Kanker ovarium merupakan salah satu jenis kanker yang menyerang sistem reproduksi wanita dan sering kali baru terdeteksi pada stadium lanjut. Lantas, bagaimana gejala, penyebab, cara megetahui dan penanganannya?
Kondisi ini umumnya dialami oleh wanita berusia 50 hingga 70 tahun. Namun, bisa juga terjadi pada usia berapa pun. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala awal dan faktor risikonya agar dapat melakukan deteksi dini dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Nah, untuk mengetahui lebih dalam terkait kanker ovarium. Mari simak artikel yang telah detikSumbagsel rangkum berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Kanker Ovarium?
Dilansir dari laman Kemenkes, kanker ovarium merupakan pertumbuhan sel-sel yang terbentuk di ovarium. Sel-sel tersebut berkembang biak dengan cepat dan berpotensi menyerang atau menghancurkan jaringan tubuh yang sehat.
Sistem reproduksi wanita terdiri dari dua ovarium, masing-masing terletak di sisi kanan dan kiri rahim. Setiap ovarium berukuran sebesar almond dan berfungsi memproduksi sel telur (ovum) serta hormon estrogen dan progesteron.
Kanker ovarium ini paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 hingga 70 tahun. Penyakit ini dapat menyebar ke area lain, seperti panggul dan perut, melalui sistem bening serta melalui sistem pembuluh darah dan dapat menyebar ke organ lain, seperti hati dan paru-paru.
Gejala Kanker Ovarium
Biasanya, pada stadium awal kanker ovarium jarang menimbulkan gejala. Begitu pula dengan gejala kanker ovarium stadium lanjut yang juga tidak terlalu spesifik dan cenderung mirip dengan gejala penyakit lainnya. Beberapa gejalanya, yaitu:
Β· Perut kembung
Β· Mudah kenyang
Β· Sakit perut
Β· Mual
Β· Sembelit
Β· Perut membengkak
Β· Berat badan menurun
Β· Sering buang air kecil
Β· Sakit pada punggung bagian bawah
Β· Nyeri ketika berhubungan seksual
Β· Keluar darah dari vagina
Β· Perubahan siklus menstruasi (bagi penderita yang masih mengalami menstruasi)
Penyebab Kanker Ovarium
Sayangnya, hingga saat ini penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker ovarium, antara lain:
Β· Berusia di atas 50 tahun
Β· Merokok
Β· Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause
Β· Memiliki anggota keluarga yang menderita kanker ovarium atau kanker payudara
Β· Menderita obesitas, endometriosis atau sindrom Lynch
Β· Pernah menjalani radioterapi
Cara Mengetahui Kanker Ovarium
Untuk mengetahui penyakit ini, diperlukan pemeriksaan dari dokter. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area panggul dan organ kelamin. Apabila dari hasil pemeriksaan pasien diduga menderita kanker ovarium, dokter akan menjalankan pemeriksaan lanjutan berupa:
1. Tes Darah
Tujuan dilakukan tes darah adalah untuk mendeteksi protein CA-125 yang merupakan penanda adanya kanker.
2. Pemindaian
Metode awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium adalah USG perut. Setelah itu, dokter dapat melakukan CT scan atau MRI.
3. Biopsi
Dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diteliti di laboratorium. Pemeriksaan inilah yang dapat menentukan apakah pasien menderita kanker ovarium atau tidak.
Penanganan Pada Kanker Ovarium
Penanganan pada penderita kanker ovarium tergantung pada stadium kanker, kondisi pasien, dan apakah pasien masih ingin memiliki keturunan. Adapun metode penanganannya meliputi:
1. Operasi
Prosedur ini bertujuan untuk mengangkat salah satu atau kedua ovarium. Selain itu, pengangkatan rahim (histerektomi) dan jaringan di sekitarnya yang terkena kanker juga dapat dilakukan. Penting untuk dicatat bahwa beberapa jenis operasi untuk kanker ovarium dapat menyebabkan pasien kehilangan kemampuan untuk memiliki anak. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk berkonsultasi dengan dokter guna memahami manfaat dan risiko dari operasi yang akan dijalani.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah metode yang memanfaatkan sinar berenergi tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Biasanya, terapi ini diterapkan pada pasien kanker ovarium stadium awal setelah menjalani operasi. Namun, radioterapi juga dapat diberikan kepada pasien dengan kanker ovarium stadium lanjut dengan tujuan membasmi sel-sel kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pemberian obat-obatan yang bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker. Prosedur ini dapat dilakukan sebelum operasi guna mengecilkan ukuran kanker agar lebih mudah diangkat, atau setelah operasi untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin masih tersisa.
Itulah informasi terkait kanker ovarium. Jika merasakan gejala-gejalanya, jangan ragu untuk memeriksakannya ke dokter ya!
Artikel ini ditulis oleh Wulandari, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(csb/csb)