Sumsel Alami Puncak Kemarau, BMKG Sebut Potensi Hotspot OKI Tertinggi

Sumatera Selatan

Sumsel Alami Puncak Kemarau, BMKG Sebut Potensi Hotspot OKI Tertinggi

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Sabtu, 27 Jul 2024 16:30 WIB
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi di sejumlah daerah di Sumatera Selatan (Sumsel). Pemadaman tak hanya dilakukan lewat jalur darat, tapi juga melalui udara.
Foto: Istimewa (dok. BPBD Sumsel)
Palembang -

Sumatera Selatan telah memasuki puncak musim kemarau. Suhu udara berkisar antara 33-35 derajat Celcius. Tingginya suhu udara dapat memicu kekeringan dan mempermudah timbulnya hotspot yang berisiko kebakaran.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumsel mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas pembakaran karena kondisi kering memudahkan api menjalar lebih cepat, baik di permukiman, lahan, maupun hutan.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel Wandayantolis menuturkan secara umum kemarau sudah mulai sejak pertengahan Juli, kecuali sebagian Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Komering Ulu (OKU). Kedua wilayah itu sudah mengalaminya sejak akhir Mei.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setiap daerah di Sumsel periode musim kemaraunya berbeda-beda seperti OKI dan OKU yang sudah lebih dulu masuk musim kemarau. Namun puncak musim kemarau di prediksi Juli-Agustus ini," katanya, Sabtu (27/7/2024).

Menurutnya, potensi wilayah yang mengalami kekeringan masih sama seperti tahun kemarin. Yakni Kapubaten OKI yang musim kemaraunya yang paling panjang. Potensi hotspot di OKI lebih tinggi bila dibandingkan daerah lain di Sumsel.

ADVERTISEMENT

"Kita mengimbau kepada masyarakat perlu meningkatkan pengawasan aktivitas yang dapat menyebabkan munculnya api," lanjutnya.

Selain itu, pemerintah setempat diharapkan sudah dapat mengambil langkah-langkah antisipasi khususnya bagi wilayah yang langganan kekeringan.

"Bagi wilayah-wilayah yang berpotensi kekeringan seperti tahun kemarin diharapkan sudah bisa berkoordinasi dengan BPBD agar tidak kekurangan air dan suplai air bersih tetap ada. Sebab tidak mungkin mengandalkan hujan turun," ujarnya.




(des/des)


Hide Ads