Widi Setiawan, orang tua santri korban perundungan AP (12) yang kelaminnya ditendang oleh dua senior di Jambi mencabut laporan. Lalu apa alasannya mencabut laporan?
Widi mengatakan, alasan dirinya mencabut laporan polisi karena orang tua dari para pelaku mau bertanggung jawab terhadap pengobatan anaknya. Pencabutan laporan itu pun dilakukan bersama kedua orang tua pelaku dan pihak pesantren.
"Kita cabut laporan karena kami selaku orang tua korban sudah mediasi secara kekeluargaan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah men-support dan membantu doanya. Alhamdulillah kondisi anak saya sudah membaik," katanya, Senin (4/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan salah satu poin dalam perdamaian itu yakni pihak keluarga pelaku akan bertanggung jawab untuk pembiayaan rumah sakit dan psikis korban.
Bukan itu saja, lanjutnya, jika di kemudian hari dibutuhkan biaya pengobatan kembali pihak pelaku siap bertanggung jawab. Adanya kesepakatan itulah yang membuat Widi mau mencabut laporannya.
"Pertanggungjawaban itu ada. Namun tidak etis, ya, jika disampaikan nominalnya. Untuk pembiayaan dari rumah sakit dan sebagainya dari beliau (pihak pelaku)," jelasnya.
Menurutnya keputusan mencabut laporan ini sudah kesepakatan oleh pihak keluarganya. Dia mengaku saat membuat laporan itu dalam keadaan emosi karena melihat anaknya sudah menjadi korban perundungan oleh seniornya.
"Kita kemarin melakukan laporan karena posisi emosi kemarin, ya, karena anak terbaring di rumah sakit. Manusiawi sekali saya rasa. Setelah mediasi dan mencapai kesepakatan yang cukup diketahui oleh intern kami. Akhirnya, ya, lebih baik berdamai," ujarnya.
Widi mengatakan bahwa saat ini kondisi anaknya sudah berangsur membaik, dan sekarang sudah berada di rumah setelah menjalani perawatan di RSUD Raden Mattaher.
"Kondisi anak saya sudah bisa bermain. Tinggal pendampingan psikis aja," ujarnya.
Bahkan, Widi menyebut bahwa anaknya sudah mau pergi sekolah kembali meski kejadian perundingan sempat dialaminya.
"Anaknya saya sudah mulai berkata 'ayah, besok saya sudah mau mondok lagi'. Kalau untuk (rencana) pindah atau tidak belum ada, ya. Karena sekarang lagi ujian semester juga," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, aksi dugaan perundungan terjadi di Pondok Pesantren Tawakkal Tri Sukses yang berlokasi di Kelurahan Wijaya Pura, Kota Jambi. Aksi perundungan itu dialami oleh siswa SMP berinisial AP (12) yang mengalami kekerasan di wilayah kemaluan.
Widi Setiawan, ayah dari AP (12) mengatakan bahwa aksi perundungan itu dilakukan oleh dua orang seniornya yang sudah lulus SMA. Aksi yang dilakukan saat di wilayah pesantren itu terjadi pada Jumat (24/11/2023) lalu.
Widi menceritakan aksi perundungan itu dilakukan dengan menendang kemaluan putranya. Satu orang senior memegang kedua tangan anaknya dan menyekap mulut, dan satu lagi mengesek-gesek kemaluan anaknya menggunakan kaki terjadi.
"Jadi mulut anak saya dibekap, tangan anak saya dipegang. Pelakunya kan dua orang. Kaki anak saya dipegang kuat kemudian kaki pelaku menendang kemaluan anak saya," ujarnya.
Selain menendang kemaluan, kata Widi, kedua senior AP juga menendang perut putranya. Akibat kejadian itu, AP mengalami nyeri dan pembengkakan di bagian kemaluan dan testis disebut bergeser. Selain itu, korban juga mengalami lebam di area selangkangan.
"Untuk luka, luka lebam di paha kanan dan kiri. Testis kemaluannya bengkak. Kemudian di perut juga," jelasnya.
(mud/mud)