Akhir Perjuangan Hadi Masukkan Anak ke SMA Favorit Hingga Diminta Rp 15 Juta

Bengkulu

Akhir Perjuangan Hadi Masukkan Anak ke SMA Favorit Hingga Diminta Rp 15 Juta

Hery Supandi - detikSumbagsel
Rabu, 12 Jul 2023 13:11 WIB
Ilustrasi Sekolah di Jepang
Foto: iStock
Bengkulu -

Pupus sudah harapan Hadi, kuli panggul di Kota Bengkulu yang ingin melihat anaknya bersekolah di salah satu SMA favorit di sana. Sebelumnya ia mengeluhkan sistem zonasi PPDB SMA/SMK dan mengaku dimintai uang Rp 15 juta oleh pihak sekolah.

Hadi sempat berharap ketika anaknya dipanggil kembali oleh pihak sekolah. Bukan hanya anak Hadi, beberapa calon siswa lain bersama wali masing-masing juga dipanggil pihak sekolah untuk meluruskan soal penolakan pendaftaran oleh sekolah.

"Sempat dipanggil lagi dan akan dikabari, tapi akhirnya tidak ada kabar. Berarti tidak diterima. Ini saya lagi cari sekolah lain buat anak saya," kata Hadi dihubungi detikSumbagsel, Rabu (12/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuli panggul di Pasar Panorama Bengkulu itu mengaku kecewa dengan sistem zonasi karena menurutnya tidak membantu orang kecil seperti dirinya, malah semakin menyusahkan. Padahal anaknya sempat berharap bisa masuk sekolah favorit dengan sistem zonasi.

"Sistem zonasi ini bukan menguntungkan, tapi tidak berguna," keluh Hadi.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan informasi dari wali murid yang juga sempat gagal masuk melalui jalur zonasi, lanjut dia, ada tiga rekomendasi sekolah yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu. Yakni SMAN 1, SMAN 9, dan SMAN 10 Kota Bengkulu.

"Karena pilihan itu, saya mencoba mendaftarkan anak saya ke SMA Negeri 1. Semoga bisa diterima dan tidak ditolak lagi," putusnya.

Selain berharap diterima, Hadi juga berharap anaknya bisa mendapatkan keringanan biaya pendidikan di sekolah tujuan, mengingat Hadi hanya seorang kuli panggul di pasar.

Sebelumnya diberitakan, Hadi (bukan nama sebenarnya) seorang warga kelurahan Sawah Lebar Kota Bengkulu mendaftarkan anaknya di SMAN 5 Kota Bengkulu, karena tempat tinggalnya masuk zonasi sekolah tersebut.

Namun sang anak tidak lolos jalur zonasi PPDB. Mencoba jalur prestasi pun tidak berhasil. Ketika datang ke sekolah secara langsung, Hadi mengaku dimintai Rp 15 juta agar anaknya bisa diterima.




(des/des)


Hide Ads