10 Destinasi Wisata Sejarah di Kota Makassar yang Wajib Dikunjungi

10 Destinasi Wisata Sejarah di Kota Makassar yang Wajib Dikunjungi

Nur Ainun - detikSulsel
Minggu, 05 Nov 2023 13:00 WIB
Foto Drone Fort Rotterdam
Destinasi wisata sejarah di Makassar (Foto: Didik Dwi/detikTravel)
Makassar -

Kota Makassar terletak di sisi selatan pulau Sulawesi. Kota ini menjadi saksi bisu bagaimana perlawanan masyarakat di masa penjajahan hingga pascakemerdekaan.

Di Kota ini terdapat berbagai macam peninggalan bersejarah yang masih dapat disaksikan hingga saat ini. Bahkan tak sedikit dari peninggalan tersebut dijadikan sebagai tempat wisata yang cukup menarik perhatian bagi warga lokal maupun wisatawan.

Lantas apa saja wisata sejarah di Kota Makassar? Berikut 10 destinasi wisata sejarah di Kota Makassar, yang dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

10 Wisata Sejarah di Makassar

Benteng Fort Rotterdam

Fort Rotterdam dahulu merupakan benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Bisa dibilang, Benteng Ujung Pandang ini merupakan jati diri kota Makassar.Fort Rotterdam dahulu merupakan benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Bisa dibilang, Benteng Ujung Pandang ini merupakan jati diri kota Makassar. Foto: Ridho

Destinasi wisata sejarah pertama yang dapat dikunjungi di Kota Makassar adalah Benteng Fort Rotterdam. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-10 yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng.

Benteng Fort Rotterdam sebelumnya bernama Benteng Ujung Pandang. Bangunan benteng ini menyerupai seekor penyu, yang melambangkan kerajaan Gowa dapat berjaya di lautan maupun di darat.

ADVERTISEMENT

Pada tahun 1655-1669 Benteng Ujung Pandang ini hancur dalam Perang Makassar. Saat itu Belanda menyerang Kesultanan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.

Puncak peperangan terjadi pada tanggal 18 November 1667. Peperangan ini mengakibatkan sebagian bangunan benteng hancur dan Kesultanan Gowa mengalami kekalahan. Sultan Hasanuddin akhirnya dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya.

Setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Gowa, Gubernur Jendral Speelman kemudian membangun kembali benteng yang sebagian bangunannya sudah hancur dengan gaya arsitektur Belanda. Benteng ini kemudian berubah nama menjadi Fort Rotterdam yang diambil dari nama kota tempat kelahiran Speelman di Belanda.

Bangunan ini juga sempat menjadi tempat penawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1833 sampai 1855. Serta menjadi tempat tawanan perang tentara Jepang selama masa Perang Dunia ke-II.

Kemudian pada tahun 1945-1949 saat agresi militer Belanda, benteng ini sempat kembali dikuasai Belanda. Hingga pada akhirnya di tahun 1970-an, benteng ini mengalami pemugaran oleh pemerintah dan dijadikan destinasi wisata.

Bangunan Benteng Rotterdam ini terletak di Jalan Ujung Pandang, Kelurahan Bulo Gading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. detikers dapat mengunjungi tempat ini mulai dari pukul 09.00-18.00 Wita.

Makam Pangeran Diponegoro

Makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Kamis (25/1/2018).Makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Kamis (25/1/2018). Foto: Edzan Raharjo/detikcom

Tempat destinasi wisata bersejarah selanjutnya yang dapat dikunjungi adalah Makam Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro merupakan pahlawan nasional yang pernah menjadi pemimpin dalam pertempuran besar melawan penjajahan Belanda.

Pada tahun 1830 Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di waktu itu Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan.

Belanda pun menyetujuinya kemudian menangkap Pangeran Diponegoro dan mengasingkannya ke Manado. Tiga tahun berjalan Pangeran Diponegoro kemudian dipindahkan ke penjara Benteng Fort Rotterdam, Makassar.

Pangeran Diponegoro berada di penjara hingga akhir akhir hayatnya. Saat meninggal Pangeran Diponegoro tidak dipulangkan ke kampungnya, ia dimakamkan di Kota Makassar.

Kompleks Makam Pangeran Diponegoro berlokasi di Jalan Diponegoro, Kecamatan Wajo, Kota Makassar. Lokasinya sangat mudah dijangkau, dari arah Pelabuhan Sukarno Hatta hanya berjarak sekitar 1 kilometer dan dari Lapangan Karebosi ke arah Jalan Irian berjarak sekitar 1,5 kilometer.

Selain Makam Pangeran Diponegoro dan istrinya, di Kompleks makam tersebut juga terdapat 99 makam lain yang merupakan makam para keluarga atau keturunan Pangeran Diponegoro.

Kompleks Makam Raja-Raja Tallo

Makam Raja-Raja Tallo merupakan sebuah makam kuno tempat Raja-Raja Tallo dimakamkan mulai abad ke-17 sampai dengan abad ke-19. Dahulu Kompleks Makam Raja-Raja Tallo dikelilingi oleh Benteng Tallo yang dihancurkan oleh Belanda akibat Perjanjian Bongaya 1667.

Di kompleks makam ini terdapat makam Mangkubumi kerajaan Gowa-Tallo, bernama I Mallingkaang Daeng Manyonri. I Mallingkaang Daeng Manyonri, merupakan orang pertama yang memeluk agama Islam di Kerajaan Gowa-Tallo yang diislamkan oleh Datuk Ri Bandang.

Bentuk bangunan makam-makam kuno pada kompleks makam ini mirip konstruksi candi. Terdapat beberapa ragam hias yakni berupa hiasan tumbuhan-tumbuhan, sulur-suluran daun, dan seni kaligrafi (huruf Arab).

Secara administratif lokasi Makam Raja-Raja Tallo ini berada di Jalan sultan Abdullah 3, Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Makassar. Akses menuju tempat wisata sejarah ini relatif muda, detikers dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Monumen Mandala

monumen mandalamonumen mandala Foto: Monumen Mandala (ibnu/detikcom)

Monumen Mandala adalah tempat bersejarah selanjutnya yang wajib detikers kunjungi. Monumen Mandala menjadi salah satu simbol sejarah yang sangat penting dalam perjuangan bangsa Indonesia dalam mengambil kembali kekuasaan wilayah Irian Barat dari para belenggu penjajah Belanda pada tahun 1962 silam.

Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat ini tercatat mulai dibangun pada 1994 dan diprakarsai oleh Gubernur Sulawesi Selatan, H. A. Zaenal Basri Palaguna. Peletakan batu pertama dilakukan pada 11 Januari 1994 oleh Soesilo Soedarman yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.

Kemudian, monumen ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 19 Desember 1995. Monumen tersebut dibuat untuk menjadi pengingat yang kuat atas usaha serta pengorbanan besar yang dilakukan oleh para pahlawan dalam meraih kemerdekaan dan kedaulatan wilayah tersebut.

Tempat bersejarah tersebut memiliki menara setinggi 62 meter. Angka itu menjadi sebuah simbol tahun 1962, tahun dimana perjuangan pembebasan Irian Barat berlangsung.

Monumen ini berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 2, Kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar. Tempat bersejarah ini hanya dapat dikunjungi pada hari Senin sampai Jumat mulai pukul 11.00-18.00 Wita.

Museum Kota Makassar

Museum Kota MakassarMuseum Kota Makassar Foto: Dok. Dispar Makassar

Museum Kota Makassar menyimpan informasi bersejarah mengenai identitas Kota Makassar, sejarah, dan budaya masyarakatnya. Museum ini terletak di Jalan Balai Kota No. 11 A, Kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Museum Kota Makassar pertama kali dibangun pada tahun 1906. Pembangunan gedung ini bersamaan dengan peningkatan status Makassar sebagai Gemeente (Kota Besar).

Pada awal pembangunannya, museum ini diperuntukkan sebagai kantor Pemerintah 'Gemeente Makassar'. Museum Kota Makassar yang saat itu difungsikan sebagai Kantor Walikota dan merupakan bangunan Kantor pertama di luar Benteng Rotterdam.

Hingga awal masa kemerdekaan yakni 1947-1993, gedung tersebut masih difungsikan sebagai Kantor Walikota Makassar. Barulah pada masa pemerintahan Suwahyo yang saat itu menjabat sebagai Walikotamadya Ujung Pandang (periode masa jabatan 1988-1993), Kantor Walikota dipindahkan ke Kantor Gubernur Celebes yang sekarang menjadi gedung Kantor Balai Kota.

Setelah Kantor Walikota dipindahkan, kantor gubernur dipindahkan ke Jalan Urip Sumoharjo. Sementara itu, gedung yang sebelumnya menjadi Kantor Walikota Makassar difungsikan sebagai Museum Kota dan sekarang dikenal sebagai 'Museum Kota Makassar'.

Di museum ini ini terdapat sejumlah koleksi diantaranya, bola meriam, koleksi naskah dari masa lalu dalam bentuk foto produksi, serta Foto peristiwa dan bangunan sejarah. Selain itu juga terdapat koleksi patung, koleksi mantan Walikota Makassar, Patompo, pernak-pernik tradisional, dan foto-foto mantan Walikota Makassar.

Pelabuhan Paotere

Berbagai aktivitas di Pelabuhan Paotere, Makassar, hampir serupa dengan Sunda Kelapa di Jakut. Dari bongkar muat hingga perbaikan kapal terlihat di kawasan ini.Berbagai aktivitas di Pelabuhan Paotere, Makassar, hampir serupa dengan Sunda Kelapa di Jakut. Dari bongkar muat hingga perbaikan kapal terlihat di kawasan ini. Foto: Rifkianto Nugroho

Pelabuhan Paotere memiliki tempat tersendiri dalam sejarah Kota Makassar. Terletak di bagian utara tepatnya Kelurahan Gusung, Kecamatan Ujung Tanah, masyarakat mengenalnya sebagai bandar perahu rakyat.

Pelabuhan yang berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat kota ini sudah beroperasi sejak abad ke-16. Pelabuhan Paotere dibangun oleh Raja Tallo ke-2, Karaeng Same'ri Liukang Daeng Marewa, yang memerintah pada abad ke-15.

Pelabuhan ini pula yang menjadi titik pemberangkatan 200 kapal perang, sebagai bagian dari ekspedisi militer ke Malaka dan Kesultanan Samudera Pasai, di tahun 1420. Paotere turut jadi bukti hubungan antara kerajaan-kerajaan di Sulsel dengan Portugis.

Saat ini, setiap hari perahu-perahu masih aktif membawa berbagai jenis barang. Proses bongkar muat dimulai sejak pagi buta hingga malam menjelang. Selain itu, Paotere juga masyhur berkat status sebagai pusat belanja tangkapan laut para nelayan. Semua dijajakan dalam kondisi segar.

Masjid Babul Firdaus

Masjid Babul Firdaus Makassar.Masjid Babul Firdaus Makassar. Foto: (Muh Ishak Agus/detikSulsel)

Masjid Babul Firdaus Makassar merupakan salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan (Sulsel). Masjid ini sudah berdiri sejak tahun 1980-an.

Lokasi masjid ini berada di Jalan Kumala, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Masjid Babul Firdaus ini dibangun di masa kerajaan Raja Gowa yang ke-34 bernama Imakulu Daeng Serang Karaeng Lembang Parang.

Dalam catatan sejarah, masjid ini dulunya tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja bagi umat Islam. Namun, para pejuang dan ulama juga kerap kali menggunakannya sebagai tempat persembunyian untuk mengatur taktik melawan penjajah.

Pulau Lakkang

Tempat wisata sejarah yang juga wajib dikunjungi ketika bertandang ke Kota Makassar adalah Pulau Lakkang. Secara geografis pulau ini terletak di tengah wilayah perkotaan Makassar, lokasinya berada di delta sungai Tallo dan Pampang.

Di masa penjajahan, Jepang menjadikan pulau ini sebagai tempat persembunyian dan pertahanan. Mereka membuat bungker atau bangunan pertahanan militer di bawah tanah.

Pembuatan bungker-bungker yang terdapat di Pulau Lakkang banyak melibatkan masyarakat setempat. Mengenai letak bunkernya berada tepat di tengah-tengah hutan bambu Pulau Lakkang.

Untuk bisa sampai ke pulau ini, detikers harus menempuh jalur transportasi air. detikers bisa menjangkau dari beberapa lokasi yakni melalui Dermaga Kera-kera Kampus Unhas Tamalanrea, dan Dermaga Lakkang Tol yang berada di Kelurahan Buloa, Kecamatan Tallo, serta.

Gereja Katolik Katedral

Polisi perketat pengamanan di Gereja Katedral, Makassar (Hermawan/detikcom).Polisi perketat pengamanan di Gereja Katedral, Makassar (Hermawan/detikcom)

Gereja Katolik Katedral merupakan gereja tertua di Kota Makassar dan di seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Gereja ini terletak di sudut jalan antara Jalan Kajaolalido, Jalan Kartini, dan Jalan Thamrin.

Gereja tersebut telah dibangun sejak 1906 silam. Tujuan dibangunnya gereja ini adalah untuk memenuhi kebutuhan peribadatan orang-orang asing yang beragama Kristen Katolik yang ada di Makassar.

Bentuk bangunan sama dengan Gereja Immanuel yaitu simetris, namun dikelilingi oleh halaman yang luas baik pada bagian depan, samping maupun bagian belakang. Arsitektur bangunan bergaya Medieval Italy terlihat pada bentuk simetris, dari depan tampak meruncing mengikuti kemiringan atap.

Pilaster bergaya klasik Inggris berderet di depan dan samping, bagian kiri dan kanan dihias dengan molding baik pada kaki, badan hingga kepala. Alamat lengkap gereja ini di Jalan Kajaolalido Nomor 14, Kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.

Klenteng Xiang Ma

Warga keturunan Tionghoa mengeringkan rupang yang selesai dicuci di Klenteng Xiang Ma di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (23/1/2022). Kegiatan tersebut sebagai persiapan menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2573 pada 1 Februari 2022. ANTARA FOTO/Arnas Padda/YUFoto: ANTARA/ARNAS PADDA

Adanya Klenteng Xiang Ma menunjukkan bahwa Kota Makassar merupakan kota yang memiliki keberagaman budaya serta toleransi. Di mana klenteng ini merupakan tempat ibadah bagi masyarakat yang beragama Konghucu dan Buddha.

Klenteng ini berada di jalan Sulawesi yang letaknya berada di bagian Utara dari Klenteng Kwan Kon. Awalnya bangunan klenteng ini hanya terbuat dari kayu dan bambu serta beratapkan daun nipa. Kemudian di tahun 1860, klenteng ini dirombak menjadi bangunan permanen dari batu bata.

Pada gapura klenteng ini terdapat patung anjing, unit sentral ditempatkan patung Dewi Xiang Ma di atas altar, di ruang belakang terdapat patung Budha. Sebagai bangunan dengan arsitektur Cina maka Klenteng Xiang Ma dipenuhi hiasan berupa molding dan patung-patung naga di kombinasi elemen dekoratif pada susunan balok-balok, kolom, konsol yang bertumpuk ke atas makin lebar menghasilkan perpaduan yang sangat harmonis.

Jika ingin masuk ke klenteng ini alangkah baiknya datang saat pagi dengan memakai pakaian sopan.

Nah itulah 10 destinasi wisata sejarah yang ada di Makassar yang menarik untuk dikunjungi. Semoga bermanfaat ya, detikers!




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads