Daftar Museum di Makassar Lengkap Beserta Sejarah dan Lokasinya

Daftar Museum di Makassar Lengkap Beserta Sejarah dan Lokasinya

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikSulsel
Rabu, 12 Okt 2022 09:45 WIB
Koleksi Museum Balla Lompoa
Foto: Koleksi Museum Balla Lompoa. (Ibnu Munsir/detikSulsel).
Makassar -

Museum di Makassar menyimpan benda-benda peninggalan sejarah. Museum bisa menjadi tempat berwisata sekaligus belajar.

Museum menjadi tempat tepat untuk mempelajari sejarah ataupun peradaban manusia di masa lampau. Saat berkunjung ke Sulawesi Selatan, tidak ada salahnya mengunjungi museum di Makassar dan daerah lainnya.

Jejak peradaban leluhur dan kejayaan kerajaan di Sulawesi Selatan dapat dilihat dari koleksi-koleksi museum di Makassar. Nah berikut museum di Makassar lengkap beserta sejarah, lokasi dan koleksinya seperti dikutip dari buku Katalog Museum Indonesia Jilid 2 yang diterbitkan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Dirjen Kemendikbud pada tahun 2018:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Museum La Galigo

Museum di Makassar yang cukup populer adalah Museum La Galigo. Museum ini terletak di Kompleks Benteng Ujung Pandang atau Fort Rotterdam, Jalan Ujung Pandang No 1, Makassar, Sulawesi Selatan.

Museum La Galigo awalnya bernama 'Celebes Museum'. Museum ini merupakan museum khusus yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1938 yang saat itu berkuasa di Kota Makassar dan menempati salah satu gedung di Kompleks Benteng Rotterdam.

ADVERTISEMENT

Pada masa pendudukan Jepang di Makassar sampai pembubaran Negara Indonesia Timur (NIT), Celebes Museum berhenti beroperasi. Selanjutnya pada tahun 1966, kalangan budayawan merintis kembali pendirian museum dan dinyatakan berdiri kembali secara resmi pada 1 Mei 1970 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan nama Museum La Galigo.

Kemudian pada tahun 1974 sampai 2001, Museum La Galigo dibina langsung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Tahun 2001 sampai sekarang, Museum La Galigo diambil alih oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Pengelolaannya saat ini dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Museum La Galigo memiliki ribuan koleksi sejarah. Jenis koleksi yang dipamerkan di dalam museum terdiri dari historika, etnografika, arkeologika, numismatika, filologika, keramologika, seni rupa dan biologika.

Museum Kota Makassar

La Galigo bukan museum di Makassar satu-satunya. Museum di Makassar yang juga menyimpan berbagai peninggalan sejarah adalah Museum Kota Makassar.

Museum ini berlokasi di Jalan Balai Kota No. 11 A, Kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Museum Kota Makassar merupakan museum khusus yang mulai dibuka untuk umum pada 7 Juni 2000.

Museum ini menyajikan informasi mengenai identitas Kota Makassar, sejarah, dan budaya penduduknya. Pendirian museum didasari oleh ide H.B. Amiruddin Maula saat menjadi Walikota Makassar.

Museum Kota Makassar menempati Gedung Balaikota lama yang berada di jantung kota. Museum Kota Makassar ini juga dilengkapi dengan auditorium atau ruang sidang, serta ruang audio visual.

Museum ini menempati bangunan cagar budaya yang dibangun pada 1916 dengan gaya art deco oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Jenis koleksi yang dipamerkan di dalam museum
terdiri dari arkeologi, historika, keramologika, dan numismatika.

Museum Kota Makassar berada di bawah kepemilikan Dinas Kebudayaan Pemerintah Kota Makassar dan dikelola oleh Unit Pengelola Teknis Museum Kota Makassar.

Museum Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat

Museum di Makassar selanjutnya adalah Museum Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat. Monumen ini berlokasi di Jalan Jend. Sudirman No. 2, Kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar.

Museum tepatnya berada di lantai 4 Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat. Di dalam museum terdapat diorama, replika pakaian, serta replika ruang kerja Panglima Mandala.

Museum Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat merupakan museum khusus yang tercatat mulai dibangun pada 1994 dan diprakarsai oleh Gubernur Sulawesi Selatan, H. A. Zaenal Basri Palaguna. Peletakan batu pertama dilakukan pada 11 Januari 1994 oleh Soesilo Soedarman yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.

Monumen ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 19 Desember 1995. Monumen ini dibuat untuk mengenang dan menghargai para pahlawan yang berjuang pada pembebasan Irian Barat pada 1962. Kepemilikan dan pengelolaan museum kini dipegang oleh Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Museum di Sulawesi Selatan

Nah, itulah daftar museum di Makassar dengan sejarah dan koleksinya. Selanjutnya ada pula museum di daerah lain di Sulawesi Selatan yang menarik untuk dikunjungi. Berikut daftarnya:

Museum Balla Lompoa

Museum Balla Lompoa berlokasi di Jalan K.H. Wahid Hasyim No. 39 Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Museum Balla Lompoa menjadi salah satu museum yang ramai dikunjungi.

Museum Balla Lompoa merupakan museum khusus. Balla Lompoa sendiri memiliki arti 'Rumah Besar'.

Sesuai dengan namanya, Balla Lompoa memang merupakan rumah besar. Namun tidak hanya dari segi ukuran, Balla Lompoa juga merupakan istana yang menjadi tempat tinggal 'orang besar' atau 'orang agung', yaitu Raja-raja Gowa dan keluarganya.

Pendiri rumah ini adalah Raja ke-35 Kerajaan Gowa yakni I Mangngi Mangngi Daeng Matutu Karaeng Bontonompu Sultan Muhammad Thahir Muhibudding Tumenengari Sungguminasa, pada tahun 1935. Museum Balla Lompoa pada ditempati raja ke-35 sampai pada masa Raja Gowa yang terakhir, ke-36.

Setelah masa kerajaan beralih ke swapraja atau masa pemerintahan, maka Istana Balla Lompoa beralih status menjadi Museum Balla Lompoa. Peralihan ini terjadi pada masa pemerintahan Bupati Gowa yang ke-2, Andi Tau. Museum Balla Lompoa diresmikan pada 6 Januari 1980.

Museum Balla Lompoa menyimpan berbagai koleksi senjata dan alat rumah tangga yang dimiliki oleh para Raja Gowa. Pengelolaan museum dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa.

Museum Karaeng Pattingaloang

Museum Karaeng Pattingaloang terletak di Kawasan Benteng Somba Opu, Barombong, Gowa, Sulawesi Selatan. Museum Karaeng Pattingaloang didirikan pada tahun 1989 dan diresmikan pada 1995.

Nama museum ini diambil dari nama Perdana Menteri Kerajaan Tallo periode 1641-1654. Museum ini dibangun untuk mengenang riwayat hidup Karaeng Pattingaloang yang dikenal sebagai seorang intelektual dan memiliki ketertarikan yang besar terhadap ilmu pengetahuan pada masa itu.

Museum Karaeng Pattingaloang berada pada area bangunan Benteng Somba Opu peninggalan Kesultanan Gowa atau Raja Gowa ke-IX, Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallona. Benteng ini didirikan pada abad ke-16.

Pengelolaan Museum Karaeng Pattingaloang dilakukan oleh Pengelola Benteng Soba Opu Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis koleksi yang dipamerkan di dalam museum terdiri dari numismatika, arkeologika, historika, keramologika, etnografika, teknologika dan seni rupa.

Museum Daerah Kabupaten Maros

Museum Daerah Kabupaten Maros terletak di Jenetaesa, Simbang, Kab. Maros, Sulawesi Selatan. Museum ini dibangun dengan tujuan sebagai wadah untuk peningkatan pengetahuan dan kualitas pendidikan dengan penyebaran pengetahuan, aktivitas pembelajaran dan rekreasi.

Museum Daerah Kabupaten Maros juga dilengkapi dengan penangkaran sebagai media observasi dan pelatihan penangkaran. Museum ini mulai didirikan pada 1993 dan terletak di dalam Taman Wisata Bantimurung.

Koleksi yang terdapat di museum ini berupa ratusan kupu-kupu yang sudah diawetkan yang sebagian besar ditemukan di wilayah Sulawesi Selatan. Museum Daerah Kabupaten Maros berada di bawah kepemilikan Pemerintah Kabupaten Maros serta dikelola oleh Dinas
dikelola oleh Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros.

Museum Karst dan Budaya

Museum Karst dan Budaya Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) terletak di Kompleks Rumah Jabatan Bupati Pangkep, Jl. Andi Burhanuddin-Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Museum khusus ini diresmikan pada 5 April 2005 oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, Rachmat Witoelar.

Keberadaan museum ini berkaitan dengan adanya Kawasan Karst Maros-Pangkep yang saat ini merupakan Kawasan Geopark Nasional. Museum ini kemudian ditetapkan sebagai museum koleksi Karst dan Budaya pada 22 November 2008 oleh Bupati Pangkep, Syafrduin Nur.

Museum ini memiliki tiga fungsi yakni sebagai tempat koleksi flora dan fauna yang berkaitan dengan karst dan budaya, kemudian sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan terkait karst dan budaya, dan sebagai pusat kegiatan dan informasi yang berhubungan dengan karst dan budaya. Saat ini museum Karst dan Budaya dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangkep.

Museum Batara Guru "Istana Datu Luwu"

Museum Batara Guru "Istana Datu Luwu" berlokasi di Jalan Andi Jemma No. 1, Kelurahan Batu Asi, Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Museum ini didirikan untuk menjaga dan mewariskan kebudayaan Kerajaan Luwu ke generasi berikutnya.

Museum Batara Guru didirikan pada 26 Juli 1971 oleh seorang ahli waris dari Kerajaan Luwu Andi Ahmad yang juga merupakan Bupati Luwu pada masa itu.

Sementara bangunan museum sendiri dibangun pada 1920 oleh Pemerintah Kolonial Belanda di atas tanah bekas "Saoraja". Saoraja" merupakan istana milik Kerajaan Lawu yang didirikan menggunakan kayu dan memiliki tiang sebanyak 88.

Pada perang tahun 1905, bangunan Istana Kerajaan Luwu hancur oleh serangan Belanda. Pemerintah Kolonial Belanda kemudian mendirikan kembali bangunan permanen dengan arsitektur Eropa yang dimaksudkan untuk mengambil hati penguasa Kerajaan Luwu.

Namun kebanyakan bangsawan Luwu menganggap tindakan Belanda malah mengakibatkan hilangnya jejak sejarah Kerajaan Luwu sebagai kerajaan yang dihormati dan disegani oleh kerajaan lain di Nusantara.

Pendirian Museum Batara Guru "Istana Datu Luwu" bertujuan untuk melestarikan dan mewariskan budaya Kerajaan Luwu pada generasi berikutnya. Pengelolaan museum saat
ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Luwu. Museum memamerkan jenis koleksi yang berupa historika, numismatika, heraldika, keramologika dan etnografika.

Museum Buntu Kalando

Museum Kalando terletak di Jalan Buntu Kalando, Sanggala, Tana Toraja. Museum Buntu Kalando didirikan dan diresmikan pada 29 Juli 1980 di atas Bukit Sanggala.

Museum ini dibangun sebagai pemeliharaan dan pelestarian benda-benda peninggalan budaya Tana Toraja. Selain itu, museum ini juga menjadi pusat pelayanan masyarakat adat.

Pengelolaan museum dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Tana Toraja. Museum Buntu Kalando menempati bangunan bekas istana yakni Tongkonan yang dibuat oleh Raja Sangalla.

Koleksi yang ada di museum ini berupa pakaian perang bayu tobarani (kesatria) Toraja dan juga pedang tradisional yang dalam istilah lokal dikenal sebagai la'bo' dua lalan. Selain itu, terdapat juga pakaian kebesaran bangsawan toraja, pakaian tempo dulu, perkakas rumah tangga tradisional, alat musik tradisional, koleksi keramik Cina, hingga kompor besi tempo dulu.

Museum La Pawawoi

Museum La Pawawoi berlokasi di Jalan MH. Thamrin No. 9, Watampone, Kecamatan Tenete Rianttang, Kabupaten Bone. Museum La Pawawoi didirikan oleh Bupati Bone, H. Suaib pada 5 Januari 1971.

Nama museum berasal dari Raja Bone ke-31 La Pawawoi Karaeng Sigeri yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional dari Bone. Sementara gedung Museum La Pawawoi merupakan bekas istana Raja Bone ke-32, Andi Mappanyukki.

Istana ini dipugar pada 1679-1981 oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala. Bangunan istana diresmikan oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1982.

Museum saat ini berada di bawah kepemilikan Pemerintah Kabupaten Bone dan dikelola oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone. Jenis koleksi yang dipamerkan di dalam museum terdiri dari historika, arkeologika, keramologika, etnografika, dan teknologika.

Museum Pong Tiku

Museum Pong Tiku berlokasi di Jalan Landorundun, Rantepao, Kabupaten Toraja Utara. Museum Pong Tiku berada di dalam Kompleks Art Center Rantepao.

Pendirian museum ini dilatarbelakangi keinginan pemerintah Toraja Utara untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Toraja. Selain itu, keberadaan
museum ini dapat mendukung Toraja sebagai daerah budaya dan pariwisata.

Nama museum diambil dari pahlawan nasional perintis kemerdekaan dari Toraja yang bernama Pongtiku. Museum ini berada di bawah kepemilikan Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara dan dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara.

Adapun Jenis koleksi yang dipamerkan di dalam museum berupa etnografika dan arkeologika. Museum Pong Tiku juga memiliki koleksi unggulan, yaitu mumi dan Tau Tau.

Museum Tanadoang

Museum Tanadoang beralamat di Jalan Poros Bandara Aroeppala KM.4 Matalalang, Kelurahan Bontobangun, Kecamatan Bontoharu, Kepulauan Selayar. Museum ini berada di bawah kepemilikan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar dan dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar.

Museum Tanadoang merupakan hasil pembaharuan dari Museum Nekara yang diresmikan pada 2 Juni 1980. Museum Nekara tidak terkelola dengan baik, karena bangunannya
difungsikan sebagai kantor Camat Bontoharu.

Pada 2009 Museum Nekara diubah menjadi Museum Tanadoang. Koleksi yang ada di Museum Nekara juga kemudian dipindahkan ke Museum Tanadoang.

Museum Tanadoang bertujuan memberikan informasi kepada pengunjung mengenai peran Selayar sebagai salah satu pusat perdagangan pada masa lalu. Selain itu, koleksi yang ada Museum Tanadoang dapat memberikan gambaran mengenai budaya masyarakat setempat seperti perayaan hari keagamaan, pernikahan, dan lain-lain.

Jenis koleksi yang dipamerkan di dalam museum terdiri dari arkeologika, historika, numismatika, dan keramologika.




(alk/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads