Wasit Choirudin yang memimpin laga Persis Solo Vs PSM Makassar mendapat pembelaan. Keputusannya yang tidak segera meniup peluit panjang saat tambahan waktu 4 menit berakhir dinilai hal yang wajar.
Hal tersebut terjadi saat PSM Makassar bermain di markas Persis Solo di Stadion Manahan, Solo, Kamis (29/9). Wasit Choirudin baru menyelesaikan pertandingan saat waktu sudah menunjukkan menit ke 90+7, sementara tambahan waktu hanya 4 menit.
Ketua Komite Wasit PSSI, Ahmad Riyadh mengatakan, pertandingan belum selesai saat tambahan waktu sudah berakhir itu bisa saja terjadi. Yang tidak dibolehkan dalam Law Of The Game (LOTG) adalah wasit menyelesaikan pertandingan saat tambahan waktu masih ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tambahan waktu yang diberikan sebagai pengganti yang hilang sesuai LOTG (law of the game). Wasit boleh (memberi waktu) lebih, tetapi tidak boleh kurang (dari tambahan waktu)," kata Ahmad Riyadh kepada detikSulsel, Jumat (30/9/2022).
Ahmad Riyadh menjelaskan, wasit diberikan kewenangan untuk memberikan tambahan waktu jika dalam pertandingan terdapat satu tim yang sengaja mengulur-ulur waktu. Baik itu saat pergantian pemain, pelanggaran, atau terdapat pemain yang mendapat perawatan di lapangan karena cedera.
"Setelah tambahan waktu yang diberikan dianggap menurut wasit ada mengulur ngulur waktu lagi, (maka) wasit berhak mengganti waktu yang menurut wasit tersebut diperpanjang lagi," jelasnya.
Hanya saja, Ketua Asprov PSSI Jawa Timur ini tidak merincikan waktu ideal yang diberikan wasit dalam tambahan waktu. Pada intinya, ia menjelaskan harus tetap pada batas normal.
"Dalam LOTG tidak disebutkan waktu yang lebih berapa menitnya. Sebatas normal," paparnya.
Wasit Pakai Dua Jam
Mantan wasit Liga Indonesia, Ahmad Djafri turut memberikan penjelasan terkait aturan tambahan waktu. Ia menjelaskan wasit yang bertugas menggunakan dua jam dengan fungsi yang berbeda.
"Wasit itu menggunakan dua jam. Ada jam yang (waktu) terus jalan dan ada jam yang bisa dihentikan kalau terjadi pelanggaran. Jadi saat tambahan waktu 4 menit itu bukan berarti tidak ada pelanggaran, makanya bisa molor waktunya," jelas Ahmad Djafri kepada detikSulsel, Jumat (30/9).
Simak Selengkapnya di Halaman Berikutnya.
Pria yang kini bertugas sebagai penilai wasit di Liga 1 dan Liga 2 ini menjelaskan, aturan perpanjangan waktu itu seperti yang diatur dalam Law Of The Game (LOTG). Sehingga menurutnya, keputusan wasit Choirudin tidak serta merta bisa disalahkan.
"(Dari segi LOTG) sudah sesuai. Saya juga menonton laga itu semalam, jadi saya lihat waktunya setiap ada pelanggaran-pelanggaran itu dihentikan waktunya," terangnya.
Tambahan Waktu yang Lewat Bukan Soal
Mantan pelatih PSM Makassar Assegaf Razak menilai tidak ada keputusan yang fatal dilakukan wasit Choirudin yang memimpin laga Persis Vs PSM di Liga 1. Menurutnya tambahan waktu yang sudah lewat, sementara pertandingan belum berakhir bukan hal yang perlu dipersoalkan.
"Saya kira tidak ada masalah soal itu (tambahan waktu lewat), itu hal biasa. Tidak ada yang perlu disalahkan," kata Assegaf kepada detikSulsel, Jumat (30/9).
Assegaf menjelaskan, keputusan wasit Choirudin sebetulnya lebih menguntungkan ke PSM. Sebab pemain Persis Solo, Jaimerson diganjar kartu meraih saat berduel dengan pemain PSM, Yuran Fernandes.
"Wasit kinerjanya tadi malam itu kan justru tuan rumah yang dikasih kartu merah. Padahal sama-sama provokator, Yuran provokator Jaimerson juga. Cuman yang dilihat (wasit) hanya Jaimerson jadi dia yang dikasih kartu merah," jelasnya.
Sebelumnya, Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares mengkritik keputusan wasit saat timnya ditahan imbang oleh Persis Solo. Salah satunya adalah wasit tidak segera menghentikan pertandingan saat tambahan waktu sudah selesai.
"Saya betul-betul selalu mau menghindari berbicara tentang wasit, tapi kalian lihat apa yang terjadi, wasit memberikan 4 menit ekstra time pada saat itu Persis mendapatkan free kick, corner, dan lain-lain. Waktu sudah lewat. Kalau ini PSM, wasit (pasti) akan menipu peluit," ujar Bernardo dengan nada kesal usai laga, Kamis (29/9).
Wasit Choirudin lanjut Bernardo juga banyak melakukan kesalahan lainnya. Seperti saat pemainnya, Everton Nascimento berlari di depan pemain Persis Solo tetapi dinyatakan offside oleh wasit.
"Kalau tim saya kalah dengan fair, bahwa tim lawan jauh lebih baik daripada kita dari segi kualitas, saya yang pertama menyalami tim mereka. Tapi bukan gara-gara bantuan dari perangkat lain," jelasnya.
Melihat wasit yang lagi-lagi melakukan banyak kesalahan, Bernardo kembali meminta penggunaan video assistant referee (VAR) di Liga 1. Menurutnya sepak bola Indonesia pantas mendapat suguhan pertandingan yang menarik dengan kepemimpinan wasit yang bagus.
"Sepak bola Indonesia membutuhkan VAR dan juga kualitas wasit yang lebih baik. Kenapa tidak memberikan opsi ini kepada sepak bola Indonesia," ujar Bernardo.
"Sepak bola Indonesia layak mendapatkan suguhan lebih bagus daripada ini. Karena (klub di Indonesia) mempunyai kualitas suporter yang sangat besar dan suporter Indonesia layak mendapatkan hal yang lebih baik daripada sekedar apa yang ditunjukkan oleh perangkat pertandingan," sambungnya.