Anaknya tak diterima lewat jalur zonasi, seorang wali murid di Kota Bengkulu mencoba mendatangi pihak sekolah untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut lewat jalur prestasi. Namun, dia mengaku malah dimintai uang sebesar Rp 15 juta oleh pihak sekolah.
Hadi, warga Kelurahan Sawah Lebar, Kota Bengkulu, mengaku anaknya telah mengikuti pendaftaran sistem zonasi untuk masuk ke sebuah SMA negeri yang berada di Sawah Lebar. Namun, sang anak tidak diterima meskipun semua syarat telah dipenuhi.
"Untuk apa sistem zonasi ini dibuat? Kami masuk dalam zonasi sekolah tapi tidak diterima. Mencoba jalur prestasi juga tidak bisa. Setelah saya datangi, malah pihak sekolah meminta uang Rp 15 juta agar bisa masuk," kata Hadi, Jumat (7/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadi menjelaskan, ada pihak sekolah yang meminta tapi dia tidak mengetahui namanya. Ketika ditanyakan ke wali murid lain, ternyata ada yang mengalami nasib sama. Yakni tidak lolos jalur zonasi dan dimintai uang agar bisa masuk ke sekolah tersebut.
"Saya tanya ke wali murid lain juga mengalami hal yang sama. Saya cuma minta keadilan agar anak saya bisa sekolah," jelas Hadi.
Pihak sekolah yang dimaksud, yakni SMA Negeri 5 Kota Bengkulu, angkat bicara. Ketua Panitia Penerimaan Siswa Baru SMAN 5, Hendra Gunawan mengungkapkan, tidak ada pihak sekolah yang meminta sejumlah uang kepada wali murid agar calon murid bisa diterima di sekolah.
"Itu fitnah kalau pihak kami meminta uang agar (calon siswa) bisa diterima di sekolah. Siapa orangnya, tunjukkan ke kami," ujar Hendra, terpisah.
Dia menegaskan bahwa pihak sekolah juga tidak pernah menolak siswa yang mendaftar. Sebab, pendaftaran sudah dilakukan secara online sehingga hasilnya otomatis.
"Yang menolak itu sistem, bukan kami. Kalau sudah diterima oleh sistem, baru melakukan pendaftaran (ulang) ke sekolah," tegasnya.
Hendra mengaku memang pernah mendengar selentingan dari orang-orang khususnya wali murid bahwa ada isu sekolah meminta uang ke calon siswa. Namun, menurutnya hal itu tidak benar karena pendaftaran sudah tersistem.
Sedangkan untuk jalur prestasi, calon siswa juga diseleksi kembali agar tidak menumpuk di satu jenis prestasi saja.
"Untuk jalur prestasi kita pilah-pilah kembali, karena tidak mungkin semua kuota diisi pada prestasi yang sama. Kita juga punya kriteria soal jalur ini. Sekali lagi saya katakan, kita tidak pernah meminta uang kepada calon siswa," kata Hendra.
Dia menambahkan, ada kuota dalam sistem pendaftaran online ini. Ketika kuota kelas sudah terpenuhi, maka memang ada proses seleksi di mana siswa yang berada di urutan terbawah akan tergeser orang siswa dengan nilai yang lebih tinggi.
"Bila kuota sudah tercukupi, maka pendaftaran kita tutup. Kita menerima 11 kelas dan setiap kelas berjumlah 34 siswa," tutup Hendra.
(des/des)