6 Perjanjian dan Prakarsa Damai Palestina Israel yang Alami Kegagalan

6 Perjanjian dan Prakarsa Damai Palestina Israel yang Alami Kegagalan

Putri Fadyla - detikSumbagsel
Minggu, 06 Okt 2024 11:01 WIB
Demonstrators gather to protest the escalation of conflict between Israel and Hezbollah and to call for an end to military operations in the Gaza Strip and the Israeli-occupied West Bank, in Madrid, Spain, September 25, 2024. REUTERS/Violeta Santos Moura
Foto: Protes Israel, Warga Kibarkan Bendera Palestina di Kota Madrid (REUTERS/Violeta Santos Moura)
Palembang -

Konflik Palestina dan Israel terhitung telah terjadi lebih dari setengah abad lalu. Berbagai langkah diplomatik dalam bentuk perjanjian dan prakarsa telah beberapa kali dilakukan untuk mencapai perdamaian. Namun, berbagai upaya tersebut tidak berhasil dan konflik antar keduanya masih terjadi hingga saat ini.

Kira-kira apa saja perjanjian dan prakarsa yang pernah dibuat untuk menghentikan konflik Palestina Israel? Berikut 6 perjanjian dan prakarsa damai Palestina Israel berakhir kegagalan yang telah dirangkum oleh detikSumbagsel.

Dikutip dari sumber utama, saluran berita internasional Jerman, Deutsche Welle (DW) sampai saat ini, tercatat telah ada 6 perjanjian dan prakarsa yang telah dilakukan oleh keduanya. Yaitu sebagai berikut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjanjian Camp David dan Perdamaian Israel-Mesir Tahun 1978-1979

Dikutip dari Jurnal asal Universitas Jember, Perjanjian Camp David merupakan perundingan antara Mesir dan Israel yang dibantu oleh Amerika Serikat (AS) sebagai penengah. Perjanjian tersebut terjadi pada 17 September 1978. Dinamai demikian karena dilakukan di tempat peristirahatan milik presiden Amerika Serikat bernama Camp David yang terletak di Frederick County, Maryland.

Latar belakang terjadinya perjanjian Camp David adalah krisis ekonomi Mesir yang terjadi akibat konflik dengan negara Israel. Tujuan utama dilakukan perjanjian ini adalah untuk mengembalikan perekonomian Mesir sekaligus membangun perdamaian antar negara-negara di Timur Tengah. Perjanjian ini terjadi antara presiden Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin dengan Presiden AS, Jimmy Carter sebagai penengah yang memimpin perundingan tersebut.

ADVERTISEMENT

Perjanjian Oslo I dan II Tahun 1993 dan 1995

Dikutip dari Jurnal Review of International Relations Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, perjanjian Oslo adalah perjanjian yang dilakukan antara Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dengan Israel. Perjanjian ini tidak berhasil membawa kedamaian dari konflik berkepanjangan tersebut.

Perjanjian Oslo dibagi menjadi dua, perjanjian Oslo I dan perjanjian Oslo II. Masing masing ditandatangani oleh kedua belah pihak di Washington DC pada tahun 1993 dan ditandatangani lagi di Taba, Mesir pada tahun 1995.

Perjanjian Oslo I diawali negosiasi antara Israel dan PLO di Norwegia pada 1993. Pertemuan ini dihadiri oleh Ketua PLO, Yassir Arafat, Perdana Menteri Israel, Yitzhak Rabin bersama mantan Perdana Menteri Israel, Shimon Peres, serta Wakil Menteri Luar Negeri Norwegia, Jan Egeland sebagai mediator. Perjanjian ini menghasilkan 7 pasal yang intinya berisi PLO mengakui negara Israel secara resmi dan Israel mengizinkan Palestina membentuk pemerintahan sendiri di wilayah Gaza dan Tepi Barat. Kemudian perjanjian ini dilanjutkan pada perjanjian Oslo II yang ditandatangani dua tahun kemudian.

Perjanjian Puncak Camp David Tahun 2000

Dikutip dari Jurnal Universitas Indonesia, perjanjian puncak Camp David 2000 atau KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Camp David 2000 adalah kelanjutan dari upaya perdamaian setelah gagalnya perjanjian Camp David 1978. Perjanjian ini membahas tentang isu-isu penting yang terjadi selama masa Genosida.

KTT Camp David 2000 berlangsung pada 11 Juli 2000 hingga 25 Juli 2000 di Camp David, Maryland, Amerika Serikat. Perjanjian ini dilakukan dan tidak menghasilkan penyelesaian bagi keduanya karena ketua PLO, Yasser Arafat menolak dengan tegas perjanjian damai yang ditawarkan Amerika Serikat. Salah satu penyebabnya adalah keteguhan Yasser Arafat dan Perdana Menteri Israel saat itu, Ehud Barak dalam mempertahankan kota Yerusalem.

Prakarsa Perdamaian Arab dari KTT Beirut Tahun 2002

Dikutip dari buku "Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi: Upaya Penyelesaian Konflik Israel-Palestina", KTT Beirut adalah Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara Arab pada 26-27 Maret 2002 di Beirut. Dalam KTT ini Liga Arab mengusulkan prakarsa perdamaian atau proposal damai.

Prakarsa tersebut tertuang dalam Deklarasi Beirut yang menawarkan pengakuan dan hubungan normal antara negara-negara arab dengan Israel sebagai imbalan dari ketersediaan Israel untuk mundur dari seluruh wilayah yang diduduki Israel sebelum tahun 1967.

Peta Jalan Kuartet Timur Tengah Tahun 2003

Dikutip dari buku yang sama, peta jalan ini dikembangkan oleh Kuartet Timur Tengah yang terdiri antara AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB. Peta ini pertama kali diterima oleh Pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon pada Juni 2003, dengan persetujuan Dewan Keamanan PBB pada November 2003.

Peta tersebut awalnya dijadwalkan pada 2005, tetapi PM Israel, Ariel Sharon merasa keberatan dengan adanya peta tersebut. akhirnya peta jalan yang memuat solusi antara keduanya tidak pernah terlaksana.

Prakarsa Perdamaian Trump Tahun 2020

Dikutip dari Jurnal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Donald Trump telah menunjukkan keseriusannya dalam mengupayakan perdamaian antara Israel dan Palestina sejak masa kampanye kepresidenannya di 2016. Upaya Trump ini bernama Trump Peace Plan yang dimuat dalam proposal damai yang diberi judul "Peace to Prosperity" yang secara resmi dikenalkan ke publik pada konferensi pers di Gedung Putih pada 28 Januari 2020.

Awal perjanjian ini dimulai saat Trump mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan Kantor Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada 6 Desember 2017. Kemudian pada 10 September 2018, pihak Trump menutup Kantor Delegasi Umum PLO di Washington DC dan pada tahun yang sama memberhentikan segala bentuk bantuan pendanaan kepada Badan Bantuan dan Pembangunan PBB (UNRWA) yang menjalankan program bagi pengungsi Palestina. Trump juga melaksanakan Konferensi Bahrain yang dihadiri oleh AS beserta beberapa negara Arab dan Timur Tengah pada 26 Juni 2019 untuk menyampaikan proposal yang dikenal dengan nama "Deal of the Century".

Gagasan Trump ini ditolak oleh berbagai pihak termasuk Palestina karena dinilai bertentangan dengan kebijakan yang telah ada sebelumnya. Pada saat itu, Trump justru dianggap membuat AS memainkan peran sebagai Broker perdamaian antara Israel dan Palestina.

Itulah 6 perjanjian perdamaian dan prakarsa yang telah diupayakan oleh berbagai pihak, termasuk AS dalam upaya perdamaian Palestina Israel yang mengalami kegagalan dalam menyelesaikan konflik antara kedua belah pihak. Semoga penjelasannya bermanfaat, ya detikers!

Artikel ini ditulis oleh Putri Fadyla, peserta program magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dai/dai)


Hide Ads