Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar indukan dewasa berjenis kelamin betina ditemukan mati. BKSDA menemukan adanya lubang peluru pada perut gajah diduga akibat perburuan.
Pada (31/12/2023) sekira pukul 11.47 WIB, ditemukan bangkai gajah dengan posisi tertelungkup. Gajah ini ditemukan di sekitar koordinat 2Β°50'2.09"S - 101Β°39'31.07"E. Lokasinya berada dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas Air Ipuh.1 register 65, sekitar 3,5 kilometer dari batas Taman Nasional Kerinci Seblat, Mukomuko, Bengkulu.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, Said Jauhari mengatakan, pada hari Minggu (31/12/2023), Kepala Resort KSDA Mukomukon mendapat laporan dari Kepala Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Mukomuko. Meneruskan informasi dari Humas PT Bentara Arga Timber (BAT), telah ditemukan bangkai 1 ekor Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Air Ipuh I, yang juga merupakan areal konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) PT. BAT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita melakukan pengecekan ke lapangan dan pada pukul 16.27 WIB Tim menemukan bangkai gajah, dan melakukan pengecekan pada kondisi gajah yang mati," kata Said dikonfirmasi detikSumbagsel, Senin (8/1/2023).
Said menjelaskan, gajah tersebut berjenis kelamin betina dengan perkiraan umur di usia indukan (>20 tahun). Kondisi bangkai sudah terjadi proses pembusukan dengan usia kematian diperkirakan 6-7 hari sebelum ditemukan.
"Ditemukan lubang berukuran +15 mm dari bagian bawah rahang tembus sampai ke Os frontalis, yang diperkirakan merupakan lubang bekas peluru tajam yang ditembakkan," jelas Said.
Said mengungkapkan, caling gajah hilang dan ditemukan adanya upaya pelepasan secara paksa menggunakan benda keras. Hal ini terlihat dari tulang rahang di sekitar tempat menempelnya caling pecah.
"Dugaan kita adanya indikasi kegiatan perburuan di lokasi yang diperkuat dengan ditemukannya jerat seling di sekitar lokasi yang masih aktif," tutup Said.
Diketahui, HPT Air Ipuh I merupakan salah satu kawasan hutan yang merupakan habitat atau kantong Gajah yang berada di Lansekap Seblat. Kawasan ini dibangun sebagai koridor gajah sumatera di Provinsi Bengkulu yang menghubungkan kawasan hutan TWA Seblat dengan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Saat ini kawasan tersebut mendapat perhatian dan menjadi salah satu prioritas kegiatan pelestarian gajah oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam hal ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bengkulu, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Direktorat Jenderal KSDAE, serta para mitra yakni baik lembaga di tingkat lokal, nasional maupun internasional, pihak swasta, dan desa penyangga.
Ali Akbar, Ketua Kanopi Hijau Indonesia sekaligus Penanggungjawab Konsorsium Bentang Seblat menyatakan, kondisi tutupan lahan di Bentang Alam Seblat ini menunjukkan tidak seriusnya pemerintah dan pihak perusahaan dalam mengamankan kawasan hutan.
"Karena dibuktikan dengan tingginya aktivitas perambahan dan penguasaan hutan di Bentang Alam Seblat," tegas Ali.
Di Bentang Alam Seblat, lahan itu didominasi oleh perkebunan sawit seluas 15 ribu hektare (48,1%), kemudian semak belukar 7,9 ribu hektar (25,6%), perkebunan perusahaan 5,4 ribu hektar (17,5%), dan lahan terbuka 2 ribu hektare (6,6%).
Dilihat dari data analisis periode 2020-2023, tutupan hutan Bentang Alam Seblat telah hilang seluas 8,8 ribu hektare. Tutupan lahan sekunder menjadi yang paling besar yakni seluas 8,8 ribu hektar. Sebanyak 5,6 ribu hektar (64,5%) di antaranya dirambah menjadi lahan pertanian sawit.
(des/des)