3 Pekan Jalan Ditutup dari Angkutan Batu Bara, Macet-Laka Lantas Berkurang

Jambi

3 Pekan Jalan Ditutup dari Angkutan Batu Bara, Macet-Laka Lantas Berkurang

Ferdi Almunanda - detikSumbagsel
Senin, 22 Jan 2024 14:30 WIB
Jalan lintas Tembesi-Jambi aman lancar.
Foto: Tangkapan layar CCTV
Jambi -

Terhitung sudah 3 pekan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di Jambi ditutup untuk lalu lalang kendaraan batu bara. Langkah penutupan ini diambil berdasarkan kesepakatan antara Pemprov Jambi dan Forkopimda.

Sejak jalan ditutup dari angkutan batu bara, warga pun mengaku lebih nyaman karena tidak terjadi macet. Biasanya akibat penumpukan angkutan batu bara, jalanan macet hingga menghambat aktivitas warga.

"Alhamdulillah sekarang kami baru merasakan betul bisa melintasi jalan dengan lancar. Setiap malam yang harusnya kami bawa penumpang tidak lagi terjebak kemacetan, biasanya kalau melintasi jalan itu harus berjam-jam macet. Kalau pun mau cepat terpaksa lawan arah, salip sana salip sini agar tidak terjebak dengan macetnya truk batu bara," ungkap Wahtu, salah seorang sopir travel, Minggu (21/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu dari segi lalu lintas, Kasat Lantas Polres Batanghari Iptu Agung Prasetyo menyebut terjadi penurunan angka kecelakaan lalu lintas usai penutupan jalan dari angkutan batu bara. Penurunan mencapai 30 persen. Angka ini cukup tinggi mengingat penutupan belum genap satu bulan.

"Kita memang mengetahui dengan ditutupnya sementara aktivitas batu bara melalui jalan umum atau nasional sesuai instruksi Gubernur Jambi, memang terjadi penurunan tingkat laka lantas," katanya.

ADVERTISEMENT

Meski demikian, masih ada pro dan kontra terjadi dengan penutupan jalan untuk angkutan batu bara ini. Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Nusantara Indonesia (LPKNI) Jambi, Kurniadi mengatakan bahwa ada plus-minus dalam kebijakan tersebut.

"Jadi keuntungannya ini pertama soal SPBU, banyak konsumen tidak kesulitan lagi untuk mendapatkan bahan bakar solar. Lalu kelangkaan solar akibat kerap habis di SPBU juga tidak terjadi lagi," jelasnya.

Di sisi lain, sopir angkutan batu bara pun kehilangan pekerjaan. Karena itu dia berharap pemerintah serta pengusaha dapat mencarikan solusi alternatif bagi kelompok yang terdampak negatif ini.

"Yang pasti pemerintah harus hadir, tetapi yang utamanya juga para pengusaha batu bara sendiri. Pengusaha jangan diam, harus ambil langkah karena ini soal hajat hidup orang banyak," lanjutnya.




(des/des)


Hide Ads