Seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Sukabumi, Jawa Barat, Novita (24) atau yang akrab disapa Novi dikabarkan hilang kontak selama 3 tahun di Arab Saudi. Hal itu diutarakan sang Ibu, Enih (47) yang saat ini tinggal di Tanjungpandan, Belitung.
Dengan tak kuasa menahan rindu, Enih menceritakan bahwa anak sulungnya bermimpi punya rumah sendiri hingga memutuskan menjadi TKW. Awalnya Novi bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Indonesia, tapi gajinya tak mencukupi keinginan atau cita-citanya itu.
Lalu, Novi menjadi TKW melalui jasa penyalur atau agen di Jakarta. Saat itu, Novi ditawari bekerja di Riyadh, Arab Saudi. Dia pun menyanggupi dan langsung membuat paspor di Surabaya, tepatnya pada Desember 2019 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak saya berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja di daerah Riyadh pada Februari 2020. Saat itu umurnya masih 21 tahun," kata Enih mengawali cerita kepada detikSumbagsel, Selasa (25/07/2023).
Setibanya di Arab Saudi, anak sulungnya itu bercerita kepadanya bahwa majikan tempat dia bekerja memperlakukannya dengan baik. Novi juga menyebut majikannya mempunyai empat orang anak yang sudah remaja.
"Awalnya biasa aja masih bisa komunikasi dan lancar setelah di Arab. Majikan pun katanya baik. Majikan punya 4 anak, udah besar-besar. Tidak ada anak kecil. Saya juga pernah ngobrol sama majikannya, saya menitipkan anak saya," jelasnya.
Namun setelah berjalan sekitar 4 bulan, tepatnya di Juni 2020, tiba-tiba Novi tak lagi memberikan kabar hingga sekarang. Awalnya Enih berpikir, mungkin anak sulungnya itu sedang sibuk bekerja.
"Sempat ngomong, 'Ma, saya udah di majikan tapi saya tidak bisa telepon melalui HP saya. Karena HP saya diambil majikan, jadi disuruh gunakan HP majikan.' Kata dia (Novi), semua yang kerja di daerah sana memang tidak boleh memakai HP. Namun nggak wajarnya sekarang udah tiga tahun lebih tidak ada kabar," ujar Enih.
Singkat cerita, Enih dan sang suami pergi merantau ke Kelurahan Lesung Batang, Tanjungpandan Belitung bersama empat adik Novi. Karena Novi tak kunjung memberi kabar, Enih pun mencari kabar keberadaan anak sulungnya itu ke pihak penyalur.
Lalu, Enih menghubungi pihak Kedutaan Besar Rakyat Indonesia (KBRI) yang berada di Riyadh, Arab Saudi. Pihak KBRI meminta data lengkap tempat anaknya bekerja.
"KBRI meminta alamat dan nomor handphone tempat anak saya bekerja, termasuk paspor tapi saya tidak punya alamatnya. Nomor handphone majikannya pun sudah tidak aktif lagi," jelasnya.
Enih berharap pihak-pihak terkait di pemerintah turut membantu proses pencarian informasi anaknya. Begitu pula baik pemerintah setempat, baik wali kota, bupati, maupun gubernur.
"Saya hanya berharap adanya kabar sedikit bahwa anak saya baik-baik saja di sana. Saya sangat khawatir karena anak saya masih muda," harapnya.
(des/des)