Palembang menjadi kota tertua yang ada di Indonesia karena usianya genap 1340 tahun hari ini. Yuk lihat fakta menarik soal Palembang.
Dalam catatan sejarah, Palembang sudah berusia 1340 hari ini. Hal itu berdasarkan catatan prasasti Kedukan Bukit yang telah ditemukan di Kedukan Bukit, Palembang pada tahun 1920 silam.
Secara garis besar, prasasti berisi tentang didirikan Wanua atau wilayah pemukiman di daerah yang saat ini dikenal Palembang. Dalam prasati tertulis 16 Juni 682.
Wali Kota Palembang, Harnojoyo mengakui Palembang kota tertua di Indonesia. Untuk itu Harnojoyo berharap Palembang dapat menjadi tauladan kota-kota lainnya.
"Mudah-mudahan karena tertua bisa mentauladani kota-kota lain yang ada di Indonesia," kata Harnojoyo kemarin.
Merujuk situs resmi Pemkot Palembang, kota yang dikenal dengan julukan Kota Pempek itu merupakan kota tertua yang berumur 1340 tahun hari ini. Usia ini pun berdasar prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedukan Bukit.
Menurut topografinya Kota Palembang ini dikelilingi oleh air, bahkan bisa dikatakan terendam oleh air. Air tersebut bersumber dari sungai, rawa dan juga air hujan.
Pada masa lampau, Palembang hampir 50 persen tanahnya tergenang air. Maka saat itu nenek moyang moyang orang-orang di kota ini menamakan sebagai Pa-lembang.
Penamaan itu dalam bahasa Melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan. Sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air.
Sedangkan bahasa Melayu-Palembang, lembang atau lembeng yakni genangan air. Jadi disimpulkan Palembang adalah suatu tempat yang dahulu digenangi oleh air.
2. Pempek Jadi Kuliner Khas Palembang
Mengenal Palembang sudah pasti ingat dengan kulinernya. Yup, Pempek adalah makanan khas Palembang yang populer hingga ke pelosok negeri.
Dalam cerita rakyat dan buku Teks Bacaan Berbasis Budaya Lokal Sumatera Selatan Bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (2022) oleh Rita Inderawati dkk., pempek alias pempek dikenal di Palembang seiring masuknya perantau Tionghoa di kota tersebut.
Tepatnya, pada sekitar abad ke-16 pada masa Sultan Mahmud Badaruddin II dari kerajaan Palembang Darussalam. Pada masa tersebut, makanan ini disebut dengan 'kelesan'.
Awalnya, pempek dibuat oleh orang asli Palembang yang kemudian dititipkan ke orang Tionghoa untuk dijual. Pempek tersebut mulai dijual oleh orang-orang China pada tahun 1916 dengan cara dijajakan sambil keliling dari kampung ke kampung dengan berjalan kaki.
Biasanya, jajanan tersebut dijual di kawasan keraton, yang saat ini adalah kawasan Masjid Agung dan Masjid Lama Palembang. Penamaan nama pempek berasal dari nama panggilan oleh pembeli kepada si penjual kelesan yang dipanggil dengan 'empek' atau 'apek' yang dalam bahasa China berarti "paman".
Para pembeli memanggil penjual kelesan tersebut dengan memanggil 'Pek, empek' yang akhirnya dikenal sebagai pempek dan bertahan hingga sekarang.
Ketua Asosiasi Pempek Palembang, Yenny Anggraini mengatakan Palembang kuliner khasnya yakni pempek. Ini bisa dibuktikan Palembang tepilih sebagai kota kreatif sub sektor kuliner pempek oleh Kemenparekraf RI pada 2019 silam.
"Sebagai ketua komunitas pempek yang fokus dibidang pempek ini ( Asppek) saya berkomitmen untuk terus melestarikan dan mengembangkan kuliner kebanggaan wong kito ini agar menjadi unggulan yg membawa harum Kota Palembang," kata Yenny.
Jembatan Ampera jadi ikon Palembang cek selanjutnya..
3. Jembatan Ampera Jadi Ikon Palembang
Ampera adalah kepanjangan dari Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera). Jembatan ini pun sudah dikenal luas oleh masyarakat lokal, nasional bahkan internasional.
Sejarawan Palembang Erwan Suryanegara menceritakan sejarah berdirinya jembatan yang menjadi ikon warga wong kito itu. Menurutnya gagasan membangun Jembatan Ampera untuk menghubungkan dua daratan di Kota Palembang sudah ada sejak pada pemerintahan Hindia Belanda.
"Sudah ada (bangun jembatan), ketika Indonesia masih di bawah jajahan Hindia Belanda tepatnya sekitar 1906," katanya kepada detikSumbagsel bebedapa waktu lalu.
Di masa itu, kata Erwan, Wali Kota Palembang Le Cocq de Ville. Namun tidak terealisasi, kemudian muncul kembali gagasan itu oleh pemerintahan Indonesia setelah merdeka.
"Jadi kita sudah merdeka tepatnya sekitar tahun 1956 pemerintah daerah Sumsel punya gagasan untuk membuat jembatan penghubung Seberang Ulu dengan Seberang Ilir. Usulan itu datang dari dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), anggarannya waktu itu Rp 30.000," ujar Dosen FISIP Unsri bidang Kebudayaan Seni ini.
Kemudian pada tahun 1957, dibentuklah panitia pembangunan untuk jembatan itu. Panitia tersebut, kata Erwan, diketuai oleh Gubernur Sumsel H.A Bastari kemudian Panglima Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya Harun Sohar, lalu Wali Kota Palembang Ali Amin dan wakilnya Indra Caya.
Setelah terbentuk kepanitiaan mengajukan usulan ke Presiden Soekarno dan disetujui. Biaya pembangunannya berasal dari dana rampasan perang Jepang, sekaligus arsiteknya dari Jepang karena waktu itu Jepang sudah menguasai teknologi.
Kemudian, Jembatan Ampera mulai dibangun pada April 1962. Setelah tiga tahun pembangunan, pada tahun 1965 jembatan pun selesai.
"Pertama kali nama jembatan ini diberi nama Soekarno, namun saat itu Bung Karno tidak setuju lalu berubah menjadi Jembatan Ampera hingga sekarang dan menjadi ikon Kota Palembang," ungkap Ketua Yayasan Kebudayaan TANDIPULAU ini.
Paling menarik ada Alquran Raksasa dan tercatat terbesar di dunia..
4. Ada Alquran Raksasa Terbesar di Dunia
Kitab suci umat Islam yakni Al-Qur'an dalam bentuk buku dan digital tentu sudah tidak asing bagi masyarakat. Namun di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) ada Al-Qur'an yang dibuat dari kayu tembesu berukuran raksasa.
Al-Qur'an raksasa yang dibuat Ustaz Kgs Syofwatillah Mohzaib sejak tahun 2002 dan rampung pada tahun 2009 itu, kini menjadi salah satu pilihan wisatawan jika berkunjung ke Kota Pempek.
"Al-Qur'an raksasa ini dulunya diresmikan oleh Pak Presiden SBY (Susilo Bambang Yuduyono) dan disaksikan oleh 51 anggota parlemen Negara Islam sedunia," kata Syarkoni, pemandu sekaligus pengurus di lokasi tersebut.
Al-Qur'an yang telah dinobatkan sebagai Al-Qur'an raksasa terbesar di dunia itu terdiri dari 315 lembar papan ukiran ayat-ayat suci. Uniknya, kitab suci berbahan kayu tembesu itu juga bisa dibolak-balik.
Ukiran kitab suci ini terdiri dari 630 halaman. Setiap halaman memiliki tinggi 177 cm, lebar 140 cm dan ketebalan 2,5 cm. Termasuk sampul tebal keseluruhannya mencapai 9 meter.
5. Sungai Musi Terpanjang Kedua di Sumatera
Sungai Musi adalah sungai yang memiliki panjang 750 kilometer. Hulu sungainya berada di Pegunungan Bukit Barisan, Kabupaten Rejang Lebong yang kemudian alirannya bermuara ke Selat Bangka, Kabupaten Banyuasin.
Dilansir laman unsri.ac.id, lebar Sungai Musi bervariasi. Lebar rata-rata Sungai Musi adalah 504 meter. Yang terlebar berada di sekitar Pulau Kemaro, Palembang dengan 1.350 meter.
Sungai Musi adalah sungai terpanjang kedua di Pulau Sumatera setelah Sungai Batanghari. Sungai ini sangat fenomenal dan memiliki sejarah, baik terkait namanya, maupun perannya bagi masyarakat sejak era kerajaan Sriwijaya.