Emak-emak di Muaro Jambi Protes Pengeboran Minyak Bikin Rumah Retak-retak

Jambi

Emak-emak di Muaro Jambi Protes Pengeboran Minyak Bikin Rumah Retak-retak

Dimas Sanjaya - detikSumbagsel
Sabtu, 25 Jan 2025 08:00 WIB
Emak-emak di Muaro Jambi protes pengeboran minyak yang diduga picu rumah retak-retak.
Emak-emak di Muaro Jambi protes pengeboran minyak yang diduga picu rumah retak-retak. Foto: Dimas Sanjaya/detikcom
Muaro Jambi -

Puluhan emak-emak warga Desa Kasang Lopak Alai, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, menggeruduk lokasi rig pengeboran minyak di desanya. Mereka protes terhadap aktivitas pengeboran yang membuat dinding rumah mereka retak-retak.

Tampak warga membawa spanduk kertas yang berisi protes terhadap aktivitas pengeboran. Mereka berorasi di depan pagar masuk lokasi pengeboran minyak di kampung mereka.

Menurut data yang dihimpun warga saat demo itu, ada sekitar 42 rumah yang mengalami keretakan akibat getaran dari alat pengeboran minyak. Rinciannya, 20 rumah di RT 01 dan 22 rumah di RT 03 atau Perumahan Al Kautsar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menyuarakan rumah kami retak-retak akibat pengeboran dari Pertamina ini," kata Rika Susanti, warga RT 01 Desa Kasang Lopak Ali, ditemui detikSumbagsel, Jumat (24/1/2025).

Keretakan rumah warga beragam titik, namun semakin banyak dalam beberapa waktu terkahir. Bagian yang retak itu ada yang di ruang tamu, kamar, hingga dapur.

ADVERTISEMENT

Selain keretakan dinding, Rika mengungkap kebisingan suara mesin juga mengganggu aktivitas masyarakat. Suara bising itu ditengarai berasal dari aktivitas alat berat dan pembakaran gas yang menyemburkan api di area sumur.

"Kami juga mengeluhkan kebisingan, berisik, karena aktivitas mesin kerja 24 jam nonstop," lanjut Rika.

Aktivitas suara ini mengganggu kalangan balita dan lansia. Hal itu diungkapkan oleh Bunga yang memiliki anak usia 4 tahun. Tak jarang suara pengeboran itu membuat anak dan keluarganya kesulitan istirahat.

"Iya anak kadang tidak bisa tidur, Pak. Kaget-kagetan anak mendengar suara itu," katanya.

Masalah lain yang dikhawatirkan warga ialah dampak lingkungan. Warga khawatir aktivitas minyak negara yang mengelilingi kampung mereka berdampak pada kualitas air sumur dan kesuburan lahan.

"Kami mempertanyakan dampak ke depan tanah gersang dan air sumur berminyak. Macam mana Pertamina bertanggung jawab? Memang belum ada saat ini, tapi ke depan gimana?" keluh warga lain bernama Evi Dahlia.

Jarak rumah warga dengan lokasi kegiatan Pertamina ini mulai terdekat 15 hingga 200 meter. Warga sebenarnya sudah menunggu itikad baik Pertamina terkait keluhan ini. Namun, dua tahun Pertamina beraktivitas di sana, warga tak kunjung mendapat respons dari perusahaan.

Tanggapan Pertamina

Koordinator Lapangan Pertamina wilayah Kumpeh, Dedy, menemui warga di Balai Desa. Dedy mengatakan keluhan warga telah ditampung untuk dilaporkan ke manajemen. Pihak manajemen tentu akan melakukan survei terlebih dahulu atas keluhan masyarakat terkait keretakan rumah.

"Ini sudah catat keluhan Ibu-ibu nanti laporkan ke manajemen. Secepatnya akan diproses," ujarnya.

Selain itu, terkait keluhan suara kebisingan, Dedy mengungkap bahwa suara yang dikeluarkan dari mesin masih batas normal. Hasil pengukuran kebisingan hanya 80 desibel.

Namun terkait hal itu, pihaknya tetap melaporkan ke manajemen. Dia menyampaikan Pertamina berjanji akan menyelesaikan persoalan yang dialami warga.




(des/des)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads