Stunting dan wasting termasuk ke dalam gizi buruk yang kerap terjadi pada anak-anak. Meski sama-sama masuk ke dalam gizi buruk akan tetapi stunting dan wasting berbeda satu sama lain.
Anak yang mengalami stunting dapat dilihat dari tinggi badannya. Sedangkan anak yang mengalami wasting dilihat dari berat badannya. Tentunya kedua hal ini berdampak pada perkembangan anak-anak yang seharusnya memiliki pertumbuhan yang baik.
Berikut detikSumbagsel sajikan informasi terkait stunting dan wasting, yuk simak!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan Stunting dan Wasting
Dilansir laman resmi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, stunting adalah tinggi badan yang rendah menurut usia anak atau gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi yang parah (kronis) dan infeksi yang persisten dan mengakibatkan anak menjadi pendek atau sangat pendek.
Wasting merupakan kondisi di mana berat badannya menurun seiring waktu hingga total berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan atau badannya berdasarkan tinggi badannya rendah (kurus) dan menunjukkan penurunan berat badan (akut) dan parah.
Jadi dapat disimpulkan perbedaan antara stunting dan wasting terdapat pada tinggi dan berat badan. Jika stunting mengakibatkan tinggi anak bermasalah tetapi tidak berpengaruh terhadap berat badan anak. Sebaliknya wasting berdampak pada berat badan anak tetapi tidak pada tinggi badannya.
Faktor Penyebab Stunting dan Wasting
Masih di sumber yang sama, beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada anak seperti rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, serta buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Ibu yang kurang mendapatkan nutrisi baik saat remaja atau sedang hamil dan laktasi tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan dan otak anak.
Stunting juga bisa disebabkan masalah asupan gizi yang dikonsumsi selama kandungan maupun masa balita. Kurangnya pemahaman serta pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan, serta masa nifas, terbatasnya layanan kesehatan seperti pelayanan antenatal, pelayanan post natal dan rendahnya akses makanan bergizi, akses sanitasi, dan air bersih juga penyebab dari stunting. Multi faktor yang sangat beragam tersebut membutuhkan intervensi yang paling menentukan yaitu pada 1000 HPK (1000 hari pertama kehidupan).
Sedangkan penyebab wasting, dikutip dari Jurnal Ilmu Kesehatan berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian pada Balita Usia 36-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman oleh Evi Hasnita dkk, beberapa faktor tersebut seperti pola asuh, riwayat penyakit infeksi, asupan makanan, dan sanitasi lingkungan.
Cara Meminimalisir Stunting dan Wasting
Dilansir laman resmi Kementrian Kesehatan, berikut cara meminimalisir stunting pada anak selain pemenuhan protein hewani:
1. Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga berusia 6 bulan
2. Memantau perkembangan anak serta membawanya ke posyandu secara berkala
3. Mengkonsumsi secara rutin Tablet Tambah Darah (TTD)
4. Memberikan MPASI yang bergizi dan kaya protein hewani bagi bayi berusia 6 bulan ke atas.
Selanjutnya cara meminimalisir wasting pada anak, yaitu sebagai berikut:
1. Berikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan dan lanjutkan asi hingga 2 tahun atau lebih
2. Berikan asupan dengan gizi yang mencukupi dan sesuai dengan umur
3. Lengkapi Imunisasi dasar dan berikan vitamin A
4. Rajin ke posyandu dan segera pergi ke klinik kesehatan apabila sakit
5. Terapkan perilaku gaya hidup sehat dan bersih.
Itu dia informasi mengenai stunting dan wasting, semoga bermanfaat detikers!
Artikel ini ditulis oleh Bagus Rahmat Nugroho, Peserta Magang Merdeka Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Baca juga: Manfaat Teh Hijau untuk Diet |
(dai/dai)