Pada tahun 1930-an, Palembang memiliki tempat penggilingan kopi yang terkenal, lengkap dengan warung kopinya yakni Kopi Roda. Di masa tersebut, kopinya tak hanya dikenal di Palembang atau Sumsel saja, melainkan tenar di Tanah Air. Namun sekarang tinggal kenangan.
Kopi Roda sendiri memiliki kopi dengan nama dengan merek dagang Kopi Tiga Roda. Berdasarkan penelusuran detikSumbagsel dari berbagai sumber, Kopi Roda merupakan usaha milik Liem Chen San, seorang pengusaha China yang menetap di Palembang pada zaman itu.
Kopi Roda ini terletak di kawasan 14 Ilir, Kecamatan Ilir Timur (I) Palembang memiliki bangunan klasik zaman Belanda. Sejarahawan Palembang, Kms Ari Panji mengatakan Kopi Roda mempunyai merek dagang Kopi Tiga Roda sangat terkenal pada zaman 1930-an sebelum Indonesia merdeka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain menjual kopi, Liem Chen San juga memiliki usaha pembuatan lilin dan jamu untuk ibu-ibu setelah melahirkan.
"Pada zaman itu Kopi Tiga Roda milik Liem Chen San sangat terkenal di seluruh Sumsel dan sekitarnya. Di sana juga ada usaha pembuatan lilin dan jamu karena ia memilik 17 anak sehingga usahanya sangat banyak di kala itu," tuturnya.
Dijelaskannya, Kopi Roda bukan seperti kafe-kafe saat ini, tapi dulu adalah warung kopi atau warkop. Jadi siapa yang ingin menikmati kopi bisa ke Warkop Kopi Roda.
"Warkop Kopi Roda ini ada hingga tahun 1990-an, lalu di tahun 2000-an Kopi Roda tutup seiring dengan adanya perebutan ahli waris di antara anak-anak Liem Chen San," ujarnya.
Kms Ari Panji menyebut, kawasan Kopi Roda merupakan kawasan pusat Kota Palembang pada zamannya. Bahkan di kawasan Kopi Roda masih banyak arsitektur bangunan tua gaya tempo dulu. Bahkan, Kopi Roda juga turut andil melawan penjajah pada waktu itu.
"Di kawasan sepanjang 14 dan 15 Ilir merupakan tempat tinggal orang Palembang yang ikut Perang 5 Hari 5 Malam. Para pejuang ini diberi kopi oleh Tuan Liem bila ada yang mampir ke Kopi Roda. Bahkan katanya, Tuan Liem itu juga ikut perang melawan Belanda di perang tersebut," kata dia.
Saat ini Kopi Roda tinggal kenangan, yang terlihat hanya ada bangunan tua yang tak terawat dan sudah dipagari seng. Tak ada aktivitas di dalam bangunan tersebut.
"Bangunan eksotis itu menjadi saksi bisu bagaimana suksesnya penjualan kopi dan nikmatnya kopi di zamannya," ungkapnya.
Kms Ari Panji pun berharap agar bangunan Kopi Roda bisa kembali dibuka karena bangunan tersebut estetik dan Intagramable.
"Saya berharap bangunan ini bisa dibuka lagi agar bisa dikunjungi orang-orang karena tempatnya estetik dan Instagramable," pungkasnya.
(dai/dai)