Bungo merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jambi. Kabupaten ini didirikan berkat hasil dari pemekaran Kabupaten Bungo Tebo pada 12 Oktober 1999.
Sebagai sebuah kabupaten tentunya Bungo memiliki keragaman khasnya. Salah satunya adalah wisata sejarah yang tidak banyak diketahui yaitu kompleks rumah tuo. Dan tentunya Kabupaten Bungo memiliki cerita panjang untuk bisa berdiri.
Kabupaten ini juga memiliki maskotnya sendiri loh, penasaran? berikut detikSumbagsel rangkum informasi mengenai Bungo Jambi. Simak yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal Usul Bungo Jambi
Dilansir laman resmi Kabupaten Bungo, kabupaten ini merupakan salah satu satu kabupaten di Provinsi Jambi, semula merupakan bagian dari Kabupaten Merangin.
Kabupaten Merangin yang semula ibu kotanya berada di Bangko di pindahkan ke Muara Bungo. Lalu di tahun 1958 rakyat Kabupaten Merangin melalui DPRD peralihan dan DPRDGR yang berkedudukan di Muara Bungo dan Bangko menyampaikan pendapat kepada pemerintah pusat agar, Kewedanan Muara Bungo dan Tebo menjadi Kabupaten Muara Bungo Tebo dengan ibu kota Muara Bungo.
Seiring dengan pelantikan M.Saidi sebagai Bupati papan nama Kantor Bupati Merangin diturunkan serta diganti dengan papan nama Kantor Bupati Muara Bungo Tebo dan sejak itu pada tanggal 19 Oktober 1965 dinyatakan sebagai hari jadi Kabupaten Muara Bungo Tebo. Seiring dengan berjalannya waktu lewat Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 Kabupaten Bungo Tebo dimekarkan menjadi 2 wilayah yaitu Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo.
Fakta-fakta Bungo Jambi
Berikut fakta-fakta Kabupaten Bungo, sebagai berikut:
1. Kehidupan Suku Anak Dalam
Dilansir detikTravel, Kabupaten Bungo khususnya di Kecamatan Pelepat terdapat kampung Suku Anak Dalam (SAD). Kehidupan SAD di sini mayoritas sebagian orangnya hidup nomaden dan ada yang menetap di kampung.
SAD menjunjung tinggi perempuan, di mana perempuan sering di dahulukan dalam setiap urusan. Misalnya ketika lelaki mendapatkan buruan, hasil tangkapannya diberikan kepada perempuan terlebih dahulu.
2. Maskot Kabupaten Bungo
Dikutip laman Stekom, Pelanduk napu merupakan fauna identitas Kabupaten Bungo. Pelanduk napu, atau populer dengan sebutan napu atau napuh (Tragulus napu) merupakan sejenis mamalia kecil yang tergolong ungulata berteracak genap.
3. Memiliki Potensi Investasi Unggulan
Mengutip laman Kabupaten Bungo, kabupaten ini mempunyai beberapa potensi unggulan untuk berinvestasi. Adapun potensi unggulan yang berpeluang untuk berinvestasi meliputi beberapa sektor, yakni perkebunan, peternakan, budidaya perikanan air tawar, tanaman pangan dan holtikultura, pertambangan, dan pariwisata.
Geografi Bungo Jambi
Masih dari sumber yang sama, Kabupaten Bungo mempunyai luas wilayah sekitar 4.659 km persegi. Secara geografis terletak pada posisi 101º 27' sampai dengan 102º 30' Bujur Timur dan di antara 1º 08' hingga 1º 55' Lintang Selatan.
Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Bungo berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya di sebelah Utara, Kabupaten Tebo di sebelah Timur, Kabupaten Merangin di sebelah Selatan, dan Kabupaten Kerinci di sebelah Barat.
Ciri Khas Bungo Jambi
Ada beberapa ciri khas dari Kabupaten Bungo, seperti wisata alam, tarian adat dan tempat wisata sejarah di kompleks rumah tuo. Berikut ciri khas dari Kabupaten Bungo
1. Wisata Alam
Kabupaten Bungo mempunyai objek-objek wisata yang bisa dikembangkan di masa mendatang, seperti air terjun Tegan Kiri, gua alam, sumber air panas, dan air terjun Punjung Empat.
2. Tarian Adat
Dikutip buku Eksplorasi warisan budaya Provinsi Jambi, melestarikan tradisi dan kearifan lokal oleh Faisal Masri Maulana, dkk. Di Desa Rantau Pandan di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi mempunyai tarian tradisional yang disebut Tari Tauh.
Tari Tauh menggambarkan hubungan muda mudi (bujang gadis) dari zaman dahulu sampai sekarang yang diwariskan turun temurun dari zaman ke zaman. Masyarakat Desa Rantau Pandan percaya bahwa melakukan tari ini bisa membantu menghasilkan padi yang baik.
3. Wisata Sejarah di Kompleks Rumah Tuo
Kabupaten Bungo juga kaya akan objek wisata sejarah yang belum tersentuh penelitian sejarah para ahli. Salah satu objek wisatanya yang mungkin belum disadari masyarakat adalah kompleks rumah tuo di Dusun Tanah Periuk.
Deretan rumah tuo itu belum bisa diperkirakan tokoh masyarakat setempat kapan mulai didirikan. Tapi pemilik rumah tuo memberi penjelasan bahwa rumah tuo itu sudah berdiri selama empat generasi keturunan mereka. Bagi pengunjung, tampilan fisik rumah tuo tetap seperti bentuk aslinya meski beberapa sudut bagian rumah telah dimodifikasi.
Itulah informasi mengenai sejarah Bungo Jambi, semoga bermanfaat ya detikers!
Artikel ini ditulis oleh Bagus Rahmat Nugroho, peserta Magang Merdeka Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(csb/csb)