Dugaan Kronologi Tragedi Kanjuruhan Diawali Suporter Minta Foto di Lapangan

Dugaan Kronologi Tragedi Kanjuruhan Diawali Suporter Minta Foto di Lapangan

Tim detikcom - detikSulsel
Selasa, 04 Okt 2022 07:00 WIB
Kegunaan Gas Air Mata Sebenarnya, Kini Jadi Sorotan di Tragedi Kanjuruhan
Foto: AFP via Getty Images/STR
Malang -

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur (Jatim) menyisakan tragedi setelah 125 Aremania tewas. Muncul dugaan kronologi bahwa kerusuhan maut itu berawal dari suporter meminta foto di lapangan.

Hal tersebut diungkapkan Aremania Korwil Bantur The Black Lion Slamet Sanjoko. Dia mengatakan pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya sebenarnya berjalan kondusif.

Namun situasi berubah sangat cepat setelah pertandingan. Pasalnya dua orang suporter yang meminta berfoto dengan pemain Arema FC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya, ada dua orang yang mau berfoto setelah pertandingan bersama pemain Arema FC. Kami sudah menyampaikan ke petugas untuk tidak memberikan izin," kata Sanjoko, dilansir Antara, Senin (3/10/2022).

Kedua orang Aremania tersebut memaksa untuk diperbolehkan masuk ke lapangan. Akhirnya kedua orang itu diizinkan masuk ke lapangan.

ADVERTISEMENT

Sanjoko mengatakan aksi dari dua orang suporter yang masuk ke lapangan itulah yang memicu pendukung lainnya memasuki area lapangan. Namun ia mengaku tetap meminta rekan-rekannya yang dari wilayah Bantur untuk tidak ikut masuk ke dalam lapangan.

Karena situasi kian tidak terkendali, Sanjoko bersama rekan-rekannya segera mengemasi bendera yang mereka bawa. Sejumlah Aremanita Bantur juga bergegas mencari jalan keluar karena khawatir situasi semakin memburuk.

"Sekitar tiga menit kami keluar gerbang, itu ada tembakan gas air mata ke arah tribun, kami lolos dan tidak tahu bagaimana kondisi di dalam. Namun ada rekan yang terkena gas air mata," ujarnya.

Aremania Bantur juga menyayangkan sikap aparat yang melepaskan tembakan gas air mata ke arah tribun. Tindakan itu dianggap sebagai penyebab utama suporter panik hingga berhamburan keluar.

Saat itu, lampu pencahayaan di dalam Stadion Kanjuruhan juga sudah dimatikan oleh petugas meski kondisi tribun masih penuh penonton.

"Kalau yang masuk ke lapangan mungkin masih bisa kami terima karena mereka memang melanggar batas area. Tetapi kenapa yang di tribun salah apa, tapi ditembak gas air mata," cetus Sanjoko.




(hmw/hsr)

Hide Ads