Hoarding disorder merupakan salah satu gangguan kesehatan mental, membuat penderitanya gemar mengumpulkan dan menimbun barang yang tidak berguna. Akibatnya, sering kali ruangan tempat tinggal pengidap menjadi sangat sesak akibat dipenuhi barang-barang.
Hal ini juga dapat mengancam kesehatan penderita, keluarga, dan orang lain karena sampah yang tertimbun dapat membawa penyakit bagi sekitar serta dipenuhi bau busuk. Berikut detikSumbagsel rangkum informasi seputar hoarding disorder. Simak yuk!
Pengertian Hoarding Disorder
Dilansir detikHealth dalam wawancaranya dengan psikolog klinis Veronica Adesla, hoarding merupakan gangguan perilaku menimbun barang. Biasanya, orang dengan kondisi ini terus-menerus kesulitan dalam membuang ataupun berpisah dari barang-barang yang dimilikinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkadang, kondisi ini sulit dibedakan dengan kegiatan malas semata sehingga tempat menjadi kotor, tetapi menurutnya dalam kasus hoarding disorder, sejumlah pemicu bukan saja rasa malas. Misalnya, kecenderungan sifat temperamen. Dan dalam banyak kasus, orang yang mengidap hoarding disorder mempunyai masa lalu yang penuh rasa stres dan momen traumatis.
Tanda-Tanda Seseorang Mengidap Hoading Disorder
Dilansir detikEdu, seseorang yang mengidap hoading disorder biasanya menunjukkan tanda-tanda seperti:
1. Menyimpan atau mengumpulkan barang-barang remeh yang memiliki sedikit atau tidak ada nilainya, seperti coret-coretan kertas, alat-alat rusak dan lain sebagainya.
2. Merasa sulit untuk mengatur dan mengkategorikan barang
3. Sulit dalam mengambil keputusan
4. Memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga dan teman
Pemeriksaan Hoarding Disorder
Dilansir laman resmi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, dalam mendiagnosis seseorang mengalami hoarding disorder, dokter akan menanyakan seputar riwayat kesehatan pasien dan kebiasaannya menyimpan barang, bisa juga lewat bertanya keadaan rumah ke keluarga/sahabat pasien.
Lalu, dokter bisa menggunakan kriteria Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders (DSM-5) guna mendiagnosis hoarding disorder. Beberapa kriteria yang menunjukkan hoarding disorder adalah:
- Kesulitan dalam membuang barang yang tidak terpakai lagi.
- Mempunyai keinginan untuk selalu menyimpan dan menimbun banyak benda
- Tempat tinggal yang dipenuhi benda yang bisa membahayakan keselamatan dan kesehatannya
- Benda yang ditimbun memunculkan masalah di lingkungan sekitar, hubungan sosial, dan pekerjaan
- Kebiasaan menimbun benda tidak terkait gangguan kesehatan lain, seperti cedera otak atau sindrom Prader-Willi.
Pengobatan Hoarding Disorder
Masih di sumber yang sama, hoarding disorder bisa diatasi dengan psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Berikut penjelasannya:
1. Psikoterapi
Di terapi perilaku kognitif, dokter akan melatih pasien dalam menahan keinginan menimbun barang dan membuang barang-barang yang ditumpuk. Dalam terapi ini bisa juga dilibatkan peran anggota keluarga atau orang yang tinggal bersama pasien.
2. Obat-obatan dengan Resep Dokter
Dokter bisa meresepkan obatan-obatan jika pasien menderita gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Selain menjalani pengobatan, juga bisa lewat langkah-langkah sebagai berikut:
- Buat daftar benda yang ada di rumah
- Kelompokkan barang menjadi "disimpan", "buang", "daur ulang", atau "sumbangkan"
- Buang benda yang menumpuk secara perlahan setiap harinya, misal 5 benda sehari
- Buat jadwal harian yang tidak berlebihan
- Sumbangkan barang layak
- Letakkan tempat sampah di setiap ruangan
- Ambil foto ruangan sebelum dan sesudah dibersihkan
- Coba buat keputusan cepat tentang nasib barang apakah disimpan atau tidak
- Tarik nafas ketika tidak nyaman dalam membuang barang
Itulah informasi mengenai hoarding disorder. Semoga bermanfaat ya detikers!
(dai/dai)