Museum kayu yang terletak di Kutai Kartanegara (Kukar) atau dikenal masyarakat lokal dengan Museum Tuah Himba merupakan museum yang menyimpan berbagai macam koleksi kayu Kalimantan. Total ada sekitar 125 jenis kayu khas Kalimantan yang disimpan sebagai koleksi di museum ini.
Museum Tuah Himba ini terletak di Jalan Anggana, Kecamatan Tenggarong, Kukar, Kalimantan Timur (Kaltim), tepatnya 600 meter dari Waduk Panji Sukarame. Museum ini didirikan pada tahun 1994 dan dibuka secara umum pada 1996.
Selain menyimpan koleksi berbagai jenis kayu, di museum ini juga terdapat beberapa olahan kerajinan khas Kalimantan yang terbuat dari kayu. Yang menjadi keunikan dari museum ini adalah keberadaan sepasang buaya yang diawetkan, buaya tersebut ditempatkan di ruangan utama bersama patung Lembuswana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangunan yang berbentuk rumah panggung ini dibuat dari kayu dengan luas areal sekitar 400 meter persegi. Di dalamnya terdapat 4 ruangan yang terdapat berbagai macam koleksi.
![]() |
Di museum ini terdapat koleksi beraneka ragam hasil hutan, mulai dari koleksi daun-daun kering (herbarium), koleksi biji-bijian, serta koleksi potongan log atau batang pohon yang tumbuh di Pulau Kalimantan. Kemudian, ada juga alat-alat pengolah kayu, alat-alat dapur tradisional, hingga perabot rumah tangga yang terbuat dari hasil hutan Kalimantan.
Museum ini sangat cocok menjadi tujuan wisata edukasi. Dengan berbagai jenis koleksi yang dimiliki, biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menyaksikan koleksi di museum kayu ini pun sangat terjangkau.
"Untuk masuk ke museum kayu, pengunjung dikenakan biaya Rp 5.000 untuk orang dewasa dan Rp 3.000 ribu untuk anak-anak," jelas Koordinator Lapangan Museum Tuah Himba Tenggarong Sophyan Hadi kepada detikcom, Sabtu (4/2/2023).
Koleksi di Museum Tuah Himba
Daya tarik utama dari museum kayu adalah koleksi sepasang buaya muara berjenis kelamin jantan dan betina yang telah diawetkan. Buaya tersebut merupakan predator yang pernah memasang dua warga yang tubuhnya ditemukan di dalam perut buaya.
Buaya pertama yaitu Buaya Sangatta, berjenis kelamin jantan berumur 70 tahun. Buaya tersebut memiliki panjang 6,80 meter serta berat mencapai 850 kilogram.
Sedangkan buaya kedua yaitu Buaya Muara Badak berjenis kelamin betina berusia 60 tahun. Buaya betina ini memiliki panjang 5,2 meter dan berat mencapai 450 kilogram.
"Kedua buaya ini dulunya yang memangsa dua warga di tahun yang sama hanya berbeda bulan, setelah ditangkap warga, kedua buaya ini lalu dimuseumkan dan di taruh di musim kayu sampai sekarang," kata Sophyan.
![]() |
Selain buaya, di museum kayu tersebut juga terdapat berbagai koleksi berupa catatan sejarah buaya yang pernah memangsa warga sejak tahun 1996. Catatan tersebut dapat terlihat pada potongan pemberitaan di koran yang tergantung pada dinding museum.
"Catatan-catatan lain banyak juga disini, dari sejarah Kutai, sejarah rumah adat Kutai, dan barang antik bersejarah dari Kutai," bebernya.
Di Museum Kayu Tuah Himba ini juga terdapat lempengan kayu kapur berdiameter sekitar 60 cm. Kemudian, ada juga beberapa kerajinan berbahan kayu seperti lampu taman, kursi, perabot rumah, alat penangkap ikan, ukiran khas Kutai dan dayak, serta masih banyak lagi.
Konon, di semua koleksi kayu yang ada di museum tersebut terdapat makhluk gaib yang bersarang. Tak jarang banyak pengunjung kesurupan saat berada di dalam museum ini.
"Kalau menurut yang masuk ke sini, semua barang ada semua yang mengisi (mahluk astral). Seperti patung (Lembuswana). Kemudian menurut ketua paranormal seluruh Indonesia waktu ke sini, jadi menurut penerawangannya disini merupakan terminal, jadi sore-sore tertentu berkumpul orang gaib. Jadi disini dianggap tertua nya lah buaya itu," ujarnya.
Oleh karena itu, para pengunjung dilarang untuk bertindak semuanya dan berkata tidak pantas saat berkunjung karena dapat berimbas terhadap pada para pengunjung itu sendiri.
"Kalau untuk larangan secara tertulis tidak ada, tetapi Kalau kita melihat banyak kebiasaan orang yang datang kesini, di sana ada pembicaraan kurang baik, itu kadang-kadang bisa membuat pengunjung itu kesurupan. Sering pengunjung kesurupan," pungkasnya.
(urw/hmw)