Program makan bergizi gratis (MBG) di Sumatera Selatan diperkirakan menelan anggaran Rp 3,6 triliun. Asumsi itu berdasarkan jumlah siswa mulai dari SD-SMA (tidak termasuk TK) di Sumsel yang mencapai 1,8 juta orang (data BPS 2023) yang dikalikan per porsi Rp 10 ribu dengan jumlah waktu belajar 200 hari.
Pj Gubernur Sumsel, Elen Setiadi yang ditanya terkait itu mengaku penganggaran untuk program MBG akan dikerjakan keroyokan oleh semua pihak. Tak hanya menggunakan APBN, tapi juga APBD provinsi dan kabupaten/kota.
Selain itu, penganggaran program itu juga bisa dikerjasamakan lewat pola kemitraan dan CSR (corporate social responsibility) dari BUMN/BUMD atau perusahaan lainnya.
"Polanya banyak ya, ada APBN, APBD kemudian kemitraan, ada juga CSR. Kita lihat nanti kita dari sisi mananya," ujar Elen, Senin (20/1/2025).
Menurutnya, perlu kolaborasi berbagai pihak untuk merealisasikan program tersebut. Hal itu sesuai dengan mekanisme pola anggaran yang disampaikan Badan Gizi Nasional (BGN).
"Ya harus ada kolaborasi, karena arahan dari BGN kan ada pola paket penganggarannya bisa APBN/APBD, dukungan kemitraan dan CSR. Jadi kita ikuti dan sesuaikan saja nanti, kita tunggu juknisnya dulu nanti," jelasnya.
Untuk APBD provinsi, Elen menyebut akan menyiapkan dana patungan MBG yang diambil dari BTT (belanja tidak terduga). Hal itu menindaklanjuti arahan Mendagri M Tito Karnavian yang meminta pemda ikut berkontribusi.
"Sudah kita siapkan dan dipastikan dengan Pak Sekda, dananya (MBG) dari BTT," ujarnya.
Elen menjelaskan Pemprov Sumsel masih menunggu petunjuk teknis terkait pelaksanaannya sehingga belum dapat memastikan nilai anggaran MBG dari APBD Sumsel.
"Nanti anggaran MBG dari BTT bisa disesuaikan, kalaupun kurang bisa mengambil dari anggaran perubahan. Kita juga belum tahu, apakah (Pemprov Sumsel) untuk SMA saja atau juga untuk membantu sampai tingkat bawah (TK-SMP). Apalagi ada juga MBG untuk ibu hamil dan pra nikah juga. Kita tunggu dulu juknisnya," katanya.
Simak Video "Video: Kasus Pembacokan Pengantin Pria di Palembang Disebut karena Dendam"
(dai/dai)