Potensi EBT Sumsel 4,63%, Demand Batu Bara 2050 Diprediksi Turun Drastis

Sumatera Selatan

Potensi EBT Sumsel 4,63%, Demand Batu Bara 2050 Diprediksi Turun Drastis

Reiza Pahlevi - detikSumbagsel
Jumat, 31 Mei 2024 16:00 WIB
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (27/7/2023). Kementerian Keuangan mencatat realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor mineral dan batu bara atau minerba meningkat sebesar 94,7 persen dari Rp40,2 triliun pada semester I 2022 meningkat menjadi Rp78,3 triliun pada semester I 2023 yang disebabkan oleh penyesuaian tarif iuran produksi atau royalti batu bara. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Foto: Potret Aktivitas Kapal Tongkang Batu Bara di Sungai Musi (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Palembang -

Potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di Sumatera Selatan sangat besar, diperkirakan mencapai 21.032 MW. Namun, potensi itu belum tergarap dengan baik karena kapasitas terpasangnya baru 4,63% atau baru 973,95 MW.

"Potensi EBT di Sumsel sangat banyak dan besar. Tapi baru 4,63% saja atau 973,95 MW yang terpasang," ujar Kasubbid Pariwisata, Industri dan Perdagangan Bappeda Sumsel, Marini, Kamis (30/5/2024).

Potensi EBT itu berasal dari tenaga angin sebesar 301 MW dengan kapasitas terpasang nol, bio energi 2.132 MW kapasitas terpasang 813,41 MW (82,24%). Kemudian tenaga air 448 MW dengan kapasitas terpasang 21,96 MW (2,7%), surya 17.233 MWp dengan kapasitas terpasang 7,75 MWp (0,78%) dan panas bumi 918 MW dengan kapasitas terpasang 146 MW (14,76%).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari data ESDM Sumsel, pemanfaatan dan pengembangan EBT untuk tenaga surya telah dibangun 4 pembangkit. Tenaga air di 3 pembangkit dengan satu di antaranya tersebar di Sumsel, panas bumi 2 pembangkit dan bio energi 4 pembangkit.

Menurutnya, transisi energi ke EBT akan menurunkan permintaan batu bara. Tak hanya di domestik, tapi juga secara global. Meskipun data data saat ini tren produksi dan permintaan batu bara terus alami kenaikan. Diketahui cadangan batu bara Sumsel mencapai 9,29 miliar ton atau 22% cadangan nasional.

ADVERTISEMENT

"Permintaan batu bara diperkirakan akan turun 20% sebelum 2030 nanti meskipun 2023 lalu demand-nya masih tinggi dan punya cadangan banyak. Bahkan, sebelum 2050 permintaan akan turun hingga 70%," jelasnya.

Marini menjelaskan, komitmen mitigasi perubahan iklim yang menjadi penyebab turunnya demand batu bara. Komitmen kebijakan yang dibangun memastikan seluruh negara akan beralih ke EBT dan ekonomi hijau.

"Komitmen pemerintah menurunkan gas rumah kaca menuju net zero emission sudah masuk dalam RPJPN 2025-2045. Saat ini sudah dilakukan pembatasan pembangunan PLTU batu bara. Implementasi retirement dilakukan 2030-2034 nanti. Baru pada 2040-2045 nanti dilakukan perluasan retirement PLTU batu bara," ungkapnya.

Sementara itu, Analis Teknologi Penyimpanan Energi dan Materi Baterai dari IESR His Muhammad Bintang menambahkan, tantangan transisi energi baru terbarukan di Sumsel dari sisi keekonomian proyek attractivness untuk investor dan pengembang dinilai masih perlu ditingkatkan.

"Kemudian masih terbatasnya insentif untuk pengembangan proyek dan subsidi untuk off-takers listrik energi terbarukan. Adanya sistem kuota oleh PLN untuk pengembang VRE dan waktu tender yang tidak pasti serta kendala perizinan yang lama, akuisisi land-use yang rumit, dan infrastruktur seperti jalan yang meningkatkan biaya konstruksi," katanya.

Lalu strategi yang bisa dilakukan yaitu menginisiasi penggunaan PLTS atap terutama untuk gedung pemerintah dan komersial yang sekaligus akan menciptakan ekosistem lokal industri EBT (termasuk penyerapan tenaga kerja). Hal ini mendorong sektor industri terutama migas dan tambang mineral/batu bara untuk meningkatkan pemanfaatan EBT dalam operasi dan juga melalui program-program CSR.

Menyiapkan transformasi ekonomi yang berkelanjutan di Sumsel, yang tidak hanya ditopang industri migas dan Batubara. Munculnya aktivitas ekonomi baru juga akan meningkatkan demand listrik untuk penetrasi EBT.




(dai/dai)


Hide Ads