Nilai Tukar Pertanian Subsektor Hortikular Turun Jadi 4,12 Persen

Sumatera Selatan

Nilai Tukar Pertanian Subsektor Hortikular Turun Jadi 4,12 Persen

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Rabu, 07 Agu 2024 22:31 WIB
Petani mempersiapkan tanaman padi sebelum proses penanaman pada musim tanam gadu di area persawahan Desa Pasi Teungoh, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (9/7/2024). Data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura menyatakan memasuki musim tanam padi gadu dari bulan April hingga Juli 2024 jumlah lahan yang sudah ditanami padi telah mencapai 50 persen lebih atau sebanyak 3.271 hektar dari target penanaman 6.000 hektar dan diprediksikan bakal terus bertambah hingga bulan September mendatang. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Foto: Ilustrasi pertanian (ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS)
Palembang -

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan (Sumsel) merilis Nilai Tukar Pertanian (NTP) pada Juli 2024 berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK), terjadi penurunan pertanian pada subsektor hortikular sebesar 4,12% dan perikanan tangkap 0,20%.

"Turunnya NTP ini disebabkan turunnya harga berbagai komoditas sayur-sayuran yang cukup tinggi," ujar Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto,Rabu (7/8/2024).

NTP subsektor tanaman hortikular di Sumsel juga berpengaruh dari kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya atau hasil panen komoditas berlimpah dan tak seimbang dengan kenaikan permintaan produk di pasaran.

"Pada Juli 2024 secara umum NTP naik sebesar 1,45% dibandingkan NTP pada bulan lalu yaitu 122,40 menjadi 124,18," katanya.

BPS Sumsel mencatat untuk NTP secara menyeluruh jumlahnya naik 122,40 menjadi 124,18. Kenaikan NTP pada Juli di dorong oleh tanaman pangan 2,52 persen dan perkebunan 1,47.

Selain itu ada peningkatan nilai tukar untuk petani sektor perkebunan 1,47%, perikanan 0,23 persen dan perikanan budaya di angka 0,91 persen. Kenaikan NTP ini sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan petani.

"Apabila nilai tukar petani rendah maka petani tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan sebaliknya jika NTP meningkat menunjukkan kesejahteraan terhadap petani," ungkapnya.

Kondisi penurunan NTP holtikultura lebih rendah dari subsektor perkebunan dipengaruhi hasil panen melimpah dari sejumlah komoditas buah-buahan dan sayuran. Salah satu komoditas yang defisit NTP adalah tomat, karena harga jual di pasar juga turun.

"Nilai tukar menurun disebabkan turunnya indeks kelompok konsumsi rumah tangga," pungkasnya.




(dai/dai)


Hide Ads