Hujan Es-Pohon Tumbang Terjadi di Pagar Alam, BMKG Minta Warga Waspada

Sumatera Selatan

Hujan Es-Pohon Tumbang Terjadi di Pagar Alam, BMKG Minta Warga Waspada

Reiza Pahlevi - detikSumbagsel
Jumat, 25 Okt 2024 13:00 WIB
Fenomena hujan es terjadi di Pagar Alam akibat transisi cuaca.
Fenomena hujan es terjadi di Pagar Alam akibat transisi cuaca. (Foto: Istimewa/tangkapan layar)
Pagar Alam -

Video memperlihatkan hujan es yang turun di Pagar Alam, Sumatera Selatan (Sumsel) viral di media sosial. Butiran-butiran es jatuh bersamaan dengan hujan.

Dari video viral yang dilihat detikSumbagsel, terlihat warga mengabadikan hujan es tersebut. Suara jatuhnya butiran es itu terdengar kencang saat jatuh di atap seng.

Terlihat butiran es yang terpental. Bahkan, beberapa wilayah juga terjadi pohon tumbang akibat angin kencang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis mengatakan, 50% wilayah Sumsel telah memasuki musim hujan sejak awal Oktober. Sementara wilayah lainnya dalam periode masa peralihan kemarau ke hujan. Periode transisi ditandai dengan pola cuaca yang berubah dengan cepat.

Faktor pendorong utama berupa monsoon baratan yang lemah menyebabkan pembentukan hujan lebih dipengaruhi faktor lokal. Dampaknya, terbentuk hujan intensitas sedang ke lebat tiba-tiba dan terjadi tidak merata di Sumsel.

ADVERTISEMENT

"Periode transisi juga terjadi peningkatan potensi terjadinya angin kencang, puting beliung dan hujan meski cukup jarang. Hujan yang tidak merata menyebabkan ada wilayah yang menerima panas intensif. Ini mendorong sistem konvektif awan yang tumbuh vertikal. Pada puncak awan ini terdapat lapisan es. Inilah yang jatuh ke tanah sebagai hujan es," ujar Wandayantolis, Jumat (25/10/2024).

Kata dia, hujan es ini bersumber dari awan Cumulonimbus (Cb). Bentuk tumbuh vertikal bisa sampai 12 km. Pada bagian puncaknya yang disebut anvil adalah lapisan es. Es Inilah jika saat turun ke tanah tidak sempat mencair menjadi hujan es (hail).

"Secara teori awan Cb dapat terbentuk dari dataran rendah hingga tinggi," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Siswanto menambahkan, fenomena hujan es di Pagar Alam bisa saja terjadi mengingat saat ini sudah memasuki musim transisi. Terlebih potensi cuaca ekstrem pada Kamis (24/10) terlihat kondisi cuaca buruk di Sumsel bagian barat atau pegunungan.

"Fenomena hujan es ini biasa terjadi sebagai akibat adanya pertumbuhan awan hujan jenis Cb. Dimana secara fisik terlihat berwarna hitam keabu-abuan, dengan tinggi dasar awan rendah dan menjulang tinggi seperti bunga kol di mana puncak awannya sendiri bisa mencapai 10.000 meter," ujarnya.

Dinamakan hujan es karena titik air hujan yang jatuh ke permukaan bumi memiiki diameter yang besar jika dibandingkan dengan ukuran hujan biasa, di mana diameter butiran air hujannya adalah 5 mm (sekitar 0,2 inci) hingga lebih dari 15 cm (sekitar 6 inci)," katanya.

Dia menyebut, terjadinya hujan es dapat membahayakan manusia, hewan atau tanaman. Sehingga masyarakat harus waspada terhadap perubahan cuaca yang ada di sekitar.

"Karena musim pancaroba cuacanya akan cepat mengalami perubahan dan bisa mengarah ekstrem seperti hujan intensitas lebat dalam durasi singkat, angin kencang, puting beliung, sambaran petir dan kilat," ungkapnya.




(csb/csb)


Hide Ads