merupakan kelompok atau komunitas sosial di Plaju Palembang yang kebetulan tinggal di daerah aliran anak Sungai Musi yang selalu ada eceng gondoknya. Ankubas melihat bahwa eceng gondok bisa dimanfaatkan untuk mengurangi pencemaran Sungai Musi.

"Kami memilih eceng gondok karena merusak lingkungan, sebagian warga yang tinggal di kawasan Plaju ini mayoritas pencari ikan. Jika banyak eceng gondok maka ikan yang didapatkan pun sedikit,"ujarnya.

Dengan dimanfaatkan eceng godok sebagai bantal tidur warga pun beramai-ramai mencari eceng gondok untuk mengurangi eceng gondok yang ada di anak sungai dengan diberikannya ke kelompok Ankubas.

"Untuk produksi satu bantal eceng gondok membutuhkan waktu satu minggu karena proses pengeringan eceng gondok cukup lama 3-4 hari. Satu bantal eceng gondok berasal dari 7 gram eceng gondok kering atau sekitar 10% dari eceng gondok basah," jelasnya.

Pembuatan bantal eceng gondok berlangsung di Jalan Robani Kadir Lorong Karang Luhur RT 25 RW 07 di kediaman Reksotriono. Harga satu bantal eceng gondok Rp 50 ribu per bantal. Untuk pemasaran baru dari mulut ke mulut.

"Untuk cara pembuatannya eceng gondok dikeringkan dari potongan kecil, lalu dijemur di bawah sinar matahari selama 2 harian untuk jaga kualitasnya, agar bisa diolah sampai halus dengan mesin pencacah untuk bisa jadi bahan bantal yang kemudian dijahit," bebernya.

Ankubas terus mengevaluasi pengguna bantal eceng gondok lewat pendapat responden, sembari memproduksi bantal. Salah satu saran responden yang saat ini jadi fokus Ankubas adalah agar bantal tidak menimbulkan suara berisik ketika digunakan.

"Evaluasi dibantu mahasiswa Unsri, kendalanya cara pemasaran dan review pakai bantal eceng gondok itu berisik. Kita lagi fokus untuk dipakai nyaman, solusinya eceng gondok harus lebih banyak agar tidak berisik," imbuhnya.

Untuk bahan utama pembuatan bantal eceng gondok menggunakan eceng gondok yang di dapat dari aliran sungai dekat rumah yang banyak tumbuh di aliran Sungai Musi tersebut. Ia bersama kelompoknya dan warga sekitar tidak terlalu sulit mendapatkan eceng gondok.

"Setiap akhir pekan Sabtu dan Minggu di sepanjang aliran anak Sungai Musi seperti di kawasan Talang Putri, Plaju Palembang di sana banyak tumbuh eceng gondok," ujarnya.

Prasojo mengatakan Ankubas bermula dari kegiatan sosial yang positif mengisi waktu luang jadi komunitas serius setelah Pertamina memberikan bantuan dan dukungan.

"Ada salah satu temen yang ngusulin untuk mengajukan kegiatan sosial ke Pertamina dan keterima CSR Pertamina," tuturnya.

Mendapat dukungan dari program SOTECH dan SMEECH Kilang Pertamina Plaju, pembuatan bantal eceng gondok juga dibantu pendampingan dari reset mahasiswa.

Asty Ananda, mahasiswa pendamping kelompok Ankubas dari Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) mengatakan, ia dan dua rekan lainnya ikut terjun langsung melihat teknologi kreatif bantal eceng gondok yang dibuat Ankubas.

"Kami bantu penguatan karakteristik kelompok dan pendampingan untuk mendorong pemasaran teknologi kreatif Ankubas. Awalnya bisa ikut kegiatan Pertamina ini dari Instagram Antara Djaya, kita mendaftar dan diterima," ungkapnya.

Antara Djaya merupakan yayasan pemberdayaan masyarakat tanggung jawab Pertamina dan lewat yayasan tersebut mahasiswa didorong untuk melakukan pendekatan sosial serta terjun langsung mengikuti kegiatan kelompok binaan Pertamina.

"Outputnya kami juga bantu kegiatan ini untuk bisa publikasi jurnal," katanya.

Berkat inovasi serta dukungan sosial mahasiswa, produk bantal eceng gondok dari Ankubas meraih pemenang favorit kategori SOTECH 2024. SOTECH adalah kompetisi inovasi sosial dan teknologi dalam optimalisasi pemberdayaan masyarakat. Sementara SMEEC merupakan ajang kompetisi pendampingan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan Kilang Pertamina Plaju dengan peserta dari mahasiswa berbagai kampus di wilayah Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel).

Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina RU III Plaju Siti Rachmi Indahsari mengatakan, dalam rangka pemberdayaan komunitas masyarakat di sekitar perusahaan, Kilang Pertamina Plaju berkreativitas dan inovasi melalui program kompetisi SOTECH & SMEECH 2024.

"Kompetisi ini sudah yang ketiga kali," ujarnya.

Pendaftar SOTECH awalnya ada 181 kelompok dari 57 instansi di Indonesia (Universitas, sekolah dan pemerintahan). Tahapan SOTECH mulai Maret 2023 dengan Initial Presentation, seleksi infografis, penelitian, pembuatan prototype (27 Maret-25 April 2024), dan Final Presentation (27 April).

Sementara SMEEC diminati 118 tim dari 17 kampus di berbagai kampus Sumbagsel, dan mengerucut menjadi 8 kelompok di tahap final. Peserta mengikuti tahapan seleksi infografis (19-27 Desember 2023), seleksi presentasi online (Januari 2024), pendampingan (Januari-Mei 2024), hingga tahapan presentasi final pada akhir Mei 2024.

Sementara itu, Senior Manager Operation & Manufacturing (SMOM) PT KPI Refinery Unit III Plaju Ali Mudasir menambahkan, Kilang Pertamina Plaju mendukung kreativitas dan inovasi mahasiswa terhadap UMKM naik kelas, sekaligus mengembangkan potensi pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan.

"Kompetisi ini pertama kali di Indonesia, dengan mengonsepkan karya tulis berbentuk penelitian yang mengacu pada program TJSL Kilang Pertamina Plaju. Lewat kompetisi ini kami ingin merangkul berbagai kalangan bersama-sama mewujudkan kontribusi positif bagi lingkungan," pungkasnya.




(dai/dai)


Hide Ads