Tekanan inflasi di Sumatera Selatan (Sumsel) pada awal tahun akan semakin dalam. Momen Pemilu pada Februari dan Ramadan pada Maret nanti diprediksi akan menjadi penyebabnya.
"Ya, ke depan tekanan inflasi akan cukup menantang, karena (penyebabnya) ada momen Pilpres (Pemilu) dan Ramadan di Maret," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Mohammad Wahyu usai Rakor Pengendalian Inflasi di Daerah 2024, Rabu (3/1/2024).
Ia meminta, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bersama-sama bisa memetakan potensi penyebab inflasi agar inflasi yang terjadi pada awal tahu ini bisa diminimalisir. Pemda juga diminta untuk mengeluarkan kebijakan agar inflasi yang terjadi tidak tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita berharap setiap bulan Pemda bisa memetakan potensi-potensi penyebab kenaikan harga yang menyebabkan inflasi itu. Kemudian Pemda bisa membuat kebijakan agar inflasi tidak tinggi," ungkapnya.
Diketahui, inflasi Sumsel secara tahunan (YOY) mencapai 3,17%. Ia menyebut angka itu lebih tinggi dari nasional yang hanya 2,61%. Namun, inflasi Sumsel pada Desember 2023 lalu, disebutnya sebesar 0,17%, sementara nasional 0,41%.
"Secara bulanannya Sumsel lebih rendah, kita mampu kendalikan kenaikan harga pada komen Natal dan tahun baru 2024. Kalau untuk inflasi tahunannya, kita memang lebih tinggi dari nasional. Untuk itu kita berharap agar Pemda bisa menjaga inflasi bulanannya dengan baik," ungkapnya.
Dia menambahkan, inflasi terjadi karena dipengaruhi oleh biaya hidup masyarakat yang meningkat sepanjang tahun kemarin terhadap sektor pangan.
"Saat ini harga beras masih terbilang mahal Rp 12 ribu per kilogram. Selain beras inflasi terjadi karena tingginya nilai konsumsi," ungkapnya.
Sementara itu, Pj Gubernur Sumatera Selatan Agus Fatoni mengatakan, pihaknya akan terus berupaya untuk menekan inflasi di tahun 2024. Salah satu upayanya yakni melanjutkan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, organisasi daerah dan semua stakeholder.
"Langkah-langah terus kita upayakan, kita bersama dengan instansi terkait dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Bulog, Forkopimda, Pemerintah Kabupaten/Kota dan semua stakeholder terus melakukan upaya dan kerja keras untuk bisa mengendalikan inflasi," katanya.
Dia juga mengungkapkan inflasi merupakan hal yang sudah sering terjadi menjelang Natal dan tahun baru. Selain itu, kenaikan inflasi menjelang Natal dan tahun baru 2023 juga terjadi di semua daerah di Indonesia.
"Di tahun baru ini memang langganan, karena tahun baru dan Natal itu ada kenaikan inflasi di semua daerah," ungkapnya.
(csb/csb)