Hajar Aswad merupakan batu yang terletak di salah satu sudut Ka'bah, tepatnya di sebelah tenggara. Batu ini memiliki makna penting dalam ibadah umrah dan haji, sebab merupakan tempat permulaan dan berakhirnya tawaf.
Hajar Aswad mempunyai bentuk seperti telur dengan warna hitam kemerah-merahan. Di dalamnya terdapat titik-titik merah campur kuning sebanyak 30 buah. Serta dibingkai dengan perak setebal 10 cm buatan Abdullah bin Zubair, salah seorang sahabat Rasulullah SAW.
Banyak jemaah umrah dan haji ingin mencium Hajar Aswad. Sebab memiliki banyak keistimewaan. Berikut ini, detikSumbagsel merangkum sederet informasi mengenai Hajar Aswad. Simak yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Batu Hajar Aswad
Dikutip buku berjudul Sejarah Hajar Aswad & Maqam Ibrahim, Kisah Lengkap Batu dari Surga dan Jejak Kaki Nabi Ibrahim karya Prof. Dr. Said Muhammad Bakdasy, Al-Azraqi meriwayatkan dari Ibnu Ishaq mengenai sejarah Nabi Ibrahim yang membangun Kakbah, ia berkata: Ketika bangunan Ka'bah itu semakin tinggi, Ismail mendekatkan sebuah Maqam (tempat berdiri) kepada Ibrahim, sehingga dia dapat berdiri di atasnya untuk membangun Kakbah. Ismail memindahkan Maqam tersebut ke setiap penjuru Kakbah sehingga akhirnya sampai pada Rukun Hijir. Lalu, Ibrahim berkata kepada Ismail, "Ambilkan saya sebuah batu untuk diletakkan di sini, agar nanti menjadi tanda dimulainya tawaf untuk umat manusia". Ismail akhirnya pergi untuk mencarikan sebuah batu untuk ayahnya.
Sebelum Ismail kembali, Jibril sudah mendatangi Ibrahim dengan membawa Hajar Aswad. Allah SWT, menitipkan Rukun tersebut kepada Gunung Abu Qubais, ketika Dia menenggelamkan bumi pada masa Nabi Nuh. Saat itu, Allah berkata padanya, "Jika kau melihat kekasih-Ku sedang membangun rumah-Ku, maka keluarkanlah Hajar Aswad untuknya". Tatkala Ismail kembali dengan membawa sebuah batu, dia mendekati Ibrahim dan berkata, "Wahai ayahku, dari mana engkau mendapatkan batu ini?". Ibrahim menjawab, "Batu ini didatangkan oleh orang yang tidak membuatku harus bersusah payah untuk mendapatkan batumu. Batu ini dibawa oleh Jibril".
Setelah Jibril meletakkan batu itu pada tempatnya dan mulai dibangun oleh Ibrahim, tiba-tiba saja batu itu memancarkan sinar yang sangat terang. Karena begitu terangnya, cahayanya menerangi Timur dan Barat, Yaman dan Syam. Al-Azraqi berkata, "Cahayanya menerangi sampai ke ujung batas al-Haram dari segala penjurunya".
Pada masa Nabi Musa, Ka'bah roboh dan dibangun kembali oleh Bani 'Imlaq. Ka'bah rusak kembali dan dibangun lagi oleh suatu kabilah dari Jurhum. Kabilah dari Quraisy kembali membangunnya setelah sebelumnya mengalami kehancuran untuk kesekian kalinya.
Saat orang-orang Quraisy hendak meletakkan Hajar Aswad, mereka saling berselisih pendapat tentang siapa yang paling berhak meletakkannya. Mereka berkata, "Orang pertama yang masuk dari pintu inilah yang berhak melakukan itu".
Lalu, Rasulullah datang dan memerintahkan agar dibentangkan selembar kain. Beliau lalu meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu. Kemudian, Rasulullah berkata, "Setiap kabilah mewakilkan seorang laki-laki untuk memegang ujung kain ini". Lalu, mereka mengangkatnya bersama-sama dan Rasulullah mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ke tempatnya semula.
Peristiwa bersejarah itu terjadi di hari yang diberkahi, yaitu Senin. Imam Ahmad dan yang lain meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA. Dia berkata, "Nabi SAW dilahirkan pada hari Senin. Beliau juga diangkat menjadi Nabi pada hari Senin, wafat pada hari Senin, Hijrah dari Makkah ke Madinah pada hari Senin, tiba di Madinah pada hari Senin, serta mengangkat Hajar Aswad dilakukannya juga pada hari Senin".
Karakteristik, Warna, dan Ukuran Hajar Aswad
Masih dari sumber yang sama, Hajar Aswad merupakan batu yang turun dari langit, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis-hadis Nabi SAW. Batu ini diserahkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk dilewatkan di sudut Ka'bah sebagai pertanda dan lokasi dimulai tawaf. Sudut itu adalah sudut bagian tenggara dari Ka'bah.
Dulu Hajar Aswad berwarna putih, bahkan lebih putih dari salju dan susu. Lalu berubah warna menjadi hitam akibat dosa orang-orang musyrik.
Ukurannya sekitar satu dzira (hasta) sebagaimana yang dikabarkan dalam atsar. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin 'Ash RA., ia berkata, "Hajar Aswad dahulu lebih putih dari susu dan panjangnya seukuran tulang hasta". Yang dapat terlihat sekarang hanya bagian depannya saja yang menghitam akibat dosa orang-orang musyrik. Adapun pada saat tertanam dalam pembangunan Ka'bah warnanya putih.
Keistimewaan Hajar Aswad
Dilansir laman NU Online, berikut sederet keistimewaan dari Hajar Aswad:
1. Agama mensyariatkan mencium serta mengusapkan tangan pada batu hitam ini. Hal tersebut sesuai dengan kisah Sayyidina Umar Radliyallahu anh, yang suatu saat mendatangi Hajar Aswad lalu menciumnya. Umar berkata:
إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Artinya: Sungguh, aku tahu, kamu hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam menciummu, aku pun enggan menciummu." (HR. Bukhari)
2. Hajar Aswad menduduki tempat paling mulia di muka bumi ini. Sebab terletak tepat di pojok Ka'bah pada bagian timur laut Ka'bah. Sudut ini pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama Ismail.
3. Hajar Aswad berada di tempat di mana posisinya selalu menjadi permulaan tawaf, yaitu terletak di bagian sudut timur laut dari bangunan Ka'bah. Semua orang saat memulai tawaf dari posisi itu.
4. Sebagaimana yang diriwayatkan Abu Ubaid, Rasulullah SAW mengkiaskan Hajar Aswad sebagai 'tangan Allah' di bumi. Barangsiapa yang mengusap Hajar Aswad, seolah-olah sedang bersalaman dengan Allah SWT. Selain itu, ia dianggap seperti sedang berbaiat kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
مَنْ فَاوَضَهُ، فَإِنَّمَا يُفَاوِضُ يَدَ الرَّحْمَنِ
Artinya: Barangsiapa bersalaman dengannya (Hajar Aswad), seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah Yang Maha Pengasih." (HR Ibnu Mâjah: 2957)
5. Hajar Aswad mempunyai cahaya yang memancar besar. Namun Allah SWT menutupnya sebagaimana dalam riwayat Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Hibbân.
Itulah sederet informasi mengenai Hajar Aswad. Semoga bermanfaat ya detikers!
Artikel ini ditulis oleh Bagus Rahmat Nugroho, peserta Magang Merdeka Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/mud)