Itikaf adalah ibadah sunah yang utamanya dilakukan saat 10 malam terakhir bulan Ramadan. Ibadah ini dilakukan untuk mengejar datangnya malam Lailatulqadar.
Namun masih ada pernyataan yang simpang siur mengenai itikaf, apakah wajib dilakukan di masjid atau boleh dilakukan di rumah?
Berikut detikSumbagsel rangkum penjelasan mengenai itikaf. Simak ya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itikaf di Rumah, Bolehkah?
Dikutip situs NU Online, boleh dan sah hukumnya bagi perempuan untuk melakukan ibadah itikaf di rumah di dalam ruangan khusus untuk melaksanakan salat, pandangan ini diambil dari pendapat Imam Abu Hanifah dan qaul qadim (pendapat lama) Imam Syafi'i.
Untuk laki-laki, menurut sebagian besar ulama mazhab Syafi'i juga diperbolehkan apabila mengikut pada nalar "Apabila salat sunah saja yang paling utama dilakukan di rumah, maka seharusnya itikaf bisa dilakukan di rumah," seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ar-Rafi'i:
ولو اعتكفت المرأة في مسجد بيتها وهو المعتزل المهيأ للصلاة هل يصح فيه قولان (الجديد) وبه قال مالك وأحمد لا لان ذلك الموضع ليس بمسجد في الحقيقة فأشبه سائر المواضع ويدل عليه ان نساء النبي صلى الله عليه وسلم كن يعتكفن في المسجد ولو جاز اعتكافهن في البيوت لاشبه ان يلازمنها (والقديم) وبه قال ابو حنيفة نعم لانه مكان صلاتها كما ان المسجد مكان صلاة الرجل وعلي هذا ففى جواز الاعتكاف فيه للرجل وجهان وهو اولي بالمنع ووجه الجواز ان نفل الرجل في البيت افضل والاعتكاف ملحق بالنوافل
Artinya: "Apakah sah apabila wanita melakukan itikaf di masjid rumahnya yang maksudnya adalah ruangan tempat ia menyendiri yang diperuntukkan untuk salat? Ada dua pendapat mengenai hal ini. Qaul jadid (pendapat baru imam Syafi'i), Imam Malik dan Imam Ahmad berpendapat tidak sah, karena tempat itu bukan masjid secara hakiki, sama seperti tempat-tempat lainnya. Pendapat ini juga didasari sebuah dalil di mana para istri Rasulullah SAW melakukan itikaf di masjid. Apabila boleh itikaf di rumah, niscaya mereka menetapkannya,"
Pendapat mengenai bolehnya itikaf di masjid yang ada di rumah baik untuk laki-laki atau perempuan rupanya juga diusung oleh sebagian ulama mazhab Maliki, berikut keterangannya:
وقال أبو حنيفة: يصح اعتكاف المرأة في مسجد بيتها وهو الموضع المهيأ من بيتها لصلاتها، قال: ولا يجوز للرجل في مسجد بيته، وكمذهب أبي حنيفة قول قديم للشافعي ضعيف عند أصحابه، وجوزه بعض أصحاب مالك وبعض أصحاب الشافعي للمرأة والرجل في مسجد بيتهما
Artinya: "Imam Abu Hanifah berkata: "Sah bagi perempuan untuk melakukan itikaf di masjid rumahnya, maksudnya adalah ruangan khusus untuk salat, dan tidak boleh bagi laki-laki untuk itikaf di masjid rumahnya. Sependapat dengan Abu Hanifah yaitu qaul qadim Imam Syafi'i, meski menurut para ashab adalah pendapat yang lemah. Sebagian ulama mazhab Maliki dan ulama mazhab Syafi'i memperbolehkan laki-laki itikaf di masjid rumahnya sama seperti perempuan," (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarah Shahih Muslim li an-Nawawi, juz 3, Hal. 3).
Kemudian, inilah niat itikaf di masjid yang ada di rumah dengan niat yang mengikuti pendapat para ulama:
نَوَيْتُ الإعْتِكَافَ فِى هَذَا الْمَكَانِ لله تَعَالَى
Latin: Nawaitu al-I'tikaafa fii haadza al-makaani lillaahi ta'aala.
Meski adanya perbedaan pendapat mengenai hal ini, tetap dianjurkan untuk melakukan itikaf di masjid sebagaimana pendapat kebanyakan ulama empat mazhab agar mendapatkan keutamaan ibadah tersebut.
Artikel ini ditulis oleh Dian Fadilla, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dai/dai)